Jepang-China Sepakat Perangi Korona dan Redam Sengketa Pulau
Selain kerja sama ekonomi, Jepang dan China membahas perselisihan mereka atas pulau-pulau di Laut Cina Timur dan bekerja sama mengatasi pandemi.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
TOKYO, RABU — Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi sepakat bekerja sama dalam memerangi Covid-19 dan menghidupkan lagi ekonomi mereka yang terpukul pandemi. Tokyo dan Beijing juga berupaya menghindari tindakan yang dinilai dapat memprovokasi ketegangan atas pulau-pulau sengketa di Laut China Timur.
Kesepakatan itu tercapai dalam kunjungan langsung Wang Yi di Tokyo, Selasa (25/11/2020). Itu adalah kunjungan pertama perwakilan Beijing ke Jepang setelah Jepang melantik Perdana Menteri Yoshihide Suga.
Wang Yi dan Motegi, seperti diberitakan Kompas Rabu ini, juga setuju memulai perjalanan bisnis di antara kedua negara. Wang disebutkan ingin membahas kerja sama ekonomi dan isu kekhawatiran regional atas meningkatnya pengaruh China.
Negara terbesar kedua dan ketiga dari sisi besaran ekonomi secara global itu menyepakati program ”jalur bisnis” yang akan memungkinkan pengunjung terlibat dalam aktivitas terbatas selama periode karantina 14 hari mereka.
Kedua negara akan memulai kembali perjalanan bisnis pada akhir bulan ini meskipun Jepang saat ini bergulat dengan lonjakan kasus infeksi Covid-19. Pemerintah Jepang berupaya keras menyeimbangkan pencegahan penyakit dan pemulihan ekonominya. Jepang baru-baru ini juga meluncurkan pengaturan perjalanan bisnis dengan Singapura, Korsel, dan Vietnam.
”Saya berharap perjanjian tersebut akan memberikan kontribusi untuk memberi energi pada ekonomi antara Jepang dan China dan berfungsi mempromosikan sikap saling pengertian,” kata Motegi.
Menurut Motegi, hubungan Jepang-China yang stabil sangat penting tidak hanya untuk kedua negara, tetapi juga untuk kawasan. Jumlah kunjungan warga negara China ke Jepang adalah yang tertinggi dari sisi kunjungan warga asing ke Jepang sebelum pandemi.
Hubungan di antara kedua negara sejatinya diwarnai ketegangan karena sengketa wilayah dan sejarah masa perang. Namun hubungan itu telah membaik dalam beberapa tahun terakhir sementara sengketa perdagangan China dengan AS telah meningkat.
Jepang, sekutu utama AS, melihat China sebagai mitra dagang penting dan menghadapi tantangan untuk menyeimbangkan hubungannya dengan kedua negara itu.
Dalam kunjungan Wang Yi itu, Jepang dan China juga sepakat bekerja sama dalam perubahan iklim, konservasi energi, perawatan kesehatan, dan perdagangan digital. Hal-hal itu diletakkan dalam kerangka bagian dari penguatan kerja sama ekonomi mereka.
Wang menyatakan kedua pihak setuju mendukung sistem perdagangan multinasional berbasis aturan yang berlaku.
Pulau sengketa
Motegi dan Wang juga membahas perselisihan mereka atas pulau-pulau di Laut China Timur yang dikuasai Jepang. Oleh Jepang pulau-pulau itu disebut Senkaku, sedangkan sebutan di China adalah wilayah Diaoyu. Kedua negara setuju mencoba saling tidak meningkatkan ketegangan.
Wang mengungkapkan, kedua belah pihak akan membangun jalur komunikasi khusus di antara militer mereka pada akhir Desember untuk meningkatkan komunikasi dan keselamatan.
”China berharap dengan upaya bersama dari kedua belah pihak, kita dapat membangun Laut China Timur menjadi lautan perdamaian, persahabatan, dan kerja sama. Ini melayani kepentingan fundamental dan jangka panjang kedua pihak,” kata Wang.
Meskipun demikian, secara tersirat kedua pihak tetap memegang teguh pada klaim teritorial masing-masing. Motegi mengatakan, dia menegaskan kembali posisi Jepang dan sangat mendesak China mengambil tindakan yang berwawasan ke depan.
”Wang membela patroli penjaga pantai China di daerah itu. Adapun kami memiliki posisi yang jelas dalam hal ini. Kami pasti akan terus menjaga kedaulatan kami,” kata Motegi.
Wang akan bertemu dengan PM Suga, Rabu (25/11/2020) ini. Hal itu akan menjadi pertemuan pertama antara pemimpin Jepang dan seorang pejabat tinggi China sejak kunjungan Kepala Kebijakan Luar Negeri China Yang Jiechi, Februari lalu.
Kunjungan dan sejumlah pertemuan Wang dilakukan di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang pengaruh China yang meningkat di wilayah Asia Timur dan Pasifik.
Jepang dan Australia, bersama dengan AS dan India, juga mencoba mengajak negara-negara Asia Tenggara dan lainnya bergabung dalam kerja sama mereka. Beijing mengkritik tindakan tersebut.
Jepang dan China mengatakan, mereka saat ini tidak mempertimbangkan penjadwalan ulang kunjungan kenegaraan Presiden China Xi Jinping ke Jepang.
Rencana itu ditunda dari yang dijadwalkan sebelumnya, yakni pada musim semi, karena pandemi. Motegi dan Wang tidak menyebutkan kunjungan Xi selama konferensi pers bersama mereka. Setelah kunjungannya ke Jepang berakhir, Wang dijadwalkan meneruskan kunjungannya ke Korea Selatan. (AP/AFP)