Presiden Jokowi: Kepercayaan Negara Anggota KTT Asia Timur Jadi Modal Perkuat Kerja Sama
Presiden Jokowi menilai, sebagai forum dialog pemimpin negara, KTT Asia Timur harus terus digunakan untuk membangun kepercayaan strategis guna memperkuat kerja sama. Kepercayaan itu dibutuhkan untuk menjaga stabilitas.
Oleh
Nina Susilo
·2 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Terus membangun kepercayaan strategis di antara negara-negara anggota KTT Asia Timur sangat diperlukan dalam memperkuat kerja sama. Ini menjadi modal untuk memperkuat kerja sama sembari menjaga stabilitas kawasan.
Ajakan untuk membangun kepercayaan ini disampaikan Presiden Joko Widodo dalam pidato secara virtual pada KTT Ke-15 Asia Timur (EAS), Sabtu (14/11/2020) dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat. Presiden menilai, sebagai forum dialog tingkat pemimpin negara, EAS harus terus digunakan untuk membangun kepercayaan strategis guna memperkuat kerja sama.
”Modal yang dimiliki EAS sangatlah besar. Sebanyak 5 anggota EAS saat ini duduk di Dewan Keamanan PBB, 8 anggota EAS tergabung dalam G-20. EAS juga mewakili lebih dari 54 persen penduduk dunia dan 58 persen GDP dunia,” kata Presiden Jokowi.
Modal ini sangat kuat. Kesepakatan dan kerja sama EAS akan berdampak besar terhadap kawasan dan dunia.
Di tengah pandemi dan dampaknya, Presiden Jokowi mengajak negara-negara anggota EAS untuk memperkokoh ketahanan kesehatan di kawasan. Dalam jangka pendek, ketersediaan vaksin Covid-19 di wilayah ini menjadi keharusan. Dalam jangka panjang, antisipasi penularan penyakit serupa perlu disiapkan.
Di sisi lain, EAS semestinya menjadi penggerak perdamaian dan stabilitas di kawasan. Di tengah situasi sulit saat ini, bibit-bibit perpecahan dan konflik tidak boleh dibiarkan berkembang. Sebaliknya, semua pihak harus bersatu dan fokus untuk melawan musuh bersama, yakni pandemi Covid-19.
Karena itu, nilai dan norma yang telah disepakati dalam Prinsip-prinsip Bali harus dihormati semua pihak, baik penghormatan kedaulatan, penyelesaian masalah secara damai, maupun komitmen terhadap hukum internasional, termasuk Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) 1982.
”Kita harus bersama-sama mengedepankan dialog dan kerja sama saling menguntungkan di kawasan, bukan kompetisi ataupun rivalitas,” ujar Presiden Jokowi.
Semangat kerja sama saling menguntungkan itu sejalan dengan semangat yang diusung dalam Pandangan ASEAN atas Indo-Pasifik. Karena itu, Presiden Jokowi mengajak semua negara EAS untuk meningkatkan kerja sama dalam mewujudkan Indo-Pasifik yang damai dan sejahtera.
Secara terpisah, Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana menilai, di Asia Timur, China diperlukan karena ekonominya yang kuat dan pasar yang besar. Namun, China juga dikhawatirkan akan mendominasi negara-negara yang banyak tergantung, misalnya untuk membangun pangkalan militernya.
Karena itu, kerja sama di antara negara-negara EAS bisa dilakukan, tetapi tentu penghormatan pada hukum internasional tetap harus dijaga. Negara-negara EAS juga perlu mencari celah untuk mewujudkan kerja sama yang saling menguntungkan tanpa masuk dalam perangkap.