Hasil yang menjanjikan dari uji calon vaksin produksi Moderna Inc dan Pfizer memicu respons positif pasar di Asia serta Eropa. Capaian itu melahirkan optimisme.
Oleh
Mahdi Muhammad, Deonisia Arlinta, Benny D Koestanto, dan Nina Susilo
·5 menit baca
WASHINGTON, SELASA — Pasar global merespons positif kabar baik dari dua produsen vaksin terkemuka, Moderna Inc dan Pfizer. Dua produsen itu menyatakan, calon vaksin yang tengah mereka kembangkan memiliki tingkat efektivitas pencegahan Covid-19 berkisar 90-94,5 persen.
Pekan lalu, Pfizer bersama BioNTech menyebut, calon vaksin mereka memiliki efektivitas 90 persen. Kabar gembira ini diikuti dengan berita dari Moderna Inc pada awal pekan ini yang menyatakan bahwa percobaan calon vaksin buatannya memiliki efikasi hingga hampir 95 persen dalam mencegah infeksi.
Hal tersebut menciptakan sentimen positif bagi investor. Selain mendongkrak nilai saham Moderna Inc hingga 9,6 persen, kabar baik itu mendorong saham Asia bergerak secara tentatif ke wilayah rekor pada Selasa (17/11/2020).
Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,17 persen pada Selasa setelah sehari sebelumnya mencapai level tertinggi sejak indeks ini diluncurkan tahun 1987. Adapun indeks MSCI World dari saham global juga mencapai rekor tertinggi pada hari Senin dan terus bergerak lebih tinggi di sesi Asia.
Respons positif tak hanya terjadi pada pasar saham Asia. Pasar saham Eropa pada Senin (16/11/2020) juga ditutup di level tertinggi sepanjang delapan bulan terakhir.
Kabar mengenai calon vaksin tersebut meningkatkan kepercayaan investor untuk mempercepat proses pemulihan ekonomi yang terpuruk akibat pandemi. Sentimen lain terkait pemulihan di Asia yang dinilai ikut mendorong optimisme.
Mata uang euro turut menguat terhadap dollar Amerika Serikat. Yuan China mencapai level tertinggi terhadap mata uang AS sejak Juni 2018.
Ujung lorong
Herald van der Linde, Kepala Strategi Ekuitan HSBC untuk Wilayah Asia Pasifik, mengatakan, keberadaan vaksin diasumsikan menandai situasi pasar yang mulai normal lagi. ”Pasar mengasumsikan kita dapat melihat ujung terowongan bahwa pada 2022 sebagian besar penduduk dunia mulai menerima akses terhadap vaksin,” kata Van der Linde.
Michael Hewson, Kepala Analis Pasar CMC Markets, menjelaskan, kian banyak perusahaan farmasi mengumumkan kabar baik tentang efikasi calon vaksin yang mereka teliti, pasar dan investor akan meresponsnya dengan positif. ”Investor bisa melihat jalan keluar dari pandemi. Bagi kegiatan ekonomi, hal ini seperti kembali ke dalam ritme kehidupan normal,” ujarnya.
Disiplin
Satgas Penanganan Covid-19 kembali menegaskan bahwa Indonesia terbuka terhadap calon vaksin mana pun. Juru bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, menyatakan, pemerintah cermat dan ketat dalam memutuskan kerja sama pengadaan vaksin Covid-19.
”Vaksin Covid-19 yang akan digunakan juga harus sesuai karakteristik masyarakat Indonesia dan sesuai sarana pendukung lain, seperti cold chain,” kata Wiku dalam keterangan pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa, yang disiarkan kanal Youtube Sekretariat Presiden.
Penetapan calon vaksin ini harus melalui proses pengawalan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Selain itu, penetapannya harus memiliki kajian berdasarkan studi ilmiah.
Vaksin yang akan digunakan di Indonesia harus lolos uji klinis tahap pertama, kedua, dan ketiga serta memperoleh izin penggunaan darurat (emergency use authorization/EUA) dari BPOM.
Namun, sebelum vaksin tersedia, Wiku menegaskan, warga harus tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan, baik pada tingkat individu, masyarakat, maupun pelaku usaha. Langkah itu sangat diperlukan untuk menekan penularan kasus.
”Hal ini menjadi modal untuk melakukan kegiatan ekonomi. Mari kita sama-sama disiplin menjalankan protokol kesehatan,” kata Wiku.
Menurut dia, angka kasus positif Covid-19 secara nasional yang naik signifikan menjadi pertanda kurang menggembirakan. Kenaikan kasus positif Covid-19 ini terjadi setelah libur panjang karena cuti bersama pada akhir Oktober 2020.
Wiku mengatakan, secara nasional, peningkatan kasus positif Covid-19 pekan ini 17,8 persen. Penambahan itu cukup signifikan karena biasanya kenaikan berkisar 5-8 persen saja.
Peningkatan kasus positif di lima provinsi dengan angka kasus tertinggi juga drastis. Pekan sebelumnya, penambahan kasus terbanyak terjadi di Jawa Tengah dengan 919 kasus. Pekan ini, penambahan kasus aktif di Jawa Tengah mencapai 2.377 kasus. Jawa Barat dan DKI Jakarta masih mengikuti sebagai provinsi dengan penambahan kasus terbanyak, selain Banten dan Lampung.
Persentase kasus positif di Jateng dan Jabar juga tampak melonjak setelah libur panjang pada cuti bersama akhir Oktober lalu. Sebelum libur panjang, yakni 21-27 Oktober, persentase kasus positif di Jateng 13,53 persen, sedangkan di Jabar 15,14 persen. Setelah cuti bersama, pada 4-10 November, terjadi peningkatan persentase kasus positif menjadi 17,4 persen di Jateng dan 16,31 persen di Jabar.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menyatakan, pemerintah telah membayar uang muka pengadaan vaksin yang dikembangkan Sinovac, China, Rp 507 miliar dari total Rp 633 miliar. Berdasarkan kajian, harga satuan vaksin diperkirakan Rp 211.282.
Hal itu disampaikan Terawan dalam rapat kerja dan rapat dengar pendapat yang dilakukan Kementerian Kesehatan, BPOM, serta Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional bersama Komisi IX DPR, Selasa, di Jakarta.
Terawan mengatakan, sampai saat ini belum ada vaksin yang siap dan tersedia untuk diberikan kepada masyarakat. Pengadaan vaksin yang bisa dipastikan ialah calon vaksin Sinovac, yang sedang diuji coba bersama PT Bio Farma di Bandung. Calon vaksin lain masih menunggu publikasi resmi dari hasil uji klinis yang dilakukan.
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Oscar Primadi menuturkan, pemerintah telah mengalokasikan anggaran khusus untuk pengadaan vaksin. Kebutuhan anggaran vaksinasi pada tahun 2020 sebesar Rp 36.681.310.000. Adapun kebutuhan vaksinasi pada tahun anggaran 2021 sebesar Rp 1.328.291.054.000. (AFP/REUTERS/HAR)