Menlu Bahrain Kunjungi Jerusalem, Babak Baru Hubungan dengan Israel
Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif bin Rashid al-Zayani melakukan kunjungan bersejarah ke Israel, termasuk ke Jerusalem.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
TEL AVIV, KAMIS — Hubungan Israel dan Bahrain memasuki babak baru setelah Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif bin Rashid al-Zayani melakukan kunjungan ke Tel Aviv, Israel, Rabu (18/11/2020). Bahrain sepakat akan membuka untuk pertama kalinya kedutaan besar mereka di Israel, mengembangkan sistem visa daring, dan bersiap melakukan penerbangan komersial antarkedua negara.
Tak sekadar mengunjungi Tel Aviv dan membuka peluang kerja sama bidang ekonomi serta keimigrasian, Zayani juga mengunjungi Jerusalem yang diklaim Israel sebagai ibu kota negara tersebut dan juga didukung Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Zayani menjadi pejabat pertama pemerintahan negara Arab ke Jerusalem di tengah penolakan dunia internasional untuk mengakui keberadaannya sebagai ibu kota Israel.
Zayani mengatakan, perjanjian normalisasi hubungan di antara kedua negara yang ditandatangani di Gedung Putih, pertengahan September 2020, dan diperkuat dengan kunjungan delegasi Israel, Oktober, mengarahkan hubungan keduanya pada kerja sama bidang perdagangan, pendidikan, serta penerbangan.
Bahrain juga berencana untuk membuka kantor kedutaan besar di Israel paling lambat akhir tahun ini.
”Sudah jelas niat dan keinginan semua pihak adalah untuk memastikan bahwa perdamaian yang kami kejar akan menjadi perdamaian yang hangat dan memberikan manfaat yang jelas bagi rakyat,” kata Zayani.
Pada saat yang sama, Zayani mengumumkan bahwa mulai 1 Desember kedua negara sudah bisa mengajukan visa kunjungan secara daring. Zayani juga menyatakan, setelah Bahrain membuka kantor kedubesnya di Israel, Pemerintah Israel bisa membuka kantor kedubes mereka di Manama, ibu kota Bahrain.
Zayani memperkirakan maskapai kedua negara bisa melakukan penerbangan pergi-pulang 14 kali per pekan mulai 2021. Ia juga mengatakan, Gulf Air, maskapai milik Pemerintah Bahrain, juga tengah memikirkan untuk membuka rute penerbangan baru ke kota lainnya di Israel, seperti Haifa dan Eilat.
Isu Palestina
Dalam kunjungannya ke Israel, yang bertepatan dengan kunjungan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo di Israel, digunakan Zayani untuk mengemukakan pandangannya soal perdamaian Palestina dan opsi dua negara sebagai solusi akhir konflik Israel-Palestina seusai bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Pompeo.
Dalam pertemuannya itu, Zayani berharap kesepakatan normalisasi hubungan Bahrain dan Uni Emirat Arab dengan Israel bisa membuka jalan bagi perdamaian di seluruh kawasan.
Dalam sesi konferensi pers yang dihadiri oleh Pompeo dan Menlu Israel Gabi Askenazi, Zayani mengatakan, untuk mengonsolidasikan perdamaian di seluruh kawasan Timur Tengah, konflik Israel-Palestina perlu diselesaikan.
”Saya menyerukan kedua pihak untuk kembali ke meja perundingan, untuk mencapai solusi dua negara, seperti yang ingin dicapai oleh komunitas internasional,” kata Zayani.
Askenazi sendiri menyambut baik keputusan Otoritas Palestina untuk memulihkan koordinasi dengan Israel yang sempat terputus ketika Netanyahu berencana mencaplok sebagian wilayah Tepi Barat.
”Saya menyambut baik keputusan kemarin oleh Palestina untuk melanjutkan kerja sama dengan Israel, kerja sama keamanan. Pintu kami terbuka untuk memperbarui perundingan. Saya mendorong orang-orang Palestina untuk melangkah melalui pintu ini tanpa prasyarat,” kata Askenazi.
Pompeo memilih tidak menanggapi pernyataan Zayani. Pompeo, pendukung setia Trump, malah menekankan perlunya kerja sama seluruh negara di kawasan untuk mengisolasi Iran yang dipandang sebagai musuh bersama. ”Iran semakin terisolasi dan ini akan selamanya sampai mereka mengubah arah mereka,” kata Pompeo.
Pompeo memperingatkan Republik Islam Iran bahwa kesepakatan yang dicapai UEA dan Bahrain dengan Israel menunjukkan ”pengaruhnya di kawasan itu memudar”. (AFP/REUTERS)