Sepanjang November 2020, 164 warga sipil Afghanistan tewas oleh rangkaian kekerasan di sana. Sepanjang 2020, hampir 7.000 warga sipil tewas.
Oleh
Kris Mada
·4 menit baca
KABUL, RABU — Setelah hampir 50 tahun selalu dilanda perang, perdamaian tetap sulit tercapai di Afghanistan. Salah satu kejadian terbaru ialah dua ledakan bom di Bamiyan yang menewaskan 14 orang dan melukai sedikitnya 45 orang.
Padahal, berbagai pemberi sumbangan untuk Afghanistan menjadikan perdamaian sebagai salah satu syarat kucuran bantuan. Selain itu, dua ledakan itu juga semakin sering di tengah proses negosiasi perdamaian intra-Afghanistan, yakni di antara para pihak yang bertikai di negara itu.
Bom di Bamiyan meledak pada Selasa (24/11/2020) waktu setempat. Sampai Rabu (25/11/2020) pagi, belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan mematikan tersebut.
Sedikitnya 13 warga sipil dan seorang polisi tewas dalam insiden di jalan raya kota itu. Sejumlah kendaraan dan kedai di sekitar lokasi juga rusak. Kepala Kepolisian Bamiyan, Zabardast Safai, menyebut bahwa bom disembunyikan di tepi jalan.
Bamiyan adalah provinsi yang didiami kaum minoritas di Afghanistan. Provinsi itu terkenal kala Taliban meledakkan patung Buddha berusia ratusan tahun. Provinsi itu juga dikenal karena rangkaian serangan terhadap etnis minoritas Hazara oleh kelompok bersenjata yang beranggota etnis mayoritas Pasthun.
Insiden di Bamiyan menambah daftar korban tewas di Afghanistan. Sepanjang Januari-September 2020, sedikitnya 6.000 warga sipil Afghanistan tewas akibat berbagai kekerasan di sana. Pada November ini, sudah 164 orang sipil tewas.
Sampai pagi ini, belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan di Bamiyan. Taliban membantah terlibat. Sementara sebagian pihak menduga milisi Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) bertanggung jawab atas serangan di Bamiyan.
Beberapa waktu terakhir, milisi-milisi NIIS di Afghanistan terus melancarkan aneka pemboman dan penembakan dengan korban luka dan tewas mencapai ratusan orang. Bahkan, milisi NIIS menyerang rumah sakit bersalin sehingga 24 ibu dan bayinya tewas dalam serangan terhadap kelompok minoritas itu.
Sumbangan
Insiden di Bamiyan terjadi di tengah upaya perdamaian intra-Afghanistan, yang melibatkan pemerintah dan Taliban. Insiden itu juga terjadi kala para penyumbang Afghanistan tengah merundingkan nilai sumbangan baru untuk 2021. Mayoritas APBN Afghanistan berasal dari sumbangan asing.
Dalam pertemuan pada Selasa, para donatur menjanjikan 12 miliar dollar AS bagi Afghanistan untuk periode 2021-2024. Sumbangan yang dijanjikan itu lebih kecil dari yang dijanjikan dalam pertemuan pada 2012 dan 2016.
Pada 2012, penyumbang menjanjikan 16 miliar dollar AS untuk periode empat tahun. Sementara pada 2016, penyumbang menjanjikan 15 miliar dollar AS untuk periode empat tahun.
Para penyumbang menetapkan sejumlah syarat untuk bantuan itu. ”Saya ingin menegaskan bahwa pilihan terkait perdamaian akan berdampak pada jumlah dan cakupan dukungan internasional di masa depan. Amerika Serikat akan meninjau dalam setahun ke depan,” kata Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo.
AS menjanjikan sumbangan 300 juta dollar AS untuk tahun 2021 dan bersedia menambah 300 juta dollar AS lagi bila hasil perundingan pemerintah dan Taliban menunjukkan kemajuan.
”Kami siap memberikan 600 juta dollar AS bagi Afghanistan pada 2021,” kata Direktur Jenderal Politik pada Kementerian Luar Negeri AS David Hale.
Dalam beberapa tahun terakhir, AS telah memberikan hampir 800 juta dollar AS ke Afghanistan. Dana itu di luar biaya operasi militer dan pelatihan aparat Afghanistan oleh AS. Sejak 2001, AS menyerbu Afghanistan dan masih mempertahankan pasukan di sana sampai sekarang. Washington terus berusaha keluar dari sana.
Hale menyebut, perundingan damai memang menunjukkan kemajuan. Para perunding telah mencapai kesepakatan sementara terkait tata tertib dan cakupan perundingan. Dengan demikian, perundingan bisa berlanjut. Walakin, AS risau dengan sejumlah upaya untuk menunda bahkan mengganggu proses perdamaian.
Pemerintah Afghanistan meminta gencatan senjata selama proses perundingan. Taliban menolak syarat itu. Karena itu, aneka baku tembak dan pengeboman masih terus terjadi di Afghanistan.
Selain AS, bantuan juga dijanjikan Eropa. Jerman menjanjikan 510,8 juta dollar AS pada 2021 dan menyatakan akan menambah lagi sampai 2024. Seperti AS, Jerman juga menjadikan perdamaian sebagai syarat pengucuran sumbangan.
Adapun Uni Eropa menjanjikan 1,43 miliar dollar AS. Seperti AS dan Jerman, UE juga meminta perdamaian jadi syarat sumbangan. Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Josep Borrell juga mengingatkan bahwa bantuan akan dihentikan jika Taliban kembali berusaha menghidupkan pemerintahan syariah.
Masalah lain yang memusingkan para penyumbang adalah korupsi besar-besaran di Afghanistan. Para penyumbang frustrasi karena Afghanistan tidak kunjung berhasil menekan korupsi. Padahal, APBN Afghanistan berasal dari sumbangan (AP/AFP/REUTERS)