AS Tambahkan Empat Perusahaan China dalam Daftar Hitam
Washington berencana menambahkan empat entitas bisnis China ke dalam daftar hitam ekonomi Amerika Serikat.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
WASHINGTON DC, SELASA – Pemerintahan Presiden Donald Trump berencana untuk menambahkan entitas bisnis China ke dalam daftar hitam karena dinilai telah memanfaatkan teknologi sipil untuk kepentingan militer.
Langkah tersebut diambil menyusul terbitnya perintah eksekutif untuk menghalangi para calon investor dari "Negeri Paman Sam" itu membeli saham dari perusahaan-perusahaan yang masuk dalam daftar tersebut mulai November 2021.
Penambahan perusahaan China ke dalam daftar hitam Pemerintah AS dipandang sebagai upaya Trump dan Partai Republik untuk diwariskan kepada presiden terpilih AS, Joe Biden, dan Partai Demokrat.
Empat perusahaan baru China yang masuk ke dalam daftar hitam, yaitu China Construction Technology Co Ltd, China International Engineering Consulting Corp, Semiconductor Manufacturing International Corp (SMIC) dan China National Offshore Oil Corp (CNOOC).
Dengan penambahan empat perusahaan, seperti yang disebutkan dalam dokumen yang dilihat oleh Reuters dan empat sumber yang mengetahui masalah tersebut, jumlah entitas bisnis China yang masuk dalam daftar hitam pemerintah AS menjadi 35 perusahaan.
Pemerintahan Presiden AS Donald Trump hampir mengumumkan bahwa 89 perusahaan, baik dalam bidang kedirgantaraan ataupun yang lainnya, memiliki hubungan dengan militer China. Hal itu membuat pemerintah AS mengeluarkan kebijakan untuk membatasi mereka membeli berbagai barang dan teknologi AS.
Daftar Perusahaan China Terkait dengan Militer dan Partai Komunis China diamanatkan oleh Undang-Undang 1999 yang mewajibkan Pentagon untuk menyusun katalog perusahaan "yang dimiliki atau dikendalikan" oleh Tentara Pembebasan Rakyat, sebutan bagi militer China.
Namun, Departemen Pertahanan di Pentagon hanya mematuhinya pada 2020. Tiga perusahaan raksasa China, yaitu Raksasa seperti Hikvision, China Telecom, dan China Seluler ditambahkan awal tahun ini.
"Pemerintah kami berhak memperlakukan perusahaan-perusahaan ini sebagai boneka pemerintah China," kata Senator Partai Republik Tom Cotton, ketika ditanya tentang penambahan yang akan datang.
Cotton, yang sering kali bersikap keras terhadap pemerintah China, telah meminta DOD untuk merilis daftar itu tahun lalu.
Sementara SMIC mengatakan, manajemen perusahaan semikonduktor itu akan terus terlibat secara konstruktif dang terbuka dengan pemerintah AS. Mereka juga menyatakan, produk serta layanan mereka semata-mata untuk penggunaan sipil dan komersial.
"Perusahaan itu tidak memiliki hubungan dengan militer China dan tidak memproduksi untuk pengguna akhir atau penggunaan akhir militer," kata manajemen SMIC dalam sebuah pernyataan.
Akibat rencana pemerintah AS memasukkan SMIC dalam daftar hitam, pasar bereaksi. Saham SMIC ditutup 2,7 persen lebih rendah pada penutupan perdagangan Senin (30/11/2020).
SMIC, yang sangat bergantung pada peralatan dari pemasok AS, sudah berada dalam bidikan Washington.
Departemen Perdagangan AS, September lalu, memberi tahu beberapa perusahaan bahwa mereka perlu mendapatkan lisensi sebelum memasok barang dan jasa ke SMIC. Sebab ada yang tidak dapat diterima bahwa peralatan yang dipasok ke sana dapat digunakan untuk tujuan militer.
Sementara, harga saham CNOOC Ltd mengalami penuruan hingga 14 persen pada perdagangan, Senin. Mereka menyatakan bahwa perusahaan induk dan tidak ada pemberitahuan resmi dari otoritas AS tentang rencana pemerintah federal memasukkan perusahaan mereka dalam daftar hitam yang sudah diterima manajemen.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying berharap pemerintah AS tidak membangun tembok penghalang dan menambah hambatan dalam kerja sama dengan pemerintah China atas sikapnya yang diskriminatif terhadap entitas bisnis mereka.
Secara tidak langsung, kebijakan Trump ini bersentuhan dengan anggota Dewan Penasihat Ekonomi Biden, Brian Deese. Deese saat ini masih menjabat sebagai petinggi di BlackRock Inc, perusahaan manajemen aset.
Pada saat yang sama, BlackRock Inc. dan satu perusahaan manajemen aset lainya, yaitu Vanguard Group masing-masing memiliki sekitar 1 persen saham di CNOOC Ltd., unit usaha CNOOC serta empat persen saham SMIC.
Departemen Pertahanan AS dan tim transisi Biden tidak berkomentar soal rencana pemerintah Trump ini. Vanguard dan BlackRock juga menolak berkomentar. (REUTERS)