Mungkinkah Biden Mengubah Kebijakan Trump soal Perang Dagang?
Biden menyiratkan tidak serta-merta mengubah kebijakan Trump dalam hal perdagangan. Ia menjelaskan bahwa pekerjaan pertamanya adalah menghidupkan kembali ekonomi AS.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
WASHINGTON, RABU — Presiden terpilih Amerika Serikat, Joe Biden, tidak diragukan lagi memiliki rencana membatalkan banyak kebijakan Presiden Donald Trump ketika dirinya resmi mengambil tanggung jawab atas Gedung Putih awal tahun depan. Namun apakah itu akan berlaku dalam hal kebijakan ekonomi perdagangan, khususnya perang dagang Washington dengan Beijing?
Dalam sebuah wawancara dengan The New York Times yang diterbitkan Rabu (2/12/2020), Biden menyiratkan tidak serta-merta mengubah kebijakan Trump dalam hal perdagangan. Ia menjelaskan bahwa pekerjaan pertamanya adalah menghidupkan kembali ekonomi AS yang terpukul, bukan mengubah kebijakan perdagangan secara radikal. ”Saya ingin memastikan kita akan berjuang keras dengan berinvestasi di Amerika terlebih dahulu,” kata Biden kepada surat kabar tersebut. ”Saya tidak akan membuat perjanjian perdagangan baru dengan siapa pun sampai kami melakukan investasi besar di sini di rumah dan bagi pekerja kami, termasuk dalam soal pendidikan.”
Pernyataan tersebut membawa implikasi besar bagi teman dan musuh AS, namun yang paling mungkin terdampak adalah China. Trump memulai perang dagangnya dengan Beijing di tengah keluhan subsidi yang tidak adil dan pencurian kekayaan intelektual di dalam negeri AS. Kesepakatan ”fase satu” yang ditandatangani awal tahun ini meredakan ketegangan itu.
Biden mengindikasikan rencananya untuk tetap berpegang pada kesepakatan tersebut. Itu artinya dia kemungkinan tidak akan mengakhiri tarif yang diberlakukan Washington terhadap Beijing.
Para analis mengatakan komentar itu menunjukkan bahwa sang presiden terpilih yang akan segera dilantik itu memahami risiko hubungan perdagangan Washington. Hubungan itu memburuk pada saat ekonomi domestik terguncang dari tekanan hebat yang ditimbulkan pandemi Covid-19. Biden harus memilih sekaligus memastikan dirinya tidak membuat marah koalisi sekutu domestiknya yang membantunya memenangi pemilihan.
”Terkait China, hal itu tidak mengherankan,” kata Eswar Prasad, profesor ekonomi di Cornell University. ”Biden akan menerima tekanan balik yang sangat besar dari serikat buruh dan dari sayap-sayap Partai Republik jika dia telah menghapus tarif tanpa menuntut konsesi dari China.”
Diplomasi Trump yang tidak menentu membuat dirinya seperti melakukan kebijakan-kebijakannya sendiri dalam perselisihan Washington dengan Beijing.
Diplomasi Trump yang tidak menentu membuat dirinya seperti melakukan kebijakan-kebijakannya sendiri dalam perselisihan Washington dengan Beijing. Biden dalam wawancara tersebut mengatakan dia akan segera fokus pada perbaikan-perbaikan langkah-langkah itu.
”Strategi terkait China yang terbaik, menurut saya, adalah mengembalikan atau menyatukan mereka yang adalah bagian dari kita atau pernah menjadi sekutu kita kembali. Ini akan menjadi prioritas utama bagi saya di pekan-pekan awal. Yakni presiden mencoba mengumpulkan kita bersama ke pandangan yang sama dengan sekutu kita,” kata Biden seraya mengakui belum tahu tentang kebijakannya terkait China.
Hubungan yang lebih baik dengan sekutu, terutama Uni Eropa, kemungkinan memberi Washington posisi yang lebih kuat untuk menekan China untuk konsesi lebih lanjut. Prasad mengatakan, tim Biden akan diberi dasar bagi perdagangan dan negosiasi ekonomi dengan China yang sangat condong ke arah konflik daripada kerja sama.
”Pemerintahan baru akan menampilkan perubahan signifikan dalam strategi dan taktik dibandingkan dengan pendekatan pemerintahan Trump, tetapi sikap permusuhan secara keseluruhan terhadap China kemungkinan akan tetap tidak berubah,” kata Prasad.
Di sisi lain, dinamika akan tetap dihadapi Biden dalam mendekati UE. Sebab UE sendiri terkena kebijakan terkait tarif perdagangan dengan AS. Uni Eropa juga terkunci dalam banyak perselisihan dengan AS dalam berbagai masalah mulai dari industri kedirgantaraan hingga perpajakan digital.
Namun UE tampaknya bersedia bekerja sama dengan Washington di bawah Biden. Financial Times melaporkan bahwa Brussels sedang mengerjakan rencana untuk merevitalisasi kemitraannya dengan Washington. Kedua pihak siap mengatasi segalanya mulai dari menghentikan pandemi hingga soal deforestasi.
”Saya pikir pemerintahan Biden akan menerima inisiatif seperti itu,” kata Edward Alden dari Council on Foreign Relations, seraya menekankan bahwa kesepakatan tentang perpajakan digital dapat menghasilkan pendapatan bagi Washington, sesuatu yang sangat dibutuhkan.
Namun komentar Biden juga menunjukkan bahwa kesepakatan perdagangan bebas baru yang diinginkan Inggris dari Washington pasca-Brexit tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Langkah-langkah itu juga akan ditentukan oleh ujung negosiasi Inggris dan UE selepas Brexit. Langkah kebijakan yang diambil Biden dan tim ekonominya akan menentukan kebijakan Washington pasca-Trump selanjutnya. (AFP)