Penyakit Misterius Diplomat AS di Kuba-China Dipicu Radiasi Gelombang Pendek
Komite Akademi Sains Nasional memaparkan temuan bahwa ”energi frekuensi radio yang diarahkan dan berdenyut” adalah penjelasan yang paling masuk akal dalam kasus para diplomat AS yang tiba-tiba sakit mendadak tahun 2016.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
WASHINGTON, MINGGU — Penyakit misterius yang diderita para diplomat Amerika Serikat di Kuba dan China mulai terungkap. Temuan Komite Akademi Sains Nasional, Sabtu (5/12/2020), menyebutkan mereka mendadak sakit kemungkinan besar gara-gara terpapar radiasi gelombang pendek secara langsung.
Pada akhir tahun 2016, diplomat-diplomat AS di Havana, Kuba, tiba-tiba sakit tanpa penyebab yang jelas. Sejak itu, proses penyelidikan terus dilakukan.
Komite Akademi Sains Nasional memaparkan temuan dalam studi yang dilakukan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat itu, Sabtu (5/12/2020). Studi tersebut menemukan ”energi frekuensi radio yang diarahkan dan berdenyut” merupakan penjelasan yang paling masuk akal melihat gejala-gejalanya, seperti tekanan yang intens pada kepala, rasa pusing, dan masalah kognitif.
Penjelasan itu dinilai lebih masuk akal ketimbang dugaan penyebab sebelumnya, yakni penyakit tropis atau masalah psikologis. Namun, studi itu tidak menyebutkan sumber atau asal energinya. Tidak disebutkan juga apakah energi itu akibat dari sebuah serangan. Penelitian ini juga mencatat pernah ada penelitian sebelumnya yang menemukan kasus serupa di Uni Soviet.
Dalam laporan itu disebutkan bahwa 19 anggota komite kesulitan menguak misteri kesehatan ini. Apalagi mengingat Akademi Nasional Sains tidak mendapatkan akses untuk semua studi yang pernah dilakukan terhadap kasus ini. Banyak informasi yang dirahasiakan. Kasus-kasus ini dinilai mengkhawatirkan karena memunculkan dugaan adanya mekanisme serangan dan juga akibat yang ditimbulkan membuat korban menderita dan lemah.
”Kita harus menyelesaikan kasus-kasus ini agar kita tahu apa yang terjadi jika terulang kembali," kata Ketua Komite Akademi Sains Nasional yang juga Guru Besar di Stanford University, David Relman.
Gejala-gejala sakit, seperti pusing dan tekanan pada kepala, dirasakan belasan warga AS yang bekerja di Kedutaan Besar AS di Kuba dan diplomat-diplomat Kanada serta staf di kantor konsulat AS di Guanghzhou, China, pada awal 2017. Ada beberapa dari mereka yang mengkritik respons Pemerintah AS terhadap keluhan sakit mereka. Bahkan, ada salah satu dari mereka yang mengajukan gugatan terhadap Departemen Luar Negeri AS.
Pada akhir 2016 dan Mei 2018, ada beberapa diplomat AS dan Kanada di Havana yang mengeluh sakit, tetapi tidak tahu penyebabnya. Kabarnya, ada 26 staf AS yang sakit. Beberapa orang mengaku mendengar suara nyaring yang intens mirip seperti suara jangkrik saat berada di rumah atau sedang menginap di hotel. Karena laporan ini, dulu dugaan awal penyebabnya adalah serangan sonik.
Setelah mendengar suara itu mereka merasa pusing, sakit kepala parah, lelah, mual, susah tidur, dan pendengaran berkurang.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Asosiasi Kesehatan Amerika disebutkan bahwa tim medis sudah memeriksa 21 orang yang sakit di Kuba. Asosiasi itu tidak menyinggung senjata gelombang pendek sebagai penyebab. Hasil penelitian ini dipublikasikan di Jurnal Asosiasi Kesehatan Amerika, Maret lalu.
Meski demikian, penulis utama penelitian itu, yakni Direktur Pusat Luka dan Perbaikan Otak di University of Pennsylvania, Douglas Smith, menduga senjata gelombang pendeklah yang diduga kuat menjadi penyebab gangguan pada otak. ”Awalnya semua ragu, tetapi sekarang semua curiga ada penyebab lain seperti senjata itu,” ujarnya.
AS menuding Kuba berada di balik ”serangan” itu. Pada September 2017 AS menarik pulang lebih dari separuh stafnya dari kantor kedubes di sana dan mengusir 15 diplomat Kuba dari Washington. Kuba membantah tuduhan itu. Pada Juni 2018, Deplu AS juga menarik pulang diplomat AS dari China setelah ditemukan kasus-kasus serupa.
Senjata psikotronik
Menurut harian The New York Times, ilmuwan Allan Frey, pada tahun 1960 pernah menemukan bahwa otak bisa mengenali gelombang pendek sebagai suara. Temuan Frey inilah yang kemudian membuka penelitian-penelitian lanjutan yang dilakukan baik oleh AS dan Uni Soviet untuk mengeksplorasi potensi penggunaan gelombang pendek sebagai senjata. Rusia menjuluki tipe senjata itu psikofisik atau psikotronik.
Badan Intelijen Pertahanan AS pada tahun 1976 memperingatkan penelitian Uni Soviet tentang gelombang pendek menunjukkan potensi mengganggu pola perilaku personel militer atau diplomatik. Badan Keamanan Nasional AS menggambarkan ada negara asing membangun senjata yang dirancang untuk merusak sistem saraf.
Militer AS juga meneliti penggunaan senjata gelombang pendek, sedangkan angkatan udara memenangi paten atas penemuan yang bisa mengirimkan pidato yang bisa dipahami ke kepala musuh. Para peneliti di angkatan laut mengeksplorasi pemanfaatan efek Frey untuk menghasilkan suara yang cukup kuat hingga menimbulkan rasa tidak nyaman yang menyakitkan, bahkan bisa melumpuhkan subyek. (AP)