Amnesty International: Tragedi Mengerikan di Etiopia, Ratusan Orang Tewas
Tragedi mengerikan terjadi di Etiopia karena pasukan pemerintah terlibat pertikaian dengan kelompok sipil bersenjata. Puluhan hingga ratusan orang tewas.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
ADDIS ABABA, JUMAT —Puluhan hingga ratusan warga sipil di wilayah Tigray, Etiopia, ditikam dan dibacok hingga tewas oleh pasukan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) yang berkuasa di wilayah itu. Insiden tersebut merupakan rangkaian dari pertikaian antara TPLF dan pasukan keamanan pemerintah.
TPLF terlibat pertikaian dengan pasukan Perdana Menteri Etiopia Abiy Ahmed yang memperoleh penghargaan Nobel Perdamaian 2019. Padahal, militer Etiopia mengklaim sudah berhasil menumpas TPLF.
Perkembangan terbaru di Etiopia itu dilaporkan oleh kelompok hak asasi manusia, Amnesty International, Kamis (12/11/2020). ”Ini tragedi mengerikan,” sebut lembaga itu dalam pernyataan tertulisnya.
Sebelumnya, Abiy (44) menuding TPLF yang memulai pertikaian dan mengancam kestabilan keamanan di wilayah itu. Ratusan orang tewas akibat serangan udara dan pertempuran di darat.
Rakyat Etiopia pun berduyun-duyun mengungsi ke Sudan. Insiden ini dikhawatirkan akan memperparah pertikaian etnis dan mempertanyakan kemampuan Abiy, pemimpin termuda di Afrika, memimpin.
Amnesty International menyebutkan, pembunuhan massal itu terjadi di kota Mai Kadra. Pengakuan dari para saksi mata menyebutkan, tubuh para korban yang tewas terlihat penuh dengan luka sayatan dan tusukan.
”Amnesty International belum bisa mengonfirmasi pelakunya, tetapi para saksi mata mengaku pelakunya pasukan yang loyal kepada TPLF,” sebut laporan itu.
Ada kekhawatiran insiden ini akan menimbulkan gejolak di Eritrea yang pemerintahnya menandatangani pakta perdamaian dengan Abiy dua tahun lalu, tetapi tetap bermusuhan dengan penguasa Tigrayan.
Insiden ini juga bisa melemahkan peran Etiopia dalam pasukan Uni Afrika yang menentang kelompok militan di Somalia.
Konflik berdarah seperti ini juga akan menghambat investasi asing dalam perekonomian Etiopia, utamanya di sektor telekomunikasi. Sebelum pandemi Covid-19, pertumbuhan tahunan ekonomi Etiopia hampir dua digit.
Invasi
Pasukan TPLF yang menguasai wilayah pegunungan dengan penduduk 5 juta jiwa itu mengumumkan status negara dalam kondisi darurat karena telah terjadi ”penyerangan” di wilayah mereka.
Abiy menuding TPLF justru yang memulai konflik itu dengan menyerang pangkalan militer pemerintah federal dan membangkang pemerintah federal.
Sebaliknya, TPLF menuding mereka kerap menerima perlakukan kekerasan dari pemerintahan Abiy.
”Wilayah barat Tigray berhasil dibebaskan,” tulis Abiy di akun Twitter-nya. Abiy berasal dari kelompok etnis terbesar di Etiopia, Oromo, yang dulu pernah berperang bersama Tigraya melawan negara tetangganya, Eritrea.
Abiy juga mengatakan, banyak tentaranya yang tewas ditembak dengan kondisi kaki dan tangan terikat ke belakang di kota Sheraro. ”Kekejaman seperti ini menyedihkan,” ujarnya.
Lebih dari 11.000 warga Etiopia mengungsi ke Sudan sejak pertikaian terjadi dan lembaga-lembaga bantuan kemanusiaan menyebutkan situasi di Tigray yang semakin parah. Bahkan, sebelum pertikaian itu terjadi pun sudah ada 600.000 orang yang kelaparan dan bergantung pada bantuan makanan.
Perwakilan Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi di Etiopia, Ann Encontre, mengatakan, perundingan di antara kedua belah pihak masih berlangsung dalam koridor kemanusiaan. Ia memperingatkan situasi darurat karena banyaknya orang, separuhnya anak-anak, yang melarikan diri ke Sudan.
Setelah berkuasa pada 2018, Abiy mendapat banyak dukungan dan dipuji-puji karena mencabut sistem politik yang represif, termasuk membebaskan para aktivis dari penjara serta mencabut larangan partai-partai politik oposisi. Ia memperoleh Nobel Perdamaian atas upayanya dalam mewujudkan pakta perdamaian dengan Eritrea.
Namun, para pengamat menilai transisi demokratis Abiy sudah meluncur jauh sebelum konflik dengan Tigray. Ini karena ia memenjarakan tokoh oposisi dan membatasi kebebasan media.
Sampai saat ini Abiy masih belum mau menanggapi ajakan PBB dan Uni Afrika untuk gencatan senjata serta membicarakan perdamaian.
Militer Etiopia mengatakan, kekuasaan transisi akan dibentuk di Tigray dan pasukan di wilayah itu diminta untuk segera menyerah.
Untuk menekan TPLF, parlemen Etiopia melucuti hak kekebalan hukum yang 39 anggota parlemen, termasuk presiden regional Tigray, Debretsion Gebremichael.
Kepolisian juga menahan 242 aktivis TPLF yang diduga mendalangi serangan-serangan di Addis Ababa. Ribuan warga di Oromia, Somalia, dan Afar pun turun ke jalan berunjuk rasa menentang TPLF. (REUTERS/AFP/AP)