Kepercayaan Strategis Jadi Fondasi Kerja Sama Ekonomi
Pertemuan APEC 2020, Jumat petang, yang dipimpin Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin sebagai tuan rumah, melanjutkan komitmen kerja sama ekonomi Asia Pasifik. Hal itu karena kepercayaan strategis jadi penting.
Oleh
Nina Susilo
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Melanjutkan komitmen kerja sama ekonomi Asia Pasifik, kepercayaan strategis menjadi penting. Komitmen untuk menjaga sistem pasar terbuka dan multilateralisme juga terus digaungkan dalam Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) 2020.
Pertemuan APEC 2020, Jumat (20/11/2020) petang, dipimpin Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin sebagai tuan rumah. Pertemuan berlangsung secara virtual. Hadir para pemimpin negara-negara APEC serta Managing Director Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva yang menyampaikan pandangan perekonomian dunia di masa pandemi Covid-19.
Presiden Joko Widodo yang didampingi Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, serta Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Abdul Kadir Jaelani menghadiri KTT dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat.
Istana Bogor juga menjadi tempat lahirnya Bogor Goals tahun 1994. Saat itu para pemimpin negara-negara APEC bersepakat dalam Bogor Goals yang mendorong keterbukaan dan perlunya perlakuan yang berbeda untuk ekonomi maju dan berkembang.
Kuala Lumpur Declaration menekankan komitmen para pemimpin APEC untuk segera bekerja sama dalam menangani pandemi Covid-19, memulihkan ekonomi, serta memanfaatkan peluang-peluang ekonomi baru seperti ekonomi digital dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan, inklusif, dan inovatif.
Tahun 2020 menjadi tenggat Bogor Goals. Karena itu, setelah dua tahun lalu pertemuan APEC tak menghasilkan dokumen yang disepakati, tahun ini para pemimpin negara APEC menghasilkan dua dokumen APEC Putrajaya Vision 2040 dan Kuala Lumpur Declaration.
APEC Putrajaya Vision 2040 menyepakati empat hal, yaitu penguatan sistem perdagangan dan investasi, pengembangan inovasi dan digitalisasi, memastikan ketahanan kawasan melalui pertumbuhan yang berkualitas di kawasan, serta semangat penguatan kelembagaan APEC 2040 sebagai batas pencapaian visi APEC.
Adapun Kuala Lumpur Declaration menekankan komitmen para pemimpin APEC untuk segera bekerja sama dalam menangani pandemi Covid-19, memulihkan ekonomi, serta memanfaatkan peluang-peluang ekonomi baru seperti ekonomi digital dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan, inklusif, dan inovatif.
Terobosan sudah terbuka
Presiden Joko Widodo, seperti disampaikan Menlu Retno Marsudi seusai acara, menilai terobosan besar yang sudah dibuat APEC pada 1994 masih sangat relevan. Sistem pasar terbuka, multilateralisme, dan tebalnya semangat untuk saling membantu dan bekerja sama untuk mencapai tatanan ekonomi yang menguntungkan semua harus terus dijaga.
Karena itu, Presiden Jokowi juga mengingatkan ini adalah saat tepat bagi APEC untuk membangun kembali komitmen sekuat tahun 1994. Sebab, disampaikan secara jujur bahwa kenyataannya, fondasi kebersamaan yang dibangun di masa lalu cenderung melemah. Buktinya, KTT APEC dua tahun lalu tak mencapai kesepakatan. Karena itu, Presiden Joko Widodo menyambut baik kesepakatan yang tercapai dalam pertemuan kali ini.
Di sisi lain, KTT APEC kali ini diselenggarakan ketika pandemi Covid-19 mengakibatkan kontraksi produk domestik bruto (PDB) di ekonomi APEC hingga 2,7 persen dan 74 juta penduduk kehilangan pekerjaan. Untuk itu, kerja sama negara-negara APEC semestinya mampu membalikkan kondisi dewasa ini.
”Penting untuk merajut kembali strategic trust guna memperkuat fondasi kebersamaan ekonomi anggota,” kata Presiden Joko Widodo.
Penting untuk merajut kembali strategic trust guna memperkuat fondasi kebersamaan ekonomi anggota.
Selain itu, Presiden Jokowi juga menekankan pentingnya reaktivasi pertumbuhan perekonomian APEC. Apalagi, pada tahun 2021 diyakini akan terjadi pertumbuhan positif apabila diupayakan sejak sekarang, misalnya dengan mendorong perjalanan bisnis esensial melalui optimalisasi APEC business travel card dengan protokol ketat serta penguatan rantai pasok dan digital ekonomi.
Selain itu, Presiden Joko Widodo juga menyebutkan pentingnya reformasi struktural dan perlunya mendorong multilateralisme. Dengan demikian, pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19 maupun kerja sama APEC ke depan terus menguat.
Menurut Presiden Joko Widodo, tidak ada pilihan lain bagi APEC untuk bekerja sama sebagaimana yang telah dilakukan di Bogor tahun 1994.