Filipina merupakan negara yang kerap dilanda topan badai. Saat ini topan ke-21, topan Vamco, menerjang Pulau Luzon dan melumpuhkan ibu kota Manila.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
MANILA, KAMIS — Topan ketiga yang melanda Filipina dalam beberapa minggu ini menyebabkan banjir besar di ibu kota Manila dan menewaskan sedikitnya dua orang di wilayah luar Manila, Kamis (12/11/2020). Warga yang tak sempat menyelamatkan diri terpaksa bertahan di atap rumah mereka.
Tiupan angin topan Vamco yang mencapai kecepatan 155 kilometer per jam menyapu pulau terbesar negeri itu, Pulau Luzon, semalaman. Otoritas kebencanaan Filipina memperingatkan terjadinya tanah longsor dan gelombang tinggi yang mematikan di sepanjang pesisir.
Hujan deras praktis melumpuhkan Manila, ibu kota Filipina berpenduduk sekitar 12 juta jiwa. Jalanan di kota pun berubah menjadi seperti sungai.
”Banyak daerah tenggelam. Banyak warga meminta tolong,” kata Rouel Santos (53), pensiunan petugas kebencanaan di Provinsi Rizal yang berbatasan dengan Manila.
Santos mengatakan, banjir yang disebabkan oleh topan Vamco mengingatkan kembali akan topan Ketsana, yang di Filipina dikenal dengan badai tropis Ondoy, yang mematikan dan menyebabkan ratusan orang meninggal pada tahun 2009.
Sebuah sumber dari Kantor Pertahanan Sipil Filipina menyebutkan, curah hujan yang dibawa Vamco sejauh ini ”hampir menyamai curah hujan” selama badai tropis Ondoy terjadi. Karena itu, banjir berpotensi semakin parah seiring air limpasan dari pegunungan masuk ke sungai yang sudah meluap.
Palang Merah Filipina, polisi, tentara, dan satuan penyelamat lainnya menggunakan perahu untuk mencapai warga yang terjebak di rumahnya di Marikina City, salah satu daerah yang terdampak paling parah di Manila. Di beberapa titik di Marikina City, ketinggian air mencapai bahu orang dewasa atau sekitar 1,5 meter.
Warga, yang bisa menyelamatkan diri, berjalan kaki membawa serta hewan peliharaannya, televisi, sepeda, dan barang berharga lainnya saat menembus genangan banjir.
”Apa yang terjadi saat ini mirip dengan yang kami alami ketika Ondoy terjadi,” kata Wali Kota Marikina City Marcelino Teodoro kepada CNN Filipina. ”Saat ini masih banyak warga yang terjebak di atap atau di lantai dua rumah mereka. Beberapa lokasi yang sebelumnya tidak pernah terkena banjir, seperti balai kota, sekarang terendam.”
Korban jiwa
Sementara itu, di Provinsi Camarines Norte, sedikitnya dua orang meninggal, empat lainnya hilang, dan delapan orang terluka. Wakil Operasi Pertahanan Sipil Casiano Monilla menyebutkan, permintaan bantuan atau pertolongan membeludak. Ia menambahkan, banyak warga tidak mengindahkan peringatan untuk evakuasi sebelum topan terjadi dengan alasan ”mumpung masih ada waktu”.
”Saya tidak menyangka akan seperti ini,” kata Rosalinda Opsima yang melarikan diri dari rumahnya bersama suaminya setelah terkejut genangan air naik dengan cepat.
Sekolah-sekolah yang ditutup sejak pandemi Covid-19 terjadi Maret lalu dijadikan lokasi pengungsian darurat bersama dengan gimnasium. Terdapat sekitar 180.000 warga yang berada di pengungsian.
Sementara itu, badan meteorologi memperingatkan adanya potensi bahaya gelombang badai di sepanjang pesisir, termasuk Manila, yang bisa menggenangi dataran rendah. Peringatan banjir juga dikeluarkan di sejumlah kota di bagian utara Manila saat otoritas membuka pintu air di beberapa bendungan yang terisi dengan cepat.
Mengarah ke Vietnam
Kepala Palang Merah Filipina Richard Gordon berharap ”bagian terburuk sudah berlalu” ketika Vamco bergerak ke Laut China Selatan sehingga warga bisa berangsur kembali ke rumah masing-masing. Kini, Vamco diprediksi mengarah ke Vietnam.
Kawasan Bicol menjadi daerah yang paling parah dihantam angin kencang dan hujan deras Vamco, Rabu kemarin, ketika mata angin topan itu mendekati Filipina. Sebelum Vamco ”mendarat” di Bicol, wilayah ini terguncang oleh topan Molave dan Goni yang menewaskan puluhan orang dan menghancurkan puluhan ribu rumah.
Aliran listrik dan jaringan telekomunikasi di banyak daerah di Bicol terputus setelah Goni, topan terhebat tahun ini, melanda. Tiang-tiang listrik bertumbangan, rumah-rumah hancur, dan jalanan tergenang banjir.
Presiden Rodrigo Duterte mengatakan, pemerintah ”mampu mengatasi situasi”. Filipina dilanda rata-rata 20 badai dan topan setiap tahun yang biasanya menghancurkan lahan pertanian, permukiman, dan infrastruktur lainnya di daerah miskin. Vamco merupakan topan ke-21 yang melanda Filipina tahun ini.
Fenomena ini juga dipengaruhi oleh perubahan iklim dan semakin banyaknya warga yang tinggal di pesisir pantai yang rentan terhadap pasang laut, badai, dan banjir besar. (AFP/REUTERS)