PM Suga: Jepang Waspada Maksimum Hadapi Pandemi Korona
Perdana Menteri Suga mengatakan Jepang dalam ”kewaspadaan maksimum” dan telah meminta orang-orang untuk melakukan semua yang mereka bisa guna mencegah penularan. Langkah itu diambil karena lonjakan kasus Covid-19.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
TOKYO, KAMIS — Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga mengatakan Jepang berada dalam status ”kewaspadaan maksimum” setelah negara itu mencatat rekor harian infeksi Covid-19 pada Kamis (19/11/2020). Meski berada dalam status kewaspadaan maksimum, Jepang tidak berencana menutup atau mengunci wilayahnya seperti pernah dilakukan sebelumnya.
Media Jepang, Kyodo News, menyebutkan jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 harian baru di Tokyo yang dilaporkan pada Kamis mencapai 500 kasus. Ini adalah kali pertama jumlah kasus Covid-19 menembus angka itu sejak pandemi dimulai. Hal itu menjadi dasar pemerintah metropolitan meningkatkan kewaspadaan ke level tertinggi dari empat tingkatan yang ada.
Di seluruh Jepang, kasus harian Covid-19 mencapai 2.000 kasus dalam dua hari berturut-turut setelah melonjak ke rekor harian sebanyak 2.203 kasus pada Rabu (18/11/2020). Tokyo melaporkan 534 kasus Covid-19 pada Kamis, menandai rekor jumlah infeksi harian untuk hari kedua berturut-turut setelah 493 kasus yang dilaporkan sehari sebelumnya. Osaka memiliki total kasus kumulatif tertinggi kedua. Gubernur Osaka Hirofumi Yoshimura melaporkan rekor peningkatan satu hari sebanyak 338 kasus baru Covid-19 pada Kamis.
PM Suga mengatakan, Jepang dalam ”kewaspadaan maksimum” dan telah meminta warga melakukan semua yang mereka bisa untuk mencegah penularan. Suga mengatakan kepada wartawan bahwa dia ingin orang memakai masker di luar rumah, termasuk di restoran. Warga boleh melepas masker ketika makan dan minum untuk beberapa saat semata guna mengurangi risiko infeksi. ”Kita sekarang dalam situasi siaga maksimum,” kata PM Suga kepada wartawan.
Suga menambahkan, ia telah mengeluarkan instruksi khusus kepada jajarannya. Instruksi itu dikeluarkan kepada Yasutoshi Nishimura, menteri yang bertanggung jawab dalam merespons pandemi Covid-19 oleh pemerintah, dan Menteri Kesehatan Norihisa Tamura. Keduanya diizinkan mengambil tindakan tambahan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Keputusan itu diambil setelah pemerintah menggelar pertemuan panel para ahli selama dua hari hingga Jumat.
Otoritas Pemerintah Jepang memperingatkan bahwa infeksi sedang ”menyebar”. Peringatan tingkat empat serupa terakhir kali diterapkan di ibu kota Jepang pada 10 September lalu. Peringkat itu kemudian diturunkan ke tingkat tiga hingga saat ini sebelum ditingkatkan lagi pada Kamis pekan ini. Sistem peringatan hanya mencerminkan situasi infeksi terbaru di ibu kota dan tidak memiliki kekuatan mengikat, termasuk pembatasan penutupan bisnis.
Otoritas Pemerintah Jepang memperingatkan bahwa infeksi sedang ”menyebar”. Peringatan tingkat empat serupa terakhir kali diterapkan di ibu kota Jepang pada 10 September lalu.
Jumlah kasus Covid-19 di Jepang dapat dikatakan relatif rendah jika dibandingkan dengan catatan penambahan kasus harian maupun secara total di tingkat global. Meskipun demikian, yang menjadi perhatian di Jepang saat ini adalah lonjakan kasusnya. Salah satu yang dikritik di Jepang adalah pengujian yang sering kali kurang meluas dibandingkan dengan di negara-negara lain di dunia.
Di Tokyo, rumah bagi hampir 14 juta orang, sebanyak 5.000-6.000 orang diuji setiap hari. Jepang sejauh ini mencatat 121.000 kasus terkonfirmasi Covid-19 dengan jumlah kematian sebanyak 1.900 kasus sejak Covid-19 terdeteksi di negara itu pada Januari tahun ini.
Sejauh ini Jepang mengambil pendekatan yang relatif santai terhadap pembatasan terkait respons atas Covid-19. Bahkan, keadaan darurat nasional yang diterapkan pada musim semi lalu tidak mewajibkan penutupan bagi para pelaku bisnis. Warga juga tidak diwajibkan sepenuhnya untuk tetap berada di dalam rumah mereka.
Suga mengatakan, dirinya akan mendukung pemerintah daerah jika mereka meminta pelaku bisnis menutup gerai-gerainya lebih awal. Mereka juga diimbau menerapkan pembatasan, seperti membatasi jumlah orang per kelompok di dalam restoran. Usulan yang muncul adalah membatasi maksimal empat orang dalam satu kumpulan orang di restoran. Meskipun demikian, Tokyo, sebagaimana dilaporkan media lokal, tidak mungkin meminta penutupan bisnis lebih awal untuk saat ini.
”Kami berada dalam fase di mana infeksi berkembang pesat. Kami perlu waspada,” kata Norio Ohmagari, Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Jepang. Ia berbicara pada pertemuan tingkat atas untuk membahas situasi pandemi Covid-19 di ibu kota. Dia memperingatkan bahwa pesta akhir tahun tradisional dan udara kering di musim dingin bisa menjadi faktor risiko penyebaran penyakit Covid-19. (AFP/REUTERS)