Presiden Jokowi menekankan pentingnya solidaritas yang kuat dalam penanganan pandemi Covid-19 serta kerja sama pemulihan ekonomi dalam KTT G-20. Restrukturisasi utang bagi negara berpendapatan rendah ditekankan.
Oleh
ANITA YOSSIHARA
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Pertemuan para pemimpin negara-negara ekonomi terbesar di dunia atau G-20 resmi dibuka pada Sabtu (21/11/2020) malam waktu Indonesia barat. Konferensi tingkat tinggi yang diselenggarakan di kota Riyadh, Arab Saudi, itu difokuskan untuk membahas penyelesaian pandemi Covid-19 beserta dampaknya, terutama dalam bidang perekonomian.
Seremoni pembukaan KTT G-20 tahun 2020 diikuti para pemimpin negara, termasuk Presiden Joko Widodo, yang hadir secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat. Didampingi Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Kepala Negara mengikuti rangkaian acara KTT G-20 yang dijadwalkan digelar hingga Minggu (22/11/2020).
Sama seperti pertemuan para kepala negara sebelumnya, KTT G-20 kali ini juga difokuskan untuk membahas upaya penanggulangan pandemi Covid-19 serta pemulihan ekonomi global. Berdasarkan rilis resmi Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden, selain menghadiri seremoni pembukaan KTT G-20, pada Sabtu malam, Kepala Negara juga akan mengikuti sesi diskusi ”Mengatasi Pandemi serta Memulihkan Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan”.
Kepala negara dan kepala pemerintahan negara-negara anggota G-20 akan mendiskusikan mengenai upaya penanggulangan pandemi Covid-19 di bidang kesehatan dan pemulihan ekonomi global.
Pada sesi tersebut, kepala negara dan kepala pemerintahan negara-negara anggota G-20 akan mendiskusikan mengenai upaya penanggulangan pandemi Covid-19 di bidang kesehatan dan pemulihan ekonomi global, termasuk pemulihan pasar tenaga kerja, perlindungan sosial, dan sistem keuangan global. Selain itu, juga akan dibahas perkembangan kesepakatan pada KTT sebelumnya, termasuk dukungan debt suspension pada negara berpendapatan rendah dan penguatan sistem perdagangan multilateral.
Dalam jumpa wartawan virtual yang disiarkan secara langsung dari saluran Youtube Sekretariat Presiden, Menlu Retno mengungkapkan, dalam sesi diskusi Sabtu malam, Presiden Jokowi kembali menyerukan pentingnya solidaritas dalam upaya penanggulangan pandemi Covid-19 dan pemulihan dari keterpurukan ekonomi.
”Presiden mengingatkan kembali pernyataan Sekjen PBB mengenai perlunya solidaritas yang kuat bagi negara berkembang dan tanpa bantuan negara G-20, negara berkembang dan LDCs (negara terbelakang) tidak mudah untuk pulih dari pandemi dan keterpurukan ekonomi,” kata Retno.
Komitmen negara-negara G-20 diperlukan untuk memobilisasi pendanaan global bagi pemulihan kesehatan di semua negara, tanpa kecuali.
Kepala Negara juga menyampaikan bahwa saat ini dunia menanti kepemimpinan negara-negara G-20 untuk keluar dari krisis kesehatan dan keterpurukan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Untuk itu, menurut Presiden, ada dua hal yang semestinya menjadi fokus negara-negara G-20 saat ini.
Pertama, pentingnya pendanaan bagi pemulihan kesahatan. Komitmen negara-negara G-20 diperlukan untuk memobilisasi pendanaan global bagi pemulihan kesehatan di semua negara, tanpa kecuali.
”Presiden mengatakan bahwa dunia tidak akan sehat kecuali semua negara sudah sehat dan vaksin adalah salah satu amunisinya. Vaksin harus dapat diakses dan tersedia bagi semua negara, tanpa kecuali,” kata Retno.
Kemudian, fokus kedua adalah dukungan bagi pemulihan ekonomi dunia. Karena itu, Presiden menyerukan pentingnya bantuan restrukturisasi utang untuk negara berpendapatan rendah, terutama dari negara pemberi utang dengan jumlah besar. Selain itu, penting pula dukungan luar biasa dalam kebijakan fiskal dan moneter.