Belum Sepakat soal Kuota Minyak, Pertemuan OPEC+ Bisa Ditunda
Negosiasi OPEC+ diperumit dengan posisi Uni Emirat Arab. Sebagai salah satu anggota OPEC, pihak UEA siap mendukung usulan Arab Saudi, tetapi dengan syarat.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
DUBAI, SELASA — Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak atau OPEC dan sekutunya yang dipimpin Rusia dilaporkan menunda pembicaraan tentang kebijakan produksi minyak untuk tahun 2021 hingga Kamis (3/12/2020).
Pengunduran pembicaraan dari jadwal sebelumnya, Selasa (1/12/2030), itu dilakukan karena para pihak utama dalam negosiasi itu belum mencapai kata sepakat perihal kuota pengurangan produksi minyak di tengah belum membaiknya permintaan global atas komoditas itu.
Kelompok OPEC+ direncanakan mengurangi pengurangan produksi yang ada sebesar 2 juta barel minyak per hari (bpd) mulai Januari tahun depan.
Namun, nyatanya, permintaan global terhadap minyak masih di bawah tekanan di tengah pandemi Covid-19. OPEC+ pun mempertimbangkan untuk memperpanjang pemotongan kuota yang ada sebesar 7,7 juta bpd. Jumlah itu berarti sekitar 8 persen dari permintaan global.
Menurut sejumlah sumber, perpanjangan itu diusulkan berlangsung hingga bulan-bulan pertama 2021. Usulan itu pun didukung oleh Arab Saudi. Namun, proses negosiasi atas usulan itu pada Senin (30/11/2020) gagal mencapai kesepakatan. Sebab, Rusia ingin OPEC+ justru mulai meningkatkan produksinya sebesar 0,5 juta bpd setiap bulan mulai dari Januari tahun 2021.
Negosiasi itu diperumit dengan posisi Uni Emirat Arab UEA). Sebagai salah satu anggota OPEC, pihak UEA siap mendukung usulan Arab Saudi. Namun, UEA mensyaratkan persetujuannya akan berlaku jika semua pihak yang terlibat dalam negosiasi OPEC+ itu meningkatkan kepatuhan mereka terhadap kesepakatan pemotongan kuota produksi.
Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan dalam pertemuan OPEC pada hari Senin bahwa dia akan mundur sebagai ketua bersama komite pemantau kementerian. Hal itu diungkapkan setidaknya oleh tiga sumber OPEC. Tidak jelas mengapa dia berencana melakukannya.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan, perbedaan antara Rusia dan OPEC tidak separah pada awal 2020 ketika ketidaksepakatan menyebabkan gagalnya pembicaraan, dan akibatnya produksi minyak secara global pun melonjak.
Peskov mengatakan, Presiden Rusia Vladimir Putin tidak memiliki rencana untuk menjalin komunikasi dengan Arab Saudi sebelum pertemuan OPEC+ digelar. Langkah serupa sebelumnya telah berujung pada melebarnya perselisihan antara OPEC dan sekutu produsen minyak pimpinan Rusia.
OPEC+ harus mencapai keseimbangan yang rumit untuk mendorong harga minyak berada di level yang dinilai cukup untuk membantu anggaran mereka.
Posisi kuota itu sendiri juga harus tidak boleh terlalu besar sehingga harga minyak dapat bersaing dengan minyak serpih produksi Amerika Serikat. Produksi minyak serpih AS cenderung naik karena harga minyak yang naik.
Negosiasi semakin menantang karena secara keuangan pihak Moskwa dapat menoleransi harga minyak yang lebih rendah daripada harga minyak yang menjadi target Riyadh. Deutsche Bank dalam sebuah catatan memproyeksikan harga minyak mentah Brent dapat jatuh harganya hingga 10 persen jika OPEC+ gagal mencapai kesepakatan kuota pemotongan. Harga minyak Brent sudah melemah 1,2 persen ke level 47,59 dollar AS per barel pada awal pekan ini.
”Tahun 2020 terus menjadi tahun dengan tantangan besar akibat pandemi Covid-19,” kata Abdelmadjid Attar, yang saat ini menjabat sebagai presiden bergilir OPEC. Attar, yang juga Menteri Energi Aljazair, berbicara dalam siaran langsung di awal pertemuan konferensi video kelompok itu. OPEC bergeming dengan sikapnya untuk tetap bertahan di pasar minyak mentah yang hancur akibat pandemi Covid-19 dan yang perlahan pulih dari jatuhnya harga pada April lalu.
Pada bulan April, anggota OPEC setuju untuk memangkas produksi sebesar 7,7 juta bpd untuk diturunkan menjadi 5,8 juta bpd pada Januari 2021. Namun, sebagian besar pengamat memperkirakan pemangkasan itu malah diperpanjang tiga hingga enam bulan untuk memperhitungkan efek pandemi yang sedang berlangsung.
”Gelombang kedua pandemi dan penguncian terkait hal itu telah meredam permintaan,” kata Attar pada pertemuan tingkat menteri.
”Guncangan terhadap industri minyak sangat besar dan dampaknya yang parah kemungkinan bergema di tahun-tahun mendatang,” katanya, menambahkan.
Ia memeringatkan, berita menggembirakan dari uji coba vaksin Covid-19 tidak serta merta dapat diterapkan secara global. Efek ditemukannya vaksin dan vaksinasi global mungkin tidak terlihat secara signifikan sebelum paruh kedua 2021. (AFP/REUTERS)