Para analis mengatakan, kekuatan Al Qaeda dipastikan akan berubah dan tidak secanggih Al Qaeda yang dulu merencanakan dan melakukan serangan teror 9/11.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
Kabar kematian dua pemimpin tertinggi di kelompok Al Qaeda, yakni Abdullah Ahmad Abdullah, orang nomor dua di kelompok itu yang juga dikenal dengan nama lain Abu Muhammad al-Masri, dan penerus kepemimpinan mendiang Osama bin Laden, Ayman al-Zawahiri, menimbulkan teka-teki dan pertanyaan soal masa depan strategi dan kekuatan kelompok tersebut.
Harian The New York Times, pekan lalu, mengabarkan kematian Abdullah di Teheran, Iran, Agustus lalu. Ia konon dibunuh diam-diam oleh dua agen Israel atas perintah Amerika Serikat. Sementara Al-Zawahiri dikabarkan juga sudah tewas. Iran membantah kabar pembunuhan Abdullah. Begitu pun dengan kabar kematian Al-Zawahiri yang sampai sekarang belum dikonfirmasi oleh Al Qaeda.
Namun, tetap saja, kabar kematian dua tokoh Al Qaeda itu membuat banyak pihak mempertanyakan akan menjadi seperti apa Al Qaeda. Ini lebih karena Al Qaeda sekarang dinilai jauh berbeda dibandingkan pada masa Osama bin Laden yang mampu mengendalikan kelompok-kelompok radikal di seluruh dunia.
Setelah Bin Laden terbunuh dalam operasi militer AS di Pakistan tahun 2011, tampuk kepemimpinan Al Qaeda jatuh di tangan Al-Zawahiri. Hanya saja, sosok militan asal Mesir ini tak punya kemampuan seperti Bin Laden.
Direktur Pusat Kebijakan Global (CGP) di AS Hassan Hassan menegaskan, kabar kematian Al-Zawahiri itu benar, tetapi ia meningga bulan lalu bukan karena dibunuh atau dalam operasi militer. Ia meninggal karena sakit.
Rita Katz, Direktur Pemantau Media Jihad Site, membenarkan santernya kabar kematian Al-Zawahiri, tetapi memang belum ada konfirmasi dari Al Qaeda. ”Memang kebiasaan Al Qaeda tidak akan cepat memublikasikan kematian pemimpinnya,” ujar Katz.
Kabar kematian Al-Zawahiri seperti ini dari dulu sering tersebar. Namun, kabar itu kemudian terbantahkan karena tiba-tiba ia muncul kembali beberapa kali ke publik.
”Badan-badan intelijen meyakini, ia sedang dalam kondisi sakit parah. Kalaupun meninggal, ia pasti segera meninggal karena sakitnya,” kata Barak Mendelsohn, penulis beberapa buku tentang Al Qaeda dan jihad dari Haverford College.
Berubah
Apabila salah satu atau kedua pemimpin itu ternyata memang benar sudah tewas, kata para analis, kekuatan Al Qaeda dipastikan akan berubah dan tidak secanggih Al Qaeda yang dulu merencanakan dan melakukan serangan 9/11. Al Qaeda yang dulu mampu melahirkan kelompok-kelompok radikal di seluruh dunia yang membawa nama Al Qaeda.
Meski beberapa kelompok di wilayah Sahel di Afrika, Pakistan, Somalia, Mesir, dan Yaman membawa nama Al Qaeda, analis menilai, ”Al Qaeda pusat” tidak mengendalikan apa pun yang mereka lakukan di tingkat lokal.
Mendelsohn memperkirakan, ke depan Al Qaeda pusat hanya seperti dewan penasihat. ”Orang akan mau mendengarkan pimpinan tertinggi Al Qaeda jika mereka mau saja dan bukan karena harus mengikuti pandangan Al Qaeda pusat,” ujarnya.
Apalagi, sekarang Al Qaeda bukan lagi kelompok militan terkuat karena bermunculan kelompok radikal lain yang tumbuh dan menguat, bahkan kerap bentrok dengan Al Qaeda di lapangan, seperti kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Tak hanya pernah berusaha membentuk kekhalifahan di Irak dan Suriah, NIIS juga kerap melancarkan serangan yang terkoordinasi di Eropa.
Pemimpin baru
Banyak analis meyakini, Saif al-Adel akan bisa memegang kepemimpinan Al Qaeda. Al-Adel pernah bergabung dengan pasukan keamanan Mesir dengan pangkat letnan kolonel, tetapi kemudian beralih mengikuti gerakan jihad Mesir tahun 1980-an.
Al-Adel pernah ditangkap, tetapi kemudian dilepas dan pindah ke Afghanistan. Saat itu, Afghanistan merupakan lokasi Bin Laden dan Al-Zawahiri berada. Al-Adel lalu bergabung dengan Al Qaeda.
Menurut lembaga kajian Proyek Perlawanan Ekstremisme di AS (CEP), Al-Adel ditahan di Iran pada tahun 2003, lalu dibebaskan tahun 2015 melalui program pertukaran tahanan. Ia diduga masih berada di Iran pada tahun 2018 dan menjadi salah satu tangan kanan Al-Zawahiri.
”Adel mempunyai peran yang sangat penting dalam membangun kemampuan operasional Al Qaeda dan posisinya cepat naik,” sebut CEP.
Mendelsohn mengatakan, nama Al-Adel berpengaruh di Al Qaeda. Ia kemungkinan besar akan bisa menjadi pemimpin yang baru. Namun, itu juga masih dugaan karena selama ini Al-Adel, sebelumnya bersama dengan Abdullah, bersembunyi di Iran selama bertahun-tahun sehingga menjadi berjarak dengan generasi baru pimpinan Al Qaeda.
”Saya tidak yakin juga posisinya kuat di dalam Al Qaeda. Apalagi, karena dia datang dari generasi tua dan pemimpin yang tua-tua sudah tewas semua,” ujar Mendelsohn. (AFP)