Pandemi Covid-19 Memperkuat Kerja Sama Multilateral
Dalam rangkaian KTT ASEAN dengan negara mitra, Presiden Jokowi menekankan pentingnya stabilitas kawasan. Selain itu, Presiden juga menyerukan penguatan kerja sama dalam mengatasi pandemi Covid-19 dan dampaknya.
Oleh
Nina Susilo
·5 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Komitmen kerja sama untuk mengatasi pandemi Covid-19 diperkuat dalam pertemuan para pemimpin negara ASEAN dengan pemimpin negara-negara mitra, Sabtu (14/11/2020). Selain itu, masalah keamanan kawasan juga dibahas dalam rangkaian pertemuan tersebut.
Pada hari ketiga rangkaian KTT Ke-37 ASEAN, Sabtu (14/11/2020), Presiden Joko Widodo menghadiri secara virtual KTT ASEAN-Selandia Baru, KTT dua tahunan ke-2 ASEAN-Australia, KTT Ke-23 ASEAN Plus Three (APT), dan Pertemuan Pemimpin APT dengan Perwakilan East Asia Business Council (EABC). Sore hari, masih ada peluncuran ASEAN Smart Logistics Network (ASLN) with First Project ”Vihn Phuc ICD Logistics Center (SuperPort)” dan pada malam harinya, Presiden akan menghadiri KTT Ke-15 Asia Timur.
Vietnam menjadi tuan rumah pertemuan-pertemuan ini, sedangkan Presiden Jokowi mengikuti pertemuan tersebut melalui konferensi video dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat.
Dalam KTT ASEAN-Selandia Baru, Presiden Jokowi sempat menyampaikan selamat atas terpilihnya kembali Jacinda Ardern sebagai Perdana Menteri Selandia Baru. Selain itu, disebutkan juga beberapa isu, antara lain kemitraan dengan negara-negara Pasifik Selatan, kerja sama multilateralisme, dan kerja sama ekonomi saling menguntungkan dengan penandatanganan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP).
Menurut Presiden Jokowi, hubungan Selandia Baru dengan negara-negara Pasifik Selatan cukup kuat. Indonesia dan ASEAN juga ingin memperkuat kemitraan dengan negara-negara Pasifik Selatan.
”Hubungan baik kita dapat kita gunakan untuk memperkuat kemitraan dengan Pasifik Selatan, termasuk di bidang perikanan dan perubahan iklim. ASEAN Outlook on the Indo-Pacific tentunya dapat dijadikan pijakan bagi pengembangan kerja sama dengan Pasifik Selatan,” kata Presiden, seperti disampaikan dalam keterangan yang dikirimkan Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden, Sabtu.
PM Jacinda Ardern menyambut baik penguatan kerja sama ASEAN-Selandia Baru. ”Selandia Baru dan ASEAN sama-sama memiliki warisan kuat dalam kerja sama memperkuat perdamaian dan kesejahteraan di kawasan. ASEAN adalah mitra dagang keempat terbesar kami, mitra pertahanan dan keamanan kami, juga hub strategis dan menentukan menuju wilayah Asia dan belahan dunia lain,” tutur Ardern, seperti dikutip dari portal Pemerintah Selandia Baru.
Oleh karena itu, selain mendorong penguatan kerja sama untuk mendukung upaya global mengatasi pandemi, memastikan distribusi vaksin adil, serta mendorong pemulihan ekonomi, Ardern menambahkan, Selandia Baru menegaskan kembali komitmen untuk memperkuat kemitraan dengan ASEAN.
Dalam pertemuan ini, dihasilkan Pernyataan dan Visi Bersama Para Pemimpin ASEAN dan Selandia Baru dalam Merayakan 45 Tahun Dialog ASEAN-Selandia Baru: Warisan Kemitraan, Masa Depan Bersama. Dalam pernyataan bersama ini, beberapa isu yang diangkat terkait dengan kerja sama untuk keberlanjutan dan mengatasi perubahan iklim, fasilitasi perdagangan, perdagangan digital.
Dalam KTT ASEAN-China, Presiden Jokowi mengingatkan, penguatan kerja sama negara-negara di kawasan ini sangat diperlukan supaya bisa segera keluar dari dampak pandemi dan ekonomi bisa segera pulih. Untuk itu, bisa dilakukan transformasi kerja sama ekonomi berbasis digital.
”Tahun 2020 adalah tahun kerja sama ekonomi digital ASEAN-RRT (China). Sebagai pemimpin global ekonomi digital dan rumah bagi sepertiga unicorn dunia, antara lain Baidu, Alibaba, dan Tencent, RRT adalah mitra strategis bagi ASEAN,” kata Presiden Jokowi, yang didampingi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Wakil Tetap RI untuk ASEAN Ade Padmo Sarwono.
Bersamaan dengan itu, ASEAN dan China harus segera mereaktivasi kerja sama ekonomi, antara lain, melalui harmonisasi kebijakan dan memastikan rantai pasok global dengan menghapus hambatan perdagangan.
Kedua, pemenuhan ketersediaan vaksin dan obat-obatan juga sangat penting dalam mengatasi pandemi. ”Saya mengapresiasi komitmen RRT untuk berpartisipasi dalam COVAX dan menjadikan vaksin sebagai barang publik global. Kita harus bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan obat-obatan dan vaksin Covid-19 di kawasan,” ujar Presiden Jokowi.
Isu lain terkait dengan stabilitas dan perdamaian di kawasan Indo-Pasifik yang menurut pandangan Presiden Jokowi belakangan ini diwarnai dengan ketidakpastian, termasuk menajamnya rivalitas dan ketegangan di Laut China Selatan. Presiden menyatakan kekhawatirannya, apabila hal itu terus berlanjut, pemulihan menyeluruh dari pandemi Covid-19 di kawasan akan semakin sulit.
”Kita semua, tanpa terkecuali, memiliki tanggung jawab menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan,” lanjutnya.
Presiden berharap agar kemitraan antara ASEAN dan China ke depan dapat mencapai lebih banyak kemajuan bersama melalui kerja sama yang terjalin kedua belah pihak. Apalagi, tahun 2021, kemitraan ASEAN-China memasuki tiga dekade.
Ekonomi dan stabilitas kawasan
Dalam KTT dua tahunan yang kedua ASEAN-Australia, Presiden Jokowi mengangkat dua isu utama. Isu pertama terkait penguatan upaya integrasi ekonomi kedua pihak. Kedua, mendorong terciptanya stabilitas dan keamanan di kawasan.
Hari Minggu (15/11/2020), Kemitraan Ekonomi Regional Komprehensif (RCEP) akan ditandatangani. Implementasi RCEP, menurut Presiden Jokowi, akan membutuhkan komitmen yang besar dari semua pihak. Namun, diyakini RCEP akan menjadi katalis pemulihan ekonomi di kawasan, bahkan dunia.
Presiden Jokowi juga memandang ASEAN-Australia perlu memperkuat komitmen untuk meningkatkan perjanjian perdagangan bebas ASEAN-Australia-Selandia Baru. Hal ini melalui peningkatan kelancaran lalu lintas barang, penguatan rantai pasokan global dengan memanfaatkan ASEAN sebagai basis produksi kompetitif, pengembangan kerja sama industri 4.0 dan ekonomi digital, serta peningkatan interaksi antara pelaku usaha ASEAN dan Australia.
Terkait stabilitas dan keamanan di kawasan, Presiden Jokowi menyebut hal ini adalah fondasi bagi upaya pemulihan ekonomi pascapandemi. ”Penghormatan terhadap hukum internasional, termasuk UNCLOS 1982, adalah kunci. Pesan ini perlu terus kita gaungkan ke dunia,” katanya.
Selain itu, Presiden menyebutkan, implementasi program secara konkret dalam kerangka Pandangan ASEAN Outlook atas Indo-Pacific sangatlah krusial. Dengan demikian, ada dampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat di kawasan.
”Di masa sulit ini, kerja sama adalah satu-satunya jalan yang harus kita tempuh. Saya yakin, kemitraan ASEAN dan Australia dapat menjadi penyangga utama paradigma kerja sama dan kolaborasi bagi stabilitas, perdamaian, dan kesejahteraan di kawasan,” lanjutnya.