Vaksin Sinovac Picu Kekebalan Tubuh, Antibodi yang Dihasilkan Rendah
Vaksin Sinovac bisa memicu kekebalan tubuh secara cepat. Walakin, jumlah antibodi pada sukarelawan uji klinis lebih rendah dibandingkan pada mantan pengidap Covid-19.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
BALTIMORE, RABU — Penggunaan vaksin Covid-19 buatan Sinovac Biotech, farmasi China, harus penuh kehati-hatian. Vaksin yang dinamai CoronVac itu memang dengan cepat memicu kekebalan tubuh. Namun, jumlah antibodi yang dihasilkan dalam uji klinis lebih rendah dibandingkan pada penyintas Covid-19.
Pakar pada Johns Hopkins University, Amerika Serikat, Naor Bar-Zeev, Selasa (17/11/2020), mengatakan, hasil uji klinis menunjukkan, antibodi pada sukarelawan lebih rendah dibandingkan pada penyintas Covid-19.
Menurut Bar-Zeev, hasil uji klinis tahap I dan II harus diterjemahkan sangat hati-hati sampai hasil uji klinis tahap III diumumkan. ”Bahkan, jika setelah uji klinis tahap III selesai dan proses perizinan, kita harus sangat hati-hati,” ujarnya di Baltimore, AS.
Bar-Zeev menyampaikan keterangan itu setelah hasil uji klinis tahap I dan II dari calon vaksin Covid-19 akhirnya diumumkan. Menurut dia, vaksin CoronVac itu dapat memicu kekebalan tubuh secara cepat. Walakin, jumlah antibodi pada sukarelawan dalam uji klinis lebih rendah dibandingkan pada mantan pengidap Covid-19.
Kesimpulan itu didapat setelah pemeriksaan hasil uji klinis tahap I dan II pada 700 sukarelawan.
”Temuan kami menunjukkan, CoronaVac mampu memicu reaksi antibodi yang cepat dalam empat pekan imunisasi dengan memberikan dua dosis vaksin dalam interval 14 hari. Kami yakin hal ini membuat vaksin cocok dipakai untuk penggunaan darurat selama pandemi,” tulis salah satu peneliti, Zhu Fengcai, dalam sebuah makalah yang sedang dalam peninjauan oleh peneliti lain.
Para periset menyebut, penemuan dari uji klinis lebih besar akan penting untuk menentukan apakah CoronaVac bisa dipakai untuk melindungi masyarakat dari Covid-19. Uji klinis tahap III dengan melibatkan ratusan ribu sukarelawan kini dilakukan, antara lain, di Indonesia, Turki, dan Brasil.
Sudah digunakan
CoronaVac sudah mulai digunakan di China. Beijing juga mengizinkan imunisasi terbatas dengan vaksin buatan Sinopharm dan CanSino. Dalam makalah Zhu dan rekan-rekannya ditulis bahwa vaksin SinoPharm dan CanSino juga dapat memicu reaksi kekebalan tubuh.
Peneliti Sinovac, Gang Zeng, mengatakan bahwa CoronaVac dapat disimpan pada suhu hingga 8 derajat celsius. Pada suhu itu, vaksin akan bisa disimpan hingga tiga tahun. ”Hal ini akan menguntungkan dalam proses distribusi di wilayah yang kekurangan fasilitas pendingin,” tulisnya.
Hal itu membuat CoronaVac bisa disimpan di lemari es biasa. Sebagai pembanding, vaksin yang dikembangkan Pfizer dan BioNTech harus disimpan pada suhu minus 70 derajat celsius atau membutuhkan lemari es khusus. Vaksin itu juga hanya bisa disimpan paling lama lima hari di lemari es biasa.
Adapun vaksin yang dikembangkan Moderna bisa bertahan hingga sebulan di lemari es biasa. Untuk bisa disimpan hingga enam bulan, vaksin Moderna harus dimasukkan ke dalam lemari es yang bersuhu paling tidak minus 20 derajat celsius.
Penggunaan darurat
Pfizer mengumumkan, izin penggunaan darurat untuk vaksin Covid-19 yang dikembangkan perusahaan itu akan segera diterbitkan Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat. ”Kami sudah semakin dekat mengajukan izin penggunaan darurat,” kata pemimpin Pfizer, Albert Bourla.
Sebelumnya, Pfizer mengumumkan bisa mengajukan izin ke BPOM AS pada pekan ketiga November 2020. Pfizer juga akan segera memulai pengiriman awal ke Rhode Island, Texas, New Mexico, dan Tennessee.
BPOM AS menetapkan bahwa pembuat vaksin harus menyerahkan hasil pemantauan terhadap sukarelawan uji klinis untuk periode paling singkat sejak dua bulan sejak vaksin terakhir. Vaksinasi dibagi dua tahap dengan selang hingga 28 hari. Penetapan itu untuk memastikan keamanan vaksin.
Negara lain yang berharap segera menggunakan vaksin Pfizer adalah Kanada. Ottawa telah menjalin kesepakatan pembelian vaksin dengan tujuh pihak, termasuk Pfizer dan Moderna. Pada akhir 2021, hampir seluruh 38 juta penduduk Kanada akan selesai divaksin.
Pemerintah Brasil juga tengah mempertimbangkan membeli vaksin Pfizer. Vaksin akan dibeli jika sudah terbukti aman dan disahkan Anvisa, otoritas kesehatan Brasil. Selain Pfizer, pemerintah federal Brasil juga berunding dengan Johnson&Johnson dari AS, Bharat Biotech dari India, dan Rusia.
Adapun Sao Paulo, salah satu negara bagian di Brasil, akan menerima 46 juta dosis CoronaVac pekan ini. Direktur Butantan Institute Dimas Covas menyebut bahwa CoronaVac akan dipakai setelah mendapat persetujuan Anvisa.
Butantan bermitra dengan Sinovac untuk menggelar uji klinis tahap III di Sao Paulo dengan target hingga 160.000 sukarelawan. Sampai sekarang, 19.000 dosis vaksin telah diberikan kepada 10.000 sukarelawan.
Anvisa pernah memerintahkan penghentian uji klinis setelah satu sukarelawan meninggal. Belakangan diketahui bahwa kematian itu tidak terkait dengan vaksinasi. Apalagi, sukarelawan itu termasuk kelompok yang tidak disuntik vaksin.
Dalam uji klinis memang biasanya sukarelawan terbagi menjadi dua kelompok, yakni yang menerima dan tidak menerima calon vaksin atau calon obat. (AP/AFP/REUTERS)