Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo berusaha meyakinkan bahwa Presiden Donald Trump akan memimpin negara adidaya itu selama dua periode. Beberapa pemimpin negara telah memberi selamat pada Joe Biden.
Oleh
Mahdi Muhammad
·5 menit baca
WASHINGTON, RABU – Sejumlah pemimpin dunia, termasuk sekutu Amerika Serikat seperti Inggris, Jerman dan Perancis telah memberi selamat atas kemenangan pasangan Joe Biden-Kamala Harris pada pemilihan umum di AS. Tapi, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo terus berupaya meyakinkan koleganya di luar negeri bahwa pertempuran menuju Gedung Putih belum usai.
Pompeo berupaya meyakinkan bahwa calon presiden petahana, Donald Trump, dan tim kampanyenya hasilnya akan mengarah pada masa pemerintahan Trump yang kedua. Pompeo setelah semua suara dihitung. Pompeo, seorang Republikan, dan pendukung setia Trump, menolak kemenangan pasangan Joe Biden-Kamala Harris.
“Akan ada transisi yang mulus ke masa pemerintahan Trump kedua. Kami akan menghitung semua suara,” kata Pompeo saat memberikan keterangan pada media, Selasa (10/11). Dia juga menepis anggapan bahwa klaim penipuan yang diutarakan Trump, tanpa bukti.
Pompeo mengatakan dunia sedang melihat dan mengawasi apa yang sedang terjadi di Amerika Serikat. Dalam pandangan Pompeo, sama seperti pandangan Trump dan tim kampanyenya, proses penghitungan suara belum selesai. “Setelah proses selesai, akan ada pemilih dan yang terpilih. Ada prosesnya. Konstitusi menjelaskannya dengan cukup jelas,” kata Pompeo.
Dia juga mengatakan, dunia harus meyakini transisi yang dilakukan berlangsung sukses dengan presiden menjabat pada 20 Januari 2021.
Pompeo sendiri akan berangkat pada Jumat pekan ini untuk melakukan serangkaian perjalanan diplomatik ke Eropa dan Timur Tengah, diantaranya Perancis, Turki, Israel dan Uni Emirat Arab. Pompeo akan menemui beberapa pemimpin negara yang telah memberikan ucapan selamat kepada Biden atas kemenangannya.
Saat ditanya wartawan mengenai dampak tudingan penipuan dalam proses penghitungan suara, seperti yang disampaikan Trump, terhadap posisi AS di dunia internasional, Pompeo menyatakan bahwa hal itu tidak akan berdampak. Menurutnya posisi AS di mata dunia internasional tetap baik.
“Saya adalah Menteri Luar Negeri. Saya menerita telepon dari seluruh dunia. Orang-orang ini mengawasi pemilihan kita. Mereka memahami bahwa kita memiliki proses hukum. Mereka mengerti bahwa ini membutuhkan waktu,” kata Pompeo.
Pompeo mencemooh pertanyaan dari seorang jurnalis soal penolakan Trump terhadap hasil pemilu akan menjadi bulan-bulanan pemberitaan media luar negeri terhadap diri Trump dan AS secara keseluruhan. Sementara pada saat yang sama, Deplu menyatakan keprihatinan tentang ketidakberesan pelaksanaan pemilu dari Belarus hingga Pantai Gading dan Tanzania.
"Itu konyol dan Anda tahu itu konyol, dan Anda menanyakannya karena itu konyol. Anda mengajukan pertanyaan yang konyol. Departemen ini sangat peduli untuk memastikan bahwa pemilu di seluruh dunia aman dan terjamin serta bebas dan adil, dan pejabat saya mempertaruhkan nyawa mereka untuk memastikan hal itu terjadi,” kata Pompeo.
Berbeda dengan Pompeo yang secara terang-terangan membela Trump, senator senior Partai Republik dan Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell memilih berhati-hati dalam mengeluarkan pernyataan. Meski mendukung Trump, dalam komentarnya McConnell menyerahkan keputusan soal litigasi atau tuntutan hukum kepada Trump dan tim kampanyenya. “Adalah 100 persen haknya untuk menyelidiki tuduhan penyimpangan,” kata McConnell tanpa menunjukkan bukti apapun.
Richard Boucher, seorang pensiunan diplomat dan pernah menjabat juru bicara Departemen Luar Negeri terlama mengatakan, komentar Pompeo tentang pemerintahan Trump yang kedua dapat dianggap sebagai lelucon. Tapi, pada sisi lain, berfungsi untuk melindunginya dari kritik Gedung Putih.
Eliot Engel dari Partai Demokrat, Ketua Komite Urusan Luar Negeri DPR, mengatakan Departemen Luar Negeri harus mulai mempersiapkan transisi Biden sekarang. "Menteri Luar Negeri Pompeo tidak boleh bermain-main dengan serangan tak berdasar dan berbahaya terhadap legitimasi pemilu pekan lalu," katanya.
Presiden terpilih dari Partai Demokrat, Joe Biden, memilih menanggapi pernyataan Pompeo dengan senyum. "Tidak ada bukti pernyataan apa pun yang dibuat oleh presiden atau Menlu Pompeo,” kata Biden.
Chuck Schumer, pejabat tinggi Demokrat di Senat, mengatakan Pompeo tidak mendasari pernyataannya dan dirinya dengan kenyataan yang ada.
"Menteri Luar Negeri Pompeo, Joe Biden menang. Dia memenangkan pemilihan. Kita mengalami krisis Covid yang berkecamuk. Kami tidak punya waktu untuk permainan semacam ini."," kata Schumer kepada wartawan.
AS Kembali sebagai Mitra
Biden dan Kamala Harris memilih fokus mulai mempersiapkan transisi pemerintahan, termasuk memulai membuka diri untuk berdiskusi dengan pemerintahan negara lain.
"Saya memberi tahu mereka bahwa Amerika kembali. Kami akan kembali dalam permainan. Ini bukan Amerika sendiri," kata Biden di Delaware, Pennsylvania.
Tim transisi mengatakan Biden berencana untuk bekerja dengan masyarakat Eropa dalam memerangi pandemi Covid-19 serta perubahan iklim - salah satu dari banyak area di mana Trump sangat berbeda pandangan dengan sekutunya itu.
Saat berbicara dengan Merkel, yang telah diserang oleh Trump atas penyambutannya terhadap para migran dan anggaran pertahanan Jerman yang moderat, Biden dalam sebuah pernyataan "memuji kepemimpinannya" dan menyerukan untuk "menghidupkan kembali hubungan trans-Atlantik."
Boris Johnson, Perdana Menteri Inggris yang memiliki hubungan hangat dengan Trump, berbicara selama 20 menit dengan Biden dan kemudian menulis di Twitter bahwa dia berharap untuk bekerja dengannya dalam "membangun kembali lebih baik dari pandemi”, menggunakan slogan kampanye Demokrat.
Semua sesama pemimpin negara demokrasi industri Kelompok Tujuh (G-7) telah memberi selamat kepada Biden, termasuk sekutu dekat Trump seperti PM Israel Benjamin Netanyahu dan putra mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, telah memberi ucapan selamat.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Selasa (10/11), menjadi pemimpin terbaru yang memberi selamat kepada Biden meskipun presiden terpilih bersumpah untuk meningkatkan tekanan pada Erdogan, yang dia gambarkan sebagai "otokrat."
Biden telah berbincang dengan pemimpin Irlandia Micheal Martin tentang perdamaian Irlandia Utara pada Selasa. Sehari sebelumnya Biden juga mengadakan pembicaraan dengan PM Kanada Justin Truedau dan berharap hubungan kedua negara menjadi lebih baik.
Rusia, Cina, Meksiko, dan Brasil adalah satu-satunya negara besar yang belum memberi selamat kepada Biden. (AP/AFP/Reuters)