Pemulihan Ekonomi Filipina Masih Rentan di Tengah Pandemi
Filipina memberlakukan salah satu penguncian wilayah terpanjang dan terketat di dunia sejak awal tahun ini karena terpukul pandemi Covid-19. Langkah itu membawa ekonominya jatuh ke dalam resesi pertama dalam 30 tahun.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
MANILA, SELASA — Perekonomian Filipina pada triwulan III-2020 mengalami kontraksi lebih dalam dari yang diproyeksikan sebelumnya meski terlihat mereda dibandingkan dengan kondisi pertumbuhan triwulan sebelumnya. Ini penanda bahwa upaya pemulihan ekonomi negara itu belum stabil dan masih rentan di tengah upaya mengatasi pandemi Covid-19.
Produk domestik bruto (PDB) Filipina, Selasa (10/11/2020), dilaporkan tumbuh negatif sekitar 11,5 persen dalam periode tiga bulan antara Juli dan September jika dilihat dari periode sama tahun sebelumnya. Perkiraan median dalam survei Bloomberg terhadap 20 ekonom atas PDB Filipina pada periode itu adalah penurunan 9,6 persen. Ekonomi Filipina lebih baik dibandingkan dengan periode April-Juni tahun ini.
Pada triwulan II-2020 itu PDB Filipina anjlok 16,9 persen, berkaitan langsung dengan penutupan wilayah sebagai respons atas pandemi Covid-19. Meskipun demikian, tingkat pertumbuhan ekonomi Filipina secara kuartalan itu masih di bawah proyeksi para ekonom.
Secara kuartalan, ekonomi negara itu tumbuh positif 8 persen, tetapi masih di bawah proyeksi tujuh ekonom yang disurvei Bloomberg, yakni tumbuh positif 8,9 persen. Pertumbuhan itu juga di bawah proyeksi ekonom yang disurvei Reuters, dengan proyeksi tumbuh positif 9,8 persen.
Pemerintah Filipina menyatakan optimismenya dengan ekonomi negara itu. Disebutkan, puncak masa krisis tekanan ekonomi di negara itu sudah berakhir. Optimisme atas ekonomi Filipina tumbuh seiring langkah pembukaan wilayah secara bertahap sehingga kegiatan ekonomi dapat berjalan kembali pasca-penutupan wilayah.
Pejabat Menteri Perencanaan Ekonomi Filipina Karl Chua menyatakan keyakinannya ekonomi Filipina akan jauh membaik pada 2021. ”Tim ekonomi optimistis bahwa yang terburuk telah berakhir di negara ini,” kata Chua.
Ia menambahkan, para pejabat akan menilai kembali proyeksi ekonomi mereka berdasarkan data terbaru itu. ”Jalannya lebih jelas menuju pemulihan yang lebih kuat di tahun 2021,” ujar Chua.
Filipina memberlakukan salah satu penguncian atau penutupan wilayah terpanjang dan terketat di dunia pada awal tahun ini guna menekan penularan Covid-19. Langkah ini membawa ekonomi negara itu jatuh ke dalam resesi pertamanya dalam hampir 30 tahun pada periode April-Juni.
Filipina memiliki jumlah kasus terkonfirmasi dan kematian Covid-19 tertinggi kedua di kawasan Asia Tenggara setelah Indonesia. Data Pemerintah Filipina per Selasa menunjukkan jumlah kasus Covid-19 sebanyak 398.449 dengan kasus kematian sebanyak 7.647.
Langkah penutupan wilayah guna mencegah persebaran Covid-19 membawa ekonomi Filipina jatuh ke dalam resesi pertamanya dalam hampir 30 tahun pada periode April-Juni.
Peningkatan aktivitas ekonomi, bersama dengan inflasi yang moderat, diproyeksikan mengurangi tekanan pada bank sentral untuk memberikan dukungan moneter lebih lanjut. Bank sentral Filipina telah memangkas suku bunga acuan total 175 basis poin tahun ini. Pemerintah juga meluncurkan bantuan darurat senilai 165,5 miliar peso (3,4 miliar dollar AS) untuk meningkatkan layanan kesehatan dan membantu para pelaku ekonomi.
Meskipun demikian, sejumlah pihak melihat ekonomi Filipina masih mungkin untuk mengalami kontraksi setahun penuh pada 2020. Hal itu seiring dengan upaya pemerintah dalam menangani pandemi. Tantangan dari luar masih juga terlihat sebagai bagian dari efek gelombang kedua Covid-19 di Eropa dan Amerika Serikat yang masih mengancam pemulihan ekonomi global.
Bank Dunia memperkirakan Filipina, salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia dalam beberapa tahun terakhir, akan menyusut ekonominya hingga 6,9 persen pada 2020. Jika proyeksi itu benar, hal tersebut akan menjadi penurunan terbesar atas ekonomi negara itu sejak 1980-an. Pemerintah Filipina memperkirakan kontraksi ekonomi sepanjang tahun ini ada pada kisaran 4,5-6,6 persen.
Sentimen konsumen dan bisnis di Filipina terlihat tetap lemah setelah karantina yang lebih ketat diberlakukan kembali di Manila selama dua pekan pada Agustus. Pengangguran meningkat di wilayah ibu kota. Padahal, ekonomi Manila yang menyumbang sekitar sepertiga dari ekonomi Filipina, bahkan saat tingkat pengangguran nasional menurun pada Juli dari rekor tertinggi pada April.
”Sementara pertumbuhan menuju ke arah yang benar, dibutuhkan beberapa saat sampai produksi pra-pandemi tercapai,” kata Eugenia Victorino, kepala strategi Asia di Skandinaviska Enskilda Banken AB yang berbasis di Singapura, sebagaimana dikutip Bloomberg.
”Risikonya adalah semakin lama waktu pemulihan, semakin permanen kehancuran pendapatan. Ini akan membatasi momentum pertumbuhan ke depan.”
Ekonom Bloomberg, Justim Jimenez, menyatakan bahwa kemerosotan PDB Filipina sebesar dua digit berturut-turut menggarisbawahi tantangan untuk menghidupkan kembali ekonomi negara itu di tengah kondisi pandemi. (AFP/REUTERS)