Makam Tentara Rusia di Sabang, Pengikat Hubungan Sejarah RI-Rusia
Makam Letnan Khoklov di Sabang adalah satu dari sekian banyak ikatan sejarah Rusia-RI, selain keberadaan PT Krakatau Steel, Jalan By Pass di Jakarta Timur, jalan-jalan di Kalimantan Tengah, dan Stadioin GBK Senayan.
Oleh
Iwan Santosa
·4 menit baca
Kepulauan Nusantara memiliki nilai strategis, tidak saja karena berada di antara Samudera Hindia dan Pasifik, tetapi juga menjadi jalur penghubung dan penentu dalam persaingan global, seperti antara Kekaisaran Rusia dan Kerajaan Jepang. Pada akhir 1890-an hingga awal 1900-an, persaingan "global" terpusat di sekitar Manchuria wilayah China dan semenanjung Korea.
Keberadaan makam perwira Angkatan Laut (AL) Rusia, Letnan Khoklov di pemakaman militer Sabang, menjadi bukti nilai strategis Kepulauan Nusantara. Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva mengungkapkan, Kedubes Federasi Rusia saat ini sedang menyiapkan renovasi makam militer Letnan Khoklov. Pihaknya mendapatkan data-data dari Markas AL Rusia di Sankt Peterburg.
“Kami menunggu kiriman nisan berbentuk salib Ortodoks untuk dipasang di makam tersebut. Sejauh ini, makam itu tercatat sebagai satu-satunya makam militer Rusia di Indonesia yang sekaligus menjadi bukti hubungan strategis Rusia dan Indonesia di masa silam,” kata Dubes Vorobieva yang fasih berbahasa Thai dan Lao.
Letnan Khoklov adalah perwira yang bertugas di kapal perang Poltava, yang bertolak dari Pangkalan Laut Kronstadt dekat Kota Sankt Peterburg. Khoklov gugur dalam kecelakaan yang terjadi bulan September tahun 1901 di perairan Sabang.
Ketika itu Pelabuhan Sabang di Pulau Weh adalah salah satu pelabuhan pengisian batu bara yang strategis di mulut Selat Malaka. Berbagai kapal yang berlayar melintasi Selat Malaka, singgah di Sabang untuk mengisi ulang batu bara dan perbekalan.
Terkait persaingan pengaruh di Manchuria, Korea, dan konflik Boxer, Kekaisaran Rusia kemudian mengirimkan kekuatan lautnya dari Kronstadt pada bulan September tahun 1900 ke Port Arthur, Vladivostok. Dari data yang diberikan Kedutaan Besar Rusia di Jakarta, Poltava yang disebutkan sebagai kapal perang termodern Rusia era Dreadnought itu, kemudian tiba di Hindia Belanda awal tahun 1901.
Poltava berada di Sabang tanggal 27 Februari hingga 12 Maret 1901 setelah berlayar melalui Laut Mediterania – terusan Suez – Samudera Hindia. Kapal ini kemudian berencana melanjutkan pelayaran ke Hong Kong. Namun, Poltava keburu mengalami kecelakaan ketika jangkar kanan diturunkan.
Besi penahan terlepas dan menghantam kepala Letnan Sergei Vasilyevich Khoklov yang menjadi perwira jaga di anjungan sekaligus komandan kompi di kapal perang tersebut. Akibatnya fatal, Letnan Khoklov pun meninggal dunia.
Keesokan harinya, bendera di atas kapal Rusia dan kapal Angkatan Laut Belanda di Sabang berkibar setengah tiang pertanda duka cita, yang diikuti ibadah misa pimpinan rohaniwan Kristen Ortodoks.
Jenazah Khoklov dikebumikan di pemakaman Eropa (kerkhoff) di Sabang. Seluruh warga Eropa di Sabang menghadiri pemakaman dan memberikan penghormatan terakhir. Salvo tiga kali tembakan dilepaskan ketika jenazah diturunkan dari kapal Poltava.
Selanjutnya Bendera Rusia dan panji Angkatan Laut kembali dikibarkan penuh. Pihak militer Belanda juga memberikan penghormatan penuh dalam pemakaman tersebut. Selanjutnya, didirikan monumen kecil untuk mengenang Khoklov.
Tidak hanya Poltava, pada kurun 1904-1905, kapal Angkatan Laut Rusia juga singgah di Hindia Belanda. Dalam buku Nederlands Indie Herrineringen aan een Coloniaal Verleden atau Hindia Belanda Kenangan Masa Silam, terdapat foto-foto kunjungan kapal rumah sakit Kostroma milik AL Rusia, di Pelabuhan Tanjung Priok, Batavia.
Dalam foto terlihat pendeta Kristen Ortodoks dan para perawat di atas kapal rumah sakit Kostroma yang kemudian melanjutkan perjalanan dan terlibat dalam Pertempuran Laut Selat Tsushima melawan armada Jepang.
Menurut Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva, makam di Sabang adalah satu dari sekian banyak ikatan sejarah dan hubungan dua negara. Keberadaan PT Krakatau Steel, Jalan By Pass di Jakarta Timur, berbagai jalan raya di Kalimantan Tengah, Stadion Gelora GBK yang merupakan kembaran Stadion Luzhniki di Moskow, serta beragam persenjataan TNI pada tahun 1960-an adalah bukti kedekatan hubungan Indonesia-Rusia.
Dengan keberhasilan Indonesia dan ASEAN dalam mengukuhkan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) Agreement yang dirintis tahun 2011, tentunya membuka peluang mendekatkan hubungan ekonomi Rusia dengan Indonesia dan ASEAN.
Kerjasama RCEP tersebut membuka pasar ASEAN dengan 600 juta penduduk yang bersinergi dengan China, Jepang, Korea Selatan, Australia dan Selandia Baru. Bahkan India pun diajak bergabung oleh ASEAN dalam skema ekonomi yang sekarang menghimpun 30 persen penduduk dunia dan 29 persen GDP dunia itu. Dubes Vorobieva optimistis, ke depan hubungan ekonomi Indonesia-Rusia akan semakin kuat.
“Ekspor minyak sawit Indonesia ke Rusia terus berkembang dan tidak banyak persyaratan seperti yang diajukan Uni Eropa. Tahun lalu, Rusia mengimpor 700.000 ton minyak sawit dari Indonesia,” kata Vorobieva.
Rusia yang beragam penduduk dan budayanya juga mirip dengan Indonesia yang memiliki banyak suku dan agama. Ada 20 juta penganut Islam di Rusia sebagai bagian dari keberagaman Rusia yang didominasi budaya Kristen Ortodoks. Masyarakat Muslim di Tatarstan, Federasi Rusia, sudah memeluk Islam sejak tahun 600 Masehi atau abad awal peradaban Islam.
Nama Bung Karno dikenang oleh generasi tua di Rusia. Sedangkan Pulau Bali kini sangat populer di kalangan generasi muda Rusia yang biasanya menghabiskan libur musim panas di Baku, Azerbaijan, ataupun ke pesisir Turki.
Dengan banyaknya pertalian sejarah dan budaya antara Rusia dan Indonesia, hubungan kedua negara ke depan berpeluang semakin semakin erat.