Penjualan Senjata AS Meningkat di Bawah Pemerintahan Trump
Penjualan persenjataan AS ke luar negeri di bawah pemerintahan Donald Trump senilai 57,5 miliar dollar AS per tahun. Nilai itu meningkat daripada rata-rata penjualan ke luar negeri di masa pemerintahan Barack Obama.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
WASHINGTON, JUMAT — Penjualan senjata dan peralatan militer Amerika Serikat ke negara-negara di dunia naik sekitar 2,8 persen menjadi 175 miliar dollar AS sepanjang tahun fiskal 2020 yang berakhir pada 30 September. Pada tahun fiskal sebelumnya, nilai ekspor senjata-senjata buatan AS mencapai 170 miliar dollar AS. Pelonggaran pembatasan di masa kepresidenan Presiden Donald Trump telah meningkatkan penjualan senjata AS.
Bill Hartung, Direktur Program Senjata dan Keamanan di lembaga think tank Kebijakan Internasional, menyatakan, rata-rata penjualan senjata buatan AS–di era Trump–mencapai 57,5 miliar dollar AS per tahun. Nilai itu meningkat dibandingkan rata-rata penjualan senjata kepada pihak asing di masa pemerintahan Presiden Barack Obama. Nilai penjualan senjata ke luar negeri di bawah pemerintahan Obama selama delapan tahun adalah 53,9 miliar AS per tahun. Merujuk data penghitungan itu, menurut Hartung, di masa pemerintahan Trump, penjualan senjata dan peralatan militer AS ke luar negeri naik sekitar 6 persen secara rata-rata per tahun.
Penjualan jet tempur dan peluru kendali telah meningkat dalam setahun terakhir ketika para sekutu AS berusaha mendapatkan akses ke teknologi terbaru dari perusahaan AS, di antaranya Lockheed Martin Co dan Raytheon Technologies. Salah satu kesepakatan besar yang dicapai pada 2020 adalah tambahan pembelian 63 jet tempur F-35 oleh Jepang dari Lockheed Martin senilai 23 miliar dollar AS.
Ada dua cara utama pemerintah asing membeli senjata dari perusahaan AS. Pertama, melalui penjualan komersial langsung yang dinegosiasikan antara pemerintah dan perusahaan. Adapun kedua adalah lewat Pemerintah AS, yang jalurnya adalah pemerintah negara pembeli menghubungi pejabat Departemen Pertahanan AS di Kedutaan AS di negara yang bersangkutan. Kedua metode pembelian itu membutuhkan persetujuan Pemerintah AS.
Pertama, melalui penjualan komersial langsung yang dinegosiasikan antara pemerintah dan perusahaan. Adapun kedua adalah lewat pemerintah di luar AS yang menghubungi pejabat Departemen Pertahanan AS di Kedutaan AS di negara yang bersangkutan.
Penjualan peralatan militer secara langsung oleh perusahaan-perusahaan AS melonjak 8,4 persen menjadi 124,3 miliar dollar AS pada tahun fiskal 2020. Hal itu merujuk pada data yang dirilis Departemen Luar Negeri AS. Pada tahun fiskal sebelumnya, nilai penjualan mereka mencapai 114,7 miliar dollar AS. Adapun penjualan yang diatur melalui Pemerintah AS turun 8,3 persen menjadi 50,78 miliar dollar AS pada 2020. Penjualan senjata melalui Pemerintah AS di tahun fiskal sebelumnya senilai 55,39 miliar dollar AS.
Pemerintahan Trump pada 2018 meluncurkan program ”Beli Produk Amerika” terbaru. Melalui kebijakan itu, Washington melonggarkan pembatasan penjualan senjata dan peralatan militer negara itu. Kebijakan itu dilakukan secara simultan dengan dorongan pada para pejabat AS untuk mengambil peran lebih besar dalam meningkatkan bisnis di luar negeri bagi industri senjata AS. Trump akan meninggalkan kantor kepresidenan AS pada 20 Januari tahun depan. Sejauh ini belum terlihat bagaimana kebijakan presiden pengganti Trump, Joe Biden, apakah akan meneruskan kebijakan pendahulunya atau menerbitkan kebijakan baru.
Ekspor AS dan Perancis
Transfer senjata utama internasional selama periode lima tahun, 2015-2019, meningkat 5,5 persen dibandingkan dengan 2010-2014. Menurut data baru dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), AS termasuk eksportir senjata terbesar selama lima tahun terakhir bersama Rusia, Perancis, Jerman, dan China. Data baru menunjukkan bahwa aliran senjata ke Timur Tengah telah meningkat, di mana Arab Saudi menjadi importir terbesar senjata di dunia.
Data SIPRI memperlihatkan peningkatan signifikan pada ekspor senjata dari AS dan Perancis antara 2010-2014 dan 2015-2019. Ekspor senjata utama dari AS tumbuh sebesar 23 persen, meningkatkan pangsanya dari total ekspor senjata global menjadi 36 persen. Pada 2015-2019, total ekspor senjata AS diketahui 76 persen lebih tinggi dibandingkan eksportir senjata terbesar kedua di dunia, yakni Rusia. Senjata utama dari AS dikirim ke total 96 negara.
”Separuh dari ekspor senjata AS dalam lima tahun terakhir diekspor ke Timur Tengah dan separuhya lagi ke Arab Saudi,” kata Pieter D Wezeman, peneliti senior di SIPRI. ”Pada saat yang sama, permintaan untuk pesawat militer canggih AS meningkat, terutama di Eropa, Australia, Jepang, dan Taiwan.”
Ekspor senjata dari Perancis mencapai level tertinggi selama periode lima tahun sejak 1990 dan menyumbang 7,9 persen dari total ekspor senjata global pada 2015-2019. Ekspor senjata dari Perancis melonjak sekitar 72 persen pada 2010-2014. Peneliti SIPRI, Diego Lopes Da Silva, mengungkapkan, industri senjata Perancis telah memperoleh keuntungan dari permintaan senjata di Mesir, Qatar, dan India. (REUTERS)