Rudal Milisi Houthi Hantam Fasilitas Minyak Aramco di Jeddah
Serangan rudal Quds oleh milisi Houthi di Yaman diduga mengenai fasilitas minyak milik perusahaan minyak Arab Saudi, Aramco, di Jeddah, Arab Saudi. Pemerintah Saudi dan manajemen Aramco belum mengeluarkan pernyataan.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
RIYADH, SENIN — Kelompok Houthi Yaman mengklaim bahwa rudal yang mereka luncurkan telah menghancurkan fasilitas minyak milik perusahaan minyak pemerintah, Aramco, di Jeddah, Arab Saudi. Pemerintah Kerajaan Arab Saudi tidak segera mengakui serangan apa pun meski sejumlah video yang beredar di media sosial memperlihatkan adanya kebakaran di fasilitas minyak tersebut.
Brigadir Jenderal Yahya Sarea, juru bicara militer kelompok Houthi, dalam pernyataannya via media sosial Twitter, Senin (23/11/2020), menyebutkan bahwa pasukannya menembakkan rudal jelajah Quds 2 yang baru ke fasilitas-fasilitas tersebut tidak lama setelah Konferensi Tingkat Tinggi G-20 usai. Untuk membenarkan klaimnya, ia mengunggah gambar satelit yang sesuai dengan lokasi pabrik curah milik Aramco yang terletak di Jeddah utara.
”Serangan itu sangat akurat. Ambulans dan mobil pemadam kebakaran bergegas ke lokasi,” kata Sarea.
Pada saat yang sama, dia memperingatkan perusahaan asing dan penduduk Arab Saudi untuk meningkatkan kewaspadaan karena serangan sejenis akan terus berlanjut.
Serangan milisi Houthi ke wilayah Arab Saudi terus meningkat sejak akhir Mei, bahkan ketika terjadi gencatan senjata karena laju infeksi Covid-19 meninggi di wilayah konflik. Kondisi Yaman semakin buruk sejak pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi mencoba masuk dan memadamkan konflik di negara itu, serta berupaya memulihkan pemerintahan Yaman yang digulingkan milisi Houthi pada akhir 2014.
Milisi Houthi menguasai sebagian besar Yaman utara dan sebagian besar kota-kota besar, termasuk ibu kota Yaman, Sana’a. Mereka menyebut bahwa tindakan mereka adalah untuk melawan sistem yang korup.
Sebagian fasilitas produksi dan ekspor perusahaan minyak terbesar di dunia, Aramco, berlokasi di provinsi bagian timur Arab Saudi, yang berjarak sekitar 1.000 kilometer dari Jeddah. Namun, lokasi serangan yang dimaksud kali ini sangat dekat dengan salah satu bandar udara tersibuk di dunia, tempat kedatangan dan keberangkatan jemaah haji serta umrah dari berbagai negara.
Hingga saat ini tidak ada komentar, baik dari pemerintah maupun dari manajemen Aramco, terkait klaim serangan itu.
Upaya perundingan
Pekan lalu, kantor berita Reuters menurunkan berita tentang adanya upaya mempertemukan Pemerintah Arab Saudi dan milisi Houthi untuk membicarakan proposal gencatan senjata secara menyeluruh di Yaman. Salah satu caranya adalah mendirikan daerah penyangga di wilayah perbatasan kedua negara.
Tiga sumber Reuters yang mengetahui hal tersebut mengatakan, Riyadh menginginkan pendirian zona penyangga (buffer zone) di sepanjang perbatasan kedua negara. Riyadh juga menginginkan milisi Houthi menjauh dari zona penyangga tersebut untuk mengurangi serangan artileri ke wilayah Arab Saudi.
Sebagai kompensasinya, Arab Saudi akan mengurangi blokade udara dan laut sebagai bagian dari proposal gencatan senjata yang diajukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Selain itu, Arab Saudi juga akan mengakhiri serangan udara terhadap wilayah Yaman yang dikuasai milisi Houthi. Riyadh juga akan meredakan blokade udara dan laut sebagai bagian dari proposal PBB untuk gencatan senjata, yang sudah mencakup diakhirinya serangan lintas batas.
Jika kesepakatan tercapai, hal itu akan menandai terobosan terbesar dalam upaya mencapai penyelesaian politik sejak konflik Yaman meletus. Konflik di Yaman secara luas dipandang sebagai perang proksi dua negara yang bermusuhan, Arab Saudi dan Iran. (AP/REUTERS)