Badan POM Amerika Beri Lampu Hijau Penggunaan Antibodi Regeneron
Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat memberi lampu hijau terhadap antibodi Regeneron untuk penggunaan darurat pengobatan Covid-19.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
WASHINGTON DC, MINGGU — Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat memberikan persetujuan darurat untuk penggunaan terapi antibodi Covid-19, Regeneron. Persetujuan itu memberikan harapan bagi warga yang terinfeksi sambil menunggu calon vaksin beredar luas dan bisa diakses secara setara oleh masyarakat dunia.
Lampu hijau penggunaan Regeneron muncu setelah REGEN-COV2 terbukti bisa mengurangi jumlah kunjungan pasien yang terkait Covid-19. Termasuk pasien dengan kondisi khusus yang memerlukan perawatan pada unit gawat darurat.
”Pemberian otorisasi terhadap terapi antibodi monoklonal ini dapat membantu pasien rawat jalan menghindari rawat inap dan meringankan beban sistem perawatan kesehatan kami,” kata Stephen Hahn, Komisaris Badan Pengawas Obat dan Makanan AS atau FDA, Sabtu (21/11/2020) waktu Washington DC.
Regeneron adalah pengobatan antibodi sintetis kedua yang menerima persetujuan penggunaan darurat (emergency use authorization/EUA) dari FDA. Sebelumnya, untuk terapi serupa, yang dikembangkan oleh Eli Lilly, diberikan status pada 9 November.
Regen-Cov2 adalah antibodi gabungan yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi AS, Regeneron Pharmaceutical Inc, yang terdiri dari antibodi monoklonal, casirivimab, dan imdevimab. Antibodi ini dikembangkan oleh para peneliti Regeneron di laboratorium dan juga berasal dari antibodi yang diambil dari pasien yang sudah sembuh dari Covid-19.
Di dalam keterangannya, FDA menyatakan, antibodi monoklonal, casirivimab dan imdevimab harus diberikan bersama untuk pengobatan Covid-19 ringan hingga sedang, baik itu kepada pasien dewasa maupun anak-anak (12 tahun atau lebih) yang memiliki berat badan lebih dari 40 kilogram dan terpapar Covid-19. Ini termasuk mereka yang berusia 65 tahun atau lebih atau yang memiliki kondisi medis kronis tertentu.
FDA di dalam keterangannya menyebutkan, casirivimab dan imdevimab tidak direkomendasikan digunakan untuk pasien yang sudah menjalani perawatan di rumah sakit atau memerlukan terapi oksigen karena penyakit yang sama.
FDA menyebutkan, penggunaan ketiga antibodi bisa dikaitkan dengan hasil klinis yang lebih buruk ketika diberikan terhadap pasien yang harus dirawat di rumah sakit dan membutuhkan bantuan oksigen atau ventilasi mekanis.
Regeneron menargetkan antibodi yang mereka produksi bisa membantu perawatan sekitar 80.000 pasien pada akhir bulan ini. Mereka juga tengah bersiap memproduksi antibodi untuk 300.000 pasien akhir Januari 2021.
Meski dinilai membantu, dengan kondisi penyebaran yang semakin luas di AS, akses para pasien terhadap pengobatan ini akan sangat terbatas. Dalam dua hari terakhir, di AS sendiri, ada tambahan 360.000 kasus positif Covid-19 yang membuat negara adidaya ini memuncaki kasus global dengan 12,450 juta kasus.
Jumlah warga yang meninggal akibat Covi-19 di negara ini, menurut data Worldometer.info, telah mencapai 261.790 jiwa.
Semua pihak menunggu kabar positif dari proses pengembangan calon vaksin, baik dari Pfizer dan BioNTEch maupun Moderna Inc. Kabar terakhir dari Pfizer dan mitranya, BioNTech, menyebutkan, pada Jumat (20/11/2020) mereka tengah mengajukan penggunaan calon vaksin itu untuk penggunaan darurat dari otoritas di Amerika Serikat dan Eropa.
Pembatasan gerak
Pemerintah Jepang memutuskan memberlakukan kembali pembatasan sosial terhadap warganya, tertama untuk kegiatan olahraga dan acara besar lainnya, untuk menghambat penyebaran infeksi Covid-19 di negara tersebut.
Menteri Perekonomian Jepang Yasutoshi Nishimura mengatakan, Pemerintah Jepang juga tengah memikirkan mekanisme pengembalian dana (refund) kepada warganya yang telah memesan paket perjalanan wisata domestik sebagai imbas kebijakan baru ini.
Kasus virus korona baru di seluruh Jepang naik ke rekor 2.596 pada Sabtu, menurut NHK. Di Tokyo, tingkat infeksi harian adalah 539 kasus, tertinggi selama pandemi ini berlangsung.
Di Inggris, Perdana Menteri Boris Johnson berencana mengumumkan berakhirnya pembatasan gerak di seluruh Inggris yang akan berakhir pada 2 Desember mendatang. Menurut rencana, Inggris akan menerapkan pembatasan regional berjenjang.
Selama sebulan terakhir, PM Johnson menerapkan kebijakan penguncian setelah jumlah kasus dan kematian warga melonjak.
”Perdana Menteri dan penasihat ilmiahnya yakin virus itu masih ada. Dan, tanpa pembatasan regional, virus itu tidak terkendali. Kondisi itu akan membahayakan kemajuan yang telah dibuat negara dan sekali lagi menghadapi risiko tekanan yang tak tertahankan terhadap NHS (Layanan Kesehatan Nasional),” kata seorang juru bicara Kantor PM Inggris.
Inggris telah menderita jumlah kematian terburuk di Eropa dan kontraksi ekonomi terdalam di antara negara G-7 mana pun, yang memicu kritik tajam terhadap penanganan pandemi oleh Johnson. Inggris telah menderita lebih dari negara lain di Eropa akibat virus korona, dengan lebih dari 54.000 kasus kematian dari 1,4 juta kasus.
Kantor PM Inggris menyatakan, PM Johnson akan menetapkan Rencana Musim Dingin Covid-19 baru pada Senin, dengan lebih banyak area ditempatkan ke dalam batasan yang lebih tinggi di bawah sistem berjenjang.
Di Timur Tengah, Iran mengumumkan telah menutup bisnis yang tidak penting di lebih dari setengah kota besar dan kecilnya selama dua minggu dan memberlakukan pembatasan pergerakan. (AFP/REUTERS)