Presiden Jokowi: Diperlukan Visi, Aksi, dan Transformasi Besar
Presiden Jokowi menghadiri KTT G-20. Dalam forum itu, Presiden menyampaikan, bila ada visi besar, aksi besar, dan transformasi besar, semua negara bukan hanya bisa pulih dari krisis tetapi bangkit lebih kokoh lagi.
Oleh
NINA SUSILO
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Para pemimpin negara-negara anggota Kelompok 20 atau G-20 ingin bersama-sama membangun ekonomi yang inklusif, berkelanjutan, dan tangguh di masa depan. Pemerintah Indonesia menilai pemulihan ekonomi menjadi lebih kuat bisa apabila ada visi besar, aksi besar, dan transformasi besar.
Presiden Joko Widodo menyampaikan pandangan tersebut dalam pidato di hari kedua KTT G-20 yang berlangsung secara virtual. ”Ini (Visi besar, aksi besar, dan transformasi besar) harus dilakukan negara-negara G-20 untuk membangun ekonomi masa depan yang inklusif, berkelanjutan, tangguh,” tutur Presiden, seperti disampaikan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi seusai acara, Minggu (22/11/2020) malam.
Dalam KTT G-20 hari kedua ini, Presiden Joko Widodo mengikuti kegiatan dari dari Istana Kepresidenan Bogor. Menlu Retno Marsudi, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Sherpa G-20 Indonesia Rizal Affandi Lukman yang juga menjabat sebagai Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, serta Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Makro Ekonomi dan Keuangan Internasional Suminto turut mendampingi Presiden.
Dengan ketiga hal tersebut, menurut Presiden Jokowi, semua negara bukan hanya bisa pulih dari krisis tetapi bangkit dan tumbuh lebih kokoh lagi. Karenanya, pandemi Covid-19 memberikan pelajaran berharga bagi semua. Introspeksi perlu dilakukan.
Pemerintah Indonesia menyatakan ingin melakukan transformasi besar tersebut. Indonesia juga berkomitmen untuk mengarah pada ekonomi yang lebih hijau dan berkelanjutkan. Diakui, geliat pemulihan ekonomi tidak lagi bisa mengabaikan perlindungan lingkungan.
Apalagi, World Economic Forum menyebutkan pula peluang ekonomi hijau, bisnis ekonomi hijau dikatakan bisa mencapai 10,1 triliun dollar AS dan dapat menciptakan 359 juta lapangan kerja baru hingga 2020.
Salah satu terobosan Indonesia yang disebutkan adalah pemanfaatan biodiesel B30. Uji coba diesel ramah lingkungan B100 berbahan kelapa sawit segera dilakukan. Ini akan menyerap satu juta ton sawit petani. Selain itu, akan dipasang pula ratusan ribu pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap di sektor rumah tangga.
Undang-Undang Cipta Kerja yang baru disahkan DPR juga disebutkan Presiden Jokowi akan memberikan kepastian hukum terkait persyaratan izin lingkungan, analisis dampak lingkungan, dan pembentukan dana rehabilitasi lingkungan. Aturan ini juga akan melindungi hutan tropis sebagai benteng pertahanan terhadap perubahan iklim.
Membangun masa depan yang inklusif, berkelanjutan, dan tangguh menjadi tema KTT G-20 pada hari kedua. Perhatian para kepala negara juga termasuk upaya pengentasan kemiskinan dan kesenjangan, antikorupsi, pemberdayaan perempuan dan pemuda, pendidikan, pariwisata, dan ekonomi digital. Selain itu, dibahas pula pengendalian perubahan iklim dan kerja sama internasional lingkungan, terumbu karang, ketahanan pangan dan air.
Deklarasi Riyadh
Dalam KTT G-20 ini disepakati Deklarasi KTT Riyadh (Riyadh Summit Leaders Declaration) yang antara lain berisi komitmen semua pemimpin G-20 untuk mengatasi tantangan global termasuk pandemi Covid-19 dan upaya pemulihannya. Semua menyepakati perpanjangan implementasi penundaan kewajiban pembayaran utang bagi negara miskin dan yang membutuhkan.
Selain itu, disetujui pula upaya untuk menjamin dan memastikan akses dan distribusi peralatan Covid-19 termasuk vaksin untuk semua. Jaminan akses sama untuk semua negara atas vaksin dan kebutuhan terkait Covid-19 disampaikan Presiden Jokowi pada hari pertama KTT G20. Pemulihan ekonomi dunia, menurut Presiden, tidak akan dapat dilakukan apabila pemulihan kesehatan dunia tidak tercapai yang salah satunya diupayakan melalui vaksinasi Covid-19.
Komitmen lain dalam Deklarasi Riyadh terkait dukungan kepada negara berkembang dalam menghadapi tantangan yang disebabkan pandemi Covid-19, serta dukungan pada pasar terbuka dan pemulihan perdagangan dan investasi.
Arab Saudi menjadi tuan rumah KTT G-20 kali ini. Adapun Indonesia akan memegang presidensi G-20 pada 2022 dan India pada tahun berikutnya.
”Semula presidensi Indonesia pada 2023, tapi mengingat 2023 Indonesia juga akan memegang keketuaan ASEAN, maka Indonesia membahas hal ini dengan India yang mempunyai usulan sama untuk memegang presidensi pada 2023. Dengan demikian, mulai 2021, Indonesia sudah akan masuk menjadi bagian dari troika G-20,” tutur Menlu Retno.