Kisah Mossad Memburu Ilmuwan Nuklir Iran Selama 31 Bulan
Tewasnya tokoh nuklir Iran sekelas Mohsen Fakhrizadeh, yang diyakini dilakukan oleh agen Mossad Israel, menunjukkan lemahnya sistem keamanan dan intelijen Iran.
Oleh
Musthafa Abd Rahman, dari Kairo, Mesir
·3 menit baca
Dalam kacamata intelijen, Teheran kembali dipermalukan oleh tewasnya ilmuwan nuklir terkemuka andalan Iran, Mohsen Fakhrizadeh (59). Ia dibunuh pada Jumat (27/11/2020) di Absard, kota yang berada tidak jauh di timur Teheran.
Pada Januari lalu, intelijen Iran juga kecolongan sekaligus dipermalukan oleh tewasnya tokoh militer sekelas komandan divisi Al Quds dari Garda Revolusi Iran, Jenderal Qassim Soleimani, dekat Bandara Internasional Baghdad, Irak.
Tewasnya Soleimani saat itu disebut hasil kolaborasi intelijen antara Mossad (dinas intelijen luar negeri Israel) dan Badan Pusat Intelijen Amerika Serikat (CIA).
Media Iran menyebutkan, nilai ketokohan Fakhrizadeh bagi negara Iran tidak kalah strategis dibandingkan nilai ketokohan Soleimani. Fakhrizadeh menjabat posisi sangat strategis sekaligus sensitif, yaitu kepala organisasi penelitian dan inovasi pada Kementerian Pertahanan Iran.
Pada periode 2010-2012, sudah empat ilmuwan nuklir Iran yang juga dibunuh Israel. Dimaklumi, Israel dan Iran sudah sejak lama terlibat perang intelijen di berbagai wilayah di muka Bumi ini, mulai dari Timur Tengah, Eropa, Asia, Afrika, hingga Amerika Latin.
Tewasnya tokoh nuklir Iran sekelas Fakhrizadeh yang diyakini dilakukan oleh agen Mossad menunjukkan lemahnya sistem keamanan dan intelijen Iran. Dengan kata lain, Israel unggul telak atas Iran dalam perang intelijen itu.
Embargo negara-negara Barat, khususnya AS, atas Iran sejak revolusi Iran tahun 1979 memberi dampak besar atas lemahnya akses Iran memperoleh teknologi canggih untuk mendukung aktivitas intelijennya.
Kelemahan sekaligus kekalahan Iran dari Israel dalam perang intelijen itu kini menjadi cemoohan dan kritik warganet Iran. Melalui sejumlah media sosial, warganet menyebutkan, ternyata telah ada sudut jalan Mossad di Teheran.
Sebutan adanya sudut jalan Mossad di Teheran oleh para netizen Iran itu untuk menunjukkan betapa Mossad telah merasuk jauh di Iran tanpa terdeteksi oleh intelijen Iran.
Apa yang dicapai Mossad dengan mampu membunuh ilmuwan nuklir Iran sekelas Fakhrizadeh sesungguhnya merupakan kisah panjang.
Operasi senyap
Kisah Mossad mengambil keputusan membunuh Fakhrizadeh bermula saat dinas intelijen luar negeri Israel itu mengklaim melakukan operasi besar yang senyap. Mereka berhasil mencuri arsip program nuklir Iran sebanyak sekitar 50.000 halaman dan 163 cakram padat, Januari 2018.
Iran saat itu menyebutkan, dokumen arsip yang diperlihatkan PM Israel Benjamin Netanyahu tentang program nuklirnya adalah palsu. Israel mempelajari 5.000 halaman arsip yang diboyong secara rahasia dari Iran ke Israel selama tiga bulan, yakni dari Februari hingga April 2018.
Dari ribuan halaman arsip program nuklir Iran itu, terkuak peran besar Fakhrizadeh dalam program nuklir Iran tersebut. Setelah arsip itu selesai dipelajari secara detail, Netanyahu secara khusus menggelar konferensi pers pada April 2018 untuk menyampaikan kepada publik dunia tentang program nuklir Iran dari informasi arsip program nuklir Iran yang dicuri Mossad itu.
Dalam forum konferensi tersebut, Netanyahu secara khusus menyebut peran nama Fakhrizadeh sebagai kepala ilmuwan dalam program nuklir Iran. Netanyahu lalu meminta semua orang mengingat nama Fakhrizadeh.
Setelah Netanyahu menyebut secara khusus nama Fakhrizadeh, Mossad kemudian segera menggelar operasi rahasia untuk menghabisi Fakhrizadeh.
Selama 31 bulan, sejak April 2018 hingga tewasnya Fakhrizadeh, Mossad memantau gerak-gerik sehari-hari ilmuwan nuklir Iran tersebut.
Disinyalir, Mossad telah beberapa kali mencoba melakukan operasi pembunuhan Fakhrizadeh di sejumlah tempat di Iran, tetapi gagal atau operasi itu dibatalkan di saat-saat terakhir.
Akhirnya pada Jumat, 27 November 2020, Mossad berhasil membunuh Fakhrizadeh di Absard.