Tempe Jadi Jalan Perjumpaan Kuliner Indonesia-Meksiko
Tempe sudah hadir di Meksiko setidaknya sejak tahun 2005. Hal itu dirintis oleh seorang warga Meksiko bernama Luisa Velez Martines.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
MEXICO CITY, SELASA — Salah satu makanan olahan berbasis kedelai, tempe, dinilai dapat menjadi jalan integrasi budaya kuliner antara Indonesia dan Meksiko. Tempe dapat menggantikan posisi protein hewani dalam kuliner Meksiko. Tempe di Meksiko mulai digunakan sebagai sajian makanan dan sayuran olahan di restoran-restoran di Mexico City, khususnya di daerah colonia Roma yang menawarkan makanan bagi para vegetarian.
Tempe sudah hadir di Meksiko setidaknya sejak tahun 2005. Hal itu dirintis oleh seorang warga Meksiko bernama Luisa Velez Martines. Luisa adalah salah satu alumnus penerima program beasiswa dari Pemerintah Indonesia, Darmasiswa. Ia telah menjadi pengusaha tempe di negara asalnya.
Luisa mulai tertarik menjadi pengusaha tempe di Meksiko setelah mendapat mentor dari pengusaha tempe asal Indonesia yang tinggal di Jepang, yaitu Rustono. Hal ini dikisahkannya di sebuah webinar yang diselenggarakan oleh KBRI Mexico City yang bertema ”El Tempe: un alimento nutritivo de Indonesia como una oportunidad de integración culinaria Mexicana e Indonesia/ Tempe: olahan pangan bergizi Indonesia sebagai sebuah peluang integrasi kuliner Meksiko dan Indonesia” pada Selasa (24/11/2020). Rustono ikut diundang dalam seminar virtual itu. ”Saya senang akhirnya tempe bisa hadir di Meksiko,” kata Rustono sebagaimana ditulis dalam pernyataan pers KBRI Meksiko.
Webinar juga mengundang chef Meksiko ternama, yaitu Lalo Plascencia. Ia memaparkan potensi tempe yang dapat diintegerasikan dengan kuliner Meksiko. Menurut Lalo, tempe dapat menggantikan posisi protein hewani dalam kuliner Meksiko. Salah satu masakan Meksiko, Aguachile, misalnya. Makanan dari daerah Sinaloa di Meksiko yang biasanya berbahan dasar udang itu dapat diganti dengan tempe.
”Tempe seperti sponge, diberikan aneka saus langsung dapat cepat menyerap dan dapat dikombinasikan dengan berbagai kuliner karena sifatnya yang fleksibel, tanpa rasa, sehingga bisa diterima secara global,” papar Lalo.
Baik Lalo maupun Luisa, keduanya merasa bahwa tempe merupakan olahan pangan yang penting setara dengan proses tamalisasi atau proses olahan jagung yang merupakan bahan konsumsi utama di Meksiko.
Selain Aguachile, Lalo juga memperagakan resep lainnya, yaitu resep Taco Vegetariano de Tempe y Guacamole. Baik Lalo maupun Luisa, keduanya merasa bahwa tempe merupakan olahan pangan yang penting setara dengan proses tamalisasi atau proses olahan jagung yang merupakan bahan konsumsi utama di Meksiko. Luisa juga menyampaikan terima kasihnya kepada Indonesia karena telah menciptakan tempe untuk dunia. Hal ini juga mengingat tempe telah diterima baik di banyak negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Italia, Korea, dan China.
Dalam kesempatan yang sama Evi Siregar, dosen studi Asia Pasifik dengan fokus Indonesia yang berkarya di Colegio de Mexico, menjelaskan sejarah tempe di Indonesia. Ia juga menjabarkan kandungan gizi dan hasil olahan tempe yang banyak dikonsumsi oleh orang Indonesia. ”Saya berharap tempe di Meksiko bisa menjadi bagian dari pola konsumsi orang Meksiko sehari-hari melalui proses asimilasi budaya,” kata Evi. Ia menekankan kemungkinan tempe menjadi bahan pangan yang penting bagi orang Meksiko. Hal itu, menurut Lalo, terbuka sifatnya tetapi butuh waktu.
Selain akademisi dari Colegio de Mexico, webinar juga dimeriahkan partisipasi dari para mahasiswa Instituto Tecnológico Autónoma de Mexico (ITAM) melalui acara ”gustación gastronómica Indonesia / icip-icip makanan Indonesia”. Beberapa mahasiswa ITAM diminta mencicip tempe mendoan dan orek tempe kecap yang telah disiapkan oleh KBRI Mexico City dan menanyakan pendapat mereka tentang rasa tempe tersebut. Sebagian besar mahasiswa ITAM itu mengaku menyukai makanan tempe.
”Tempe teksturnya seperti tahu, rasanya seperti kacang tapi manis, cocok digabung dengan nasi,” ujar Arantxa, salah satu mahasiswa ITAM, mengomentari hidangan orek tempe kecap. ”Tempe mendoan ini lebih enak lagi kalau dimakan dengan cabe pedas,” imbuh Andrea yang menyukai makanan pedas karena masakan Meksiko juga terkenal pedas. (*)