Uni Eropa Siapkan Sanksi Khusus Lanjutan terhadap Turki
Para pemimpin UE mengamanatkan kepala diplomat mereka, Josep Borrell, untuk menyiapkan sebuah laporan berisi sanksi terhadap Turki.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
BRUSSELS, JUMAT — Para pemimpin Uni Eropa, Jumat (11/12/2020), siap mengambil langkah untuk memberlakukan lebih banyak sanksi terhadap Turki. Langkah itu adalah respons Brussels bagi Ankara setelah Turki bergeming dengan sikapnya atas prospek gas di kawasan perairan Yunani dan Siprus.
”Tindakan yang dipilih akan menjadi sanksi terhadap individu dan tindakan tambahan dapat diputuskan jika Turki melanjutkan tindakannya,” ujar seorang diplomat Uni Eropa (UE).
Para pemimpin negara-negara UE bertemu dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) UE di Brussels, Jumat. Ada sejumlah soal yang dibahas dalam KTT itu, salah satunya adalah sikap UE terhadap Turki.
Disebutkan, kemungkinan ada sejumlah petinggi negara UE yang kecewa dengan sanksi yang dijatuhkan kepada Turki itu. Saksi itu dinilai terlalu ringan. Sebab, sebelumnya muncul usulan agar sanksi lebih keras diterapkan, seperti embargo penjualan senjata dan atau sanksi di sektor ekonomi yang lebih luas.
Merujuk pada sejumlah info yang diperoleh, Dewan Eropa menyerukan penerapan sanksi yang terbatas saja sifatnya. Draf soal kemungkinan sanksi yang lebih keras terhadap Ankara yang sudah beredar sebelumnya diperintahkan ditarik kembali.
Para pemimpin negara-negara UE mengamanatkan kepala diplomat UE, Josep Borrell, untuk menyiapkan sebuah laporan. Diharapkan laporan itu berisi aneka aspek yang dinilai pas, yang dapat diambil untuk tetap ”memperluas ruang lingkup” dari tindakan tersebut.
Laporan itu selanjutnya bakal diserahkan kepada para pemimpin UE dalam atau sebelum pertemuan puncak mereka pada Maret tahun depan.
”Turki telah terlibat dalam tindakan sepihak dan provokasi serta meningkatkan retorikanya terhadap UE, negara anggota UE, dan para pemimpin Eropa,” kata para pemimpin UE dalam sebuah pernyataan.
”Kegiatan sepihak dan provokatif Turki di Mediterania Timur masih berlangsung, termasuk di zona ekonomi eksklusif Siprus,” kata mereka.
Yunani dengan dukungan Perancis telah memimpin seruan sanksi dari UE yang lebih keras terhadap Turki. Ankara dinilai telah berulang kali mengirim kapal pengeboran gas ke kawasan perairan yang disengketakan.
Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis mengatakan ”kredibilitas UE” dipertaruhkan saat dirinya tiba di arena KTT itu, Kamis (10/12). Dia mencatat bahwa para pemimpin telah setuju pada Oktober bahwa sesuatu harus dilakukan terhadap tindakan Turki yang semakin tegas di wilayahnya.
”Ini adalah momen untuk menunjukkan apakah kami, sebagai Eropa, benar-benar kredibel atas apa yang telah kami sepakati,” katanya.
Beberapa anggota UE dan Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), aliansi militer yang mencakup Yunani dan Turki, sekaligus, cenderung mengambil sikap lebih berhati-hati. Jerman, misalnya, telah memimpin sejumlah lobi diplomatik yang bertujuan menyelesaikan perselisihan.
Otoritas NATO telah menyiapkan jalinan komunikasi militer khusus untuk mencegah bentrokan yang tidak disengaja di antara para pihak.
Berbicara menjelang KTT UE, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mencoba menenangkan suasana. Dia menekankan bahwa Turki menampung sekitar empat juta pengungsi, lebih banyak daripada sekutu NATO lainnya. Dia pun mengingatkan bahwa negara itu telah menderita akibat serangan teroris.
”Ada perbedaan, ada ketidaksepakatan, kita perlu mengatasinya,” kata Stoltenberg. ”Pada saat yang sama, kita perlu memastikan bahwa kita menyadari pentingnya Turki sebagai bagian dari NATO dan sebagai bagian dari keluarga Barat.”
Hubungan Turki dengan sekutu di Barat menjadi semakin tegang dalam beberapa bulan terakhir. Amerika Serikat telah marah dengan pembelian sistem rudal S-400 Rusia oleh Ankara, yang tidak sesuai dengan jaringan pertahanan udara NATO.
Turki juga dituduh melanggar embargo senjata PBB di Libya, di mana Turki mendukung pemerintah Tripoli dalam perang saudara di negara itu.
Dukungan Turki pun dipandang telah mendorong Azerbaijan untuk melanjutkan konflik lamanya dengan Armenia. Presiden Perancis Emmanuel Macron telah terlibat dalam perang kata-kata yang semakin sengit dan menjurus ke persoalan pribadi dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Macron pun telah menyerukan solidaritas UE dengan Yunani dalam persoalan Yunani Siprus dengan Turki.
Dari Ankara dilaporkan, Erdogan menepis prospek potensi sanksi UE atas Ankara. Erdogan mengatakan langkah seperti itu tidak akan menjadi perhatian Ankara.
”Secara resmi, sejak 1963, UE telah menerapkan sanksi terhadap kami terus-menerus. UE tidak pernah jujur dan tidak pernah berdiri di belakang janjinya. Namun, kami selalu bersabar,” kata Erdogan seperti dikutip kantor berita Anadolu.
Berbicara sehari sebelum KTT UE dimulai, Erdogan mengatakan, Turki akan menunggu dan melihat keputusan blok tersebut. Ia menambahkan bahwa beberapa pemimpin yang tulus dan jujur telah berdiri tegak dalam ketidaksetujuan mereka terhadap sikap seperti itu terhadap Turki.
Sebelum meninggalkan Ankara untuk kunjungan resmi dua hari ke Azerbaijan, Erdogan mengatakan Turki akan mendukung Azerbaijan selama rekonstruksi di tanah reklamasi yang sebelumnya diduduki oleh Armenia.
Setelah 44 hari pertempuran antara kedua negara, bulan lalu wilayah Nagorno-Karabakh akhirnya dibebaskan. Erdogan menegaskan Ankara akan terus mendukung Azerbaijan. (AFP/REUTERS/BEN)