Mahasiswa UE Cemas dengan Biaya Pendidikan Mahal di Inggris
Inggris kini didatangi hampir 150.000 mahasiswa dari 27 negara Uni Eropa. Sampai tiga pekan ke depan, mereka menikmati status sebagai mahasiswa lokal.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
LONDON, MINGGU — Para pelajar Inggris dan Uni Eropa mulai mencemaskan masa depan pendidikan mereka. Sebab, belum ada kejelasan soal pengaturan pembiayaan pendidikan setelah Inggris keluar dari blok Uni Eropa.
Inggris secara resmi keluar dari Uni Eropa (UE) pada 31 Januari 2020 dan ada masa transisi sampai 31 Desember 2020. Sebelum masa transisi ini berakhir, London dan Brussels harus memiliki kesepakatan untuk mengatur kembali hubungan mereka di masa depan.
Namun, hingga Minggu (6/12/2020), belum ada kesepakatan atas proses yang dikenal sebagai Brexit itu. Bagi warga UE dan Inggris, kesepakatan yang dinanti antara lain soal kemudahan bergerak lintas negara dan pembiayaan pendidikan.
Pertanyaan soal pembiayan pendidikan semakin penting menjelang tahun ajaran baru yang akan dimulai di Inggris pada 1 Agustus 2021.
Tanpa adanya kesepakatan, pelajar UE akan membayar biaya pendidikan lebih mahal jika tetap melanjutkan kuliah di Inggris. Sebab, pelajar UE akan dikenai tarif untuk kelompok internasional.
Di Inggris, biaya pendidikan bagai mahasiswa internasional berkisar 10.000- 26.000 poundsterling atau Rp 190,7 juta-Rp 495,8 juta (kurs 1 poundsterling= Rp 19.000) per tahun untuk program sarjana. Khusus untuk kedokteran, biayanya mencapai 59.000 poundsterling (sekitar Rp 1,1 miliar).
Di Inggris, rentang waktu kuliah sarjana rata-rata 3 tahun. Biaya pendidikan itu tentu saja tidak termasuk biaya kebutuhan hidup sehari-hari. ”Uang besar bagi orang Polandia,” kata salah seorang mahasiswa Polandia yang sedang mempertimbangkan melanjutkan kuliah di Inggris, Michal Gren.
”Mulai sekarang, bukan latar pengetahuan atau potensi akademik yang menentukan akan melanjutkan kuliah di Inggris, melainkan latar belakang keuangan,” kata Ketua Persatuan Mahasiswa Polandia di Inggris Dominik Frej.
Berkurang
Mahasiswa teknologi dirgantara pada Queen Mary University of London itu menyebut, jumlah mahasiswa Polandia di Inggris bisa merosot. Kini, ada 8.000 mahasiswa Polandia di Inggris. Ke depan, hanya bisa tersisa sekitar 2.000 mahasiswa gara-gara biaya pendidikan yang semakin mahal.
Inggris kini didatangi hampir 150.000 mahasiswa dari 27 negara UE. Sampai tiga pekan ke depan, mereka menikmati status sebagai mahasiswa lokal yang membuatnya hanya perlu membayar paling mahal 9.250 poundsterling per tahun.
Bahkan, mereka tidak membayar biaya kuliah jika kampusnya di Skotlandia. Untuk mereka yang tidak mampu membayar biaya kuliah, bisa mengajukan beasiswa atau mengajukan pinjaman.
Ke depan, fasilitas pinjaman itu tidak diberikan lagi. Mahasiswa UE harus membayar 350 poundsterling untuk biaya permohonan visa jika masa belajar melebihi 6 bulan. Mereka juga harus membayar iuran BPJS Kesehatan setara 500 poundsterling per tahun. Aturan itu berlaku untuk mahasiswa UE yang akan masuk Inggris selepas 31 Desember 2020.
Sampai sekarang, tidak ada kejelasan apakah Inggris akan terus bergabung dengan program pendidikan UE, seperti Erasmus+ atau Horizon Europe. ”Semakin sulit menentukan apakah akan terus kuliah di Inggris, atau pulang kampung,” kata Green.
Seorang mahasiswa Jerman yang kuliah di Sheffield Hallam University, Daniel Haid, menemukan bahwa banyak rekannya tidak mau melanjutkan kuliah di Inggris. ”Kami punya kemewahan sebagai warga UE. Ada banyak pilihan bagus,” kata mahasiswa program doktoral untuk ilmu olahraga itu.
Ke depan, menurut Haid, Inggris bukan lagi pilihan bagus. Bahkan, tawaran di Inggris akan kalah saing dibandingkan dengan negara lain. ”Akan lebih sedikit mahasiswa Eropa. Saya tahu banyak orang tidak akan mendaftar, orang-orang yang akan mulai kuliah pada September 2021,” kata mahasiswa di University of Cambridge, Laura Langone.
Universities and Colleges Admissions Service (UCAS) mencatat, sekarang pun jumlah mahasiswa UE ke Inggris sudah berkurang. Dari 6.480 pendaftar pada 2019, menjadi 5.220 pada 2020.
Perguruan tinggi di Inggris berharap London tetap ikut Erasmus+. Kalaupun tidak terlibat di program itu, London diharapkan menciptakan mekanisme sejenis untuk Inggris. London juga diharapkan membuat kejelasan atas sejumlah aturan. Salah satunya soal izin tinggal.
Biasanya, calon mahasiswa asal UE harus mendapat izin tinggal yang berlaku tiga tahun jika ingin mendapat status mahasiswa lokal di Inggris.
Kini, salah satu satu syarat untuk mendapatkan izin itu ialah menyambangi Inggris sekurangnya sehari sebelum 31 Desember 2020. Padahal, kini pergerakan lintas negara amat sulit karena Covid-19. (AP/REUTERS)