Penyakit Misterius Melanda Negara Bagian Andhra Pradesh di India
Sejumlah korban memang menunjukkan gejala umum keracunan timbal, yakni kejang-kejang dan pingsan. Apalagi, di darah sebagian korban ditemukan timbal.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
HYDERABAT, RABU — Otoritas kesehatan di Andhra Pradesh, India, dipusingkan dengan ratusan orang yang mendadak sakit. Pada sebagian pasien ditemukan kandungan logam berat melebihi ambang batas.
Hingga Rabu (9/12/2020), lebih dari 500 orang dirawat dan seorang lagi meninggal. Sebagian besar korban berada di Eluru, salah satu kota di Negara Bagian Andhra Pradesh. Banyak pasien pingsan dan mual.
”Pasien, khususnya anak-anak, mendadak muntah-muntah setelah merasa matanya amat panas. Sebagian lemas dan seperti ditindih,” kata salah seorang perawat di Rumah Sakit Eluru kepada The Indian Express.
Salah seorang dokter di rumah sakit itu, AS Ram, menyebutkan, sebagian korban lebam di kepala. Sebab, mereka mendadak pingsan dan jatuh sehingga kepalanya terkena lantai atau jalanan. ”Setelah 1 atau 2 jam, mereka membaik,” ujarnya.
Menteri Besar Andhra Pradesh Jaganmohan Reddy menyatakan bahwa penyelidik kesehatan telah dikirimkan ke Eluru. Pemeriksa terdiri dari perwakilan Institut Ilmu Kesehatan India (AIIMS), Institut Nutrisi Nasional (NIN), Institut Teknologi Kimia India (IICT), dan Pusat Biologi Molekuler (CCMB).
Lembaga-lembaga itu tengah mencari tahu lebih lanjut soal penyakit misterius tersebut.
Reddy dinyatakan telah memerintahkan pemeriksaan menyeluruh fenomena itu. Bahkan, ada permintaan khusus untuk menyelidiki laporan penemuan timbal dan nikel dalam darah para korban.
Tokoh oposisi Andhra Pradesh, N Chandrababu Naidu, juga mendesak penyelidikan menyeluruh. Ia menduga ada keracunan logam berat massal. Sebab, sebagian korban menunjukkan darah mereka mengandung timbal dan nikel.
Kepala RS Eluru AV Mohan mengatakan bahwa tim medis belum bisa memastikan apakah penyakit misterius itu terkait timbal dan nikel di darah sebagian korban. Jumlah korban yang diperiksa terlalu sedikit untuk bisa menyimpulkan penyebab utama penyakit itu.
Selain itu, di sekitar Eluru tidak ada pabrik kimia. Kini, tim pemeriksa sedang meneliti seluruh sungai dan tempat pengolahan air untuk mencari tahu lebih lanjut soal kandungan timbal dan nikel. Tempat penyimpanan pangan juga diperiksa.
Dampak timbal
Sejumlah korban memang menunjukkan gejala umum keracunan timbal, yakni kejang-kejang dan pingsan. Apalagi, di darah sebagian korban ditemukan timbal, logam yang antara lain ditemukan pada bahan bakar minyak beroktan rendah seperti yang dipasarkan di Indonesia, mainan anak-anak, dan sebagian kemasan makanan.
Pada anak-anak, keracunan timbal dapat menghambat proses tumbuh kembang. Sementara pada ibu hamil, keracunan timbal bisa mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin hingga keguguran.
Sementara pada orang dewasa, keracunan timbal mengakibatkan kegagalan sejumlah organ dalam, seperti ginjal, paru, dan jantung. Timbal juga dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi.
Otoritas Andhra Pradesh masih mencari tahu apakah para korban benar-benar keracunan timbal dan nikel atau sumber lain. Sebagian pihak justru menduga para korban keracunan pestisida. Hal itu lebih mungkin karena Andhra Pradesh punya banyak lahan pertanian dan perkebunan.
Negara bagian itu dikenal sebagai salah satu penghasil beras, kelapa, jambu, dan tebu. Perkebunan dan pertanian itu dikenal sebagai pengguna pestisida dalam skala besar.
Namun, karena penyelidikan masih berlangsung, otoritas masih terus mencari tahu apa penyebab penyakit misterius itu. Fenomena itu menambah persoalan di Andhra Pradesh yang selama beberapa bulan terakhir termasuk negara bagian dengan jumlah pasien Covid-19 yang tinggi. Sedikitnya 800.000 pasien Covid-19 tercatat di sana.
Pertanian dan perkebunan yang masih mengandalkan tenaga kerja manusia dan cara kerja berkelompok diduga ikut memicu penyebaran Covid-19. Sebab, bekerja di ladang dan kebun secara berkelompok menyulitkan jaga jarak. Para pekerja kerap berada dalam jarak kurang dari 1 meter di antara satu dan lainnya.
Padahal, salah satu cara pencegahan penularan adalah dengan menjaga jarak sekurangnya 1,5 meter dari orang lain. (AP/REUTERS)