Rekening Bank Aktivis Prodemokrasi Dibekukan, Warga Hong Kong Gerah
Bank HSBC membekukan sejumlah rekening aktivis dan para pihak yang terkait dengan gerakan prodemokrasi Hong Kong atas perintah polisi setempat.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
HONG KONG, RABU — Tindakan kepolisian Hong Kong membekukan rekening Bank HSBC milik beberapa orang yang terkait protes prodemokrasi membuat warga gerah. Apalagi, salah satu rekeningnya adalah milik gereja. Banyak penduduk mulai memindahkan sebagian tabungannya ke rekening luar negeri.
Informasi yang dihimpun hingga Rabu (9/12/2020) menyebutkan, manajemen Bank HSBC sejak pekan lalu mulai membekukan sejumlah rekening aktivis gerakan prodemokrasi. Dimulai dari Ted Hui, kemudian menyusul rekening gereja Good Neighbour North District Church pada Senin (7/12/2020).
Polisi beralasan, ada praktik pencucian uang sehingga pihaknya memblokir rekening-rekening tersebut. Polisi menyita 850.000 dollar Hong Kong atau sekitar Rp 1,5 miliar yang dikumpulkan melalui platform penggalangan dana.
Polisi menuduh Hui melakukan tindak pidana pencucian uang dan berkolusi dengan asing. Total jumlah dana yang dibekukan dari lima rekening senilai sekitar Rp 45,2 miliar.
Meski terbatas, langkah polisi telah memicu kekhawatiran akan ada pembekuan aset aktivis prodemokrasi lain yang menentang Beijing dan menolak perbedaan pendapat. HSBC menolak untuk memberikan keterangan mengenai pembekuan rekening tertentu tersebut.
Jimmy Chung, yang bekerja pada bidang perencanaan ritel, mengatakan telah membuka rekening bank di Swiss pada Juni lalu ketika Pemerintah Hong Kong menerapkan Undang-Undang Keamanan Nasional.
Pria berusia 40 tahun yang tidak memiliki hubungan dengan aktivis politik Hong Kong itu mengaku dirinya telah mentransfer ribuan dollar dari tabungannya pada Juli sebagai tindakan pencegahan. Kini, dia tengah mempertimbangkan untuk meninggalkan Hong Kong.
”Saya tidak pernah mengira segalanya akan berkembang secepat ini. Saya harus membuat lebih banyak rencana darurat,” kata Chung, mengacu pada pembekuan rekening bank baru-baru ini.
Reaksi Chung mewakili reaksi begitu banyak orang di Hong Kong yang khawatir dengan peristiwa di pusat keuangan internasional itu, yang menarik investasi signifikan. Dua bankir senior mengatakan, beberapa klien mereka yang membuka rekening luar negeri tahun lalu sudah mulai memindahkan dana.
”Orang-orang yang semula ragu-ragu mengambil keputusan mulai melakukan aksinya sekarang. Mereka khawatir (pembekuan rekening) ini bisa meluas dan mereka akan rugi banyak jika semua tabungan mereka ada di Hong Kong,” kata salah satu bankir yang tidak mau disebutkan namanya.
Bankir lain yang bekerja pada manajemen aset Eropa mengatakan, beberapa klien yang tidak terlibat dalam protes mengubah aset dalam mata uang lokal menjadi dollar AS saat mereka bersiap untuk memindahkannya ke luar negeri.
Seorang pengacara yang sering mewakili kalangan atas Hong Kong mengatakan, kliennya mulai mencari alternatif untuk memarkir aset mereka dengan aman. Mereka juga berharap penguasa menggunakan ”tangannya” secara lebih longgar dibandingkan dengan apa yang tengah dipertontonkan saat ini.
Rekening gereja
Selain menyasar individu, polisi dan Pemerintah Hong Kong juga menyasar lembaga nirlaba, termasuk lembaga keagamaan yang membantu penyelenggaraan protes prodemokrasi. Tiga rekening yang terkait gereja Hong Kong masih dibekukan.
”Rekeningnya masih dibekukan,” kata Roy Chan, pendeta evangelis dari Gereja Distrik Tetangga Baik Utara. Sukarelawan gereja ini membantu para pengunjuk rasa prodemokrasi Hong Kong dalam berbagai aksi.
Chan, dalam perbincangan melalui akun media sosial Facebook, mengatakan, mereka sama sekali tidak mendapat pemberitahuan dari bank atau polisi sebelum pembekuan itu diputuskan oleh bank. Kini, Chan bersama istri dan anaknya yang telah tinggal di Inggris hidup dengan ”dompet kosong”.
Gereja mengatakan dalam sebuah pernyataan Selasa malam bahwa petugas polisi dari unit kejahatan keuangan kota menggeledah tempat kedua yang digunakan oleh mereka dan meminta kontak dengan Chan. Pihak gereja juga telah mengajukan banding atas pembekuan tersebut.
Gereja menilai tindakan polisi dan Pemerintah Hong Kong, yang didukung manajemen HSBC, adalah pembalasan politik. Pembekuan telah memengaruhi layanan lain, salah satunya adalah tempat penampungan tunawisma.
Tindakan manajemen HSBC yang secara terang-terangan mendukung penerapan UU Keamanan Nasional China telah memicu kritik dari banyak pihak, termasuk Pemerintah AS dan Inggris.
Meski ada sejumlah protes, Hong Kong belum mengalami arus keluar modal yang besar. Sebaliknya, Hong Kong diuntungkan dengan arus masuk dana terkait sejumlah besar penawaran umum saham.
Menanggapi kritik bahwa tindakan pembekuan sejumlah rekening aktivis prodemokrasi akan merusak citra Hong Kong, Pemimpin Hong Kong Carrie Lam mengatakan, sistem keuangan dan moneter tetap kuat.
Otoritas moneter Hong Kong mengatakan, pembekuan dana atau properti terkait penyelidikan kriminal dilakukan oleh lembaga penegak hukum dan bank diharapkan dapat bekerja sama. (AFP/REUTERS)