Reaksi Positif Pasar terhadap Kabar Pfizer dan Moderna
Pasar merespons positif pengumuman Moderna Inc dan Pfizer bahwa calon vaksin yang tengah diuji memiliki efikasi 90-94,5 persen. Namun, investor masih menunggu kepastian lain, termasuk stimulus anyar AS.
Oleh
Mahdi Muhammad dan Benny D Koestanto
·4 menit baca
WASHINGTON, SELASA — Kabar dari dua produsen vaksin, yaitu Moderna Inc dan Pfizer, yang menyatakan bahwa calon vaksin yang tengah mereka kembangkan memiliki tingkat efektivitas pencegahan Covid-19 berkisar 90-94,5 persen direspons positif oleh pasar. Selama tiga hari terakhir, sejak pertama kali Pfizer mengumumkan efektivitas calon vaksin mereka kepada publik hingga Senin (16/11/2020) ketika Moderna Inc mengumumkan hasil senada, pasar menggeliat.
Beberapa pasar saham menunjukkan tanda-tanda kehidupan yang lebih baik. Saham Asia bergerak secara tentatif ke wilayah rekor pada Selasa (17/11/2020), didorong kemunculan informasi soal pemberitaan hasil pengujian calon vaksin Covid-19 yang menjanjikan. Kabar dari Moderna Inc yang menyatakan bahwa percobaan calon vaksin buatannya memiliki efikasi hingga hampir 95 persen dalam mencegah infeksi memberikan sentimen positif bagi para investor. Kabar baik ini mendorong naiknya nilai saham Moderna Inc, perusahaan yang berbasis di Cambridge, Massachusetts, sebesar 9,6 persen pada hari ini.
Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,17 persen pada Selasa lalu setelah sehari sebelumnya mencapai level tertinggi sejak indeks ini diluncurkan tahun 1987. Sementara indeks MSCI World dari saham global yang juga mencapai rekor tertinggi pada hari Senin terus bergerak lebih tinggi di sesi Asia.
Respons positif tidak hanya terjadi pada pasar saham Asia. Pasar saham Eropa juga ditutup pada level tertinggi pada Senin (16/11/2020) sepanjang delapan bulan terakhir setelah ada kabar positif tentang calon vaksin yang dikembangkan Moderna. Kabar ini meningkatkan kepercayaan investor untuk mempercepat proses pemulihan situasi ekonomi yang terpuruk akibat pandemi. Sentimen lain adalah pemulihan di Asia yang juga dinilai turut membantu.
Kabar menggembirakan itu juga membuat mata uang euro menguat terhadap dollar Amerika Serikat. Sementara yuan China mencapai level tertinggi terhadap mata uang AS sejak Juni 2018.
Herald van der Linde, Kepala Strategi Ekuitan HSBC untuk Wilayah Asia Pasifik, mengatakan, keberadaan vaksin diasumsikan menandai situasi pasar yang mulai normal kembali.
”Pasar mengasumsikan bahwa kita dapat melihat ujung terowongan. Bahwa pada tahun 2022, sebagian besar penduduk dunia akan mulai menerima akses terhadap vaksin,” kata Van der Linde.
Michael Hewson, Kepala Analis Pasar CMC Markets, mengatakan, semakin banyak perusahaan farmasi yang mengumumkan kabar baik tentang efikasi calon vaksin yang mereka teliti, pasar dan investor akan meresponsnya dengan positif. ”Investor akan dapat melihat jalan keluar dari pandemi ini. Dan, untuk kegiatan ekonomi, ini seperti kembali ke dalam ritme kehidupan normal,” kata Hewson.
Ekonomi AS
Sempat merespons positif kabar kemajuan calon vaksin yang dikeluarkan Pfizer dan Moderna, para investor mulai menahan laju positif di pasar saham AS. Dikutip dari laman Bloomberg, para investor masih memikirkan laju penyebaran Covid-19 yang masih cukup tinggi, tidak hanya di dalam negeri AS, tetapi juga di beberapa kawasan, termasuk Eropa.
Selain itu, investor juga masih menanti kepastian dan kejelasan lebih lanjut masalah kepastian kembali normalnya mobilitas sosial warga. ”Euforia yang diciptakan karena hasil pemilihan presiden dan pengumuman soal vaksin akan memberikan cara analisis yang lebih bijaksana tentang berapa lama dan mulusnya jalan menuju pemulihan,” kata Chris Iggo, kepala investasi pada perusahaan manajemen investasi Axa.
Sementara dalam pandangan Jerome Powell, Kepala Federal Reserve Pemerintah Amerika Serikat, pemulihan akan tergantung dari seberapa besar dan seberapa cepat Pemerintah AS mampu mengendalikan pertumbuhan dan penyebaran kasus Covid-19 di negara itu. Kenaikan jumlah warga yang positif Covid-19, menurut Powell, akan memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi perekonomian AS.
Berdasarkan laman Worldometers.info, jumlah kasus Covid-19 di AS mencapai 11,544 juta kasus dan jumlah kematian telah mencapai 252.765 jiwa. Selama beberapa hari pada dua pekan terakhir, jumlah kasus harian di negara ini bisa mencapai 100.000 kasus positif.
”Ekonomi tidak akan pulih sepenuhnya sampai semua orang yakin bahwa kondisi dirinya dan lingkungan sekitarnya aman baginya untuk terlibat kembali dalam berbagai kegiatan,” katanya.
Presiden terpilih AS Joe Biden menyerukan perlunya pengucuran paket stimulus baru untuk membantu negara itu pulih dari keterpurukan akibat pandemi. Biden mengusulkan paket stimulus baru senilai 2,2 triliun dollar AS atau sekitar Rp 31 kuadriliun untuk membantu mempercepat pemulihan ekonomi AS.
Namun, tidak akan mudah bagi Biden untuk merealisasikan rencananya itu. Kongres, yang masih dikuasai mayoritas oleh Partai Republik, kemungkinan besar akan menolak gagasan itu.
Biden meminta Kongres untuk mendukung langkah usulan atas paket stimulus senilai 2,2 triliun dollar AS yang disetujui DPR yang dipimpin oleh Demokrat.
”Kita memiliki semua dana dan kapasitas untuk mengurus masing-masing atas hal itu sekarang. Tidak besok, tapi sekarang,” kata Biden.
Kongres AS pada Maret menyetujui Undang-Undang CARES senilai 2,2 triliun dollar AS pula. Anggaran itu mencakup program pinjaman dan hibah untuk membantu usaha kecil serta pembayaran yang diperluas kepada para pekerja yang kehilangan pekerjaan.
Program-program tersebut dipandang penting dalam membantu sektor-sektor, seperti penjualan ritel, pulih dari penurunan. Namun, anggaran itu telah berakhir selama musim panas. (AFP/REUTERS)