Presiden AS Donald Trump memecat Menteri Pertahanan Mark Esper. Sejumlah pejabat lembaga intelijen dan keamanan AS juga diyakini akan diberhentikan pasca-kekalahan Trump pada Pemilu Amerika 2020, 3 November.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
WASHINGTON, SELASA — Kegagalan Presiden Amerika Serikat Donald Trump memperpanjang masa jabatannya selama empat tahun ke depan berbuntut panjang. Hanya memiliki 10 pekan lagi sebelum pasangan Joe Biden-Kamala Harris mengambil alih Gedung Putih, Trump memilih membersihkan kabinetnya dari orang-orang yang dinilai berseberangan dengannya.
Korban pertama ”pembersihan” yang dilakukan Trump adalah Menteri Pertahanan Mark Esper.
”Mark Esper telah diberhentikan. Saya ingin berterima kasih atas jasanya,” cuit Trump melalui akun Twitter-nya, Senin (9/11/2020). Trump menunjuk Christopher C Miller, Direktur Pusat Penanggulangan Terorisme Nasional AS, sebagai pengganti Esper.
Beberapa laporan juga menyebutkan Trump tengah mempertimbangkan pemecatan beberapa pejabat keamanan lain, termasuk memecat Direktur Biro Investigasi Federal (FBI) Chris Wray dan Direktur CIA Gina Haspel. Beberapa sumber yang mengetahui persoalan tersebut mengatakan, Trump marah karena dua lembaga intelijen itu dinilai tidak memberikan dukungan yang memadai agar dia terpilih kembali.
Politisi senior dan mantan pejabat pemerintahan bereaksi terhadap pemecatan Esper. Mereka mengingatkan Trump dan pemerintah agar tidak membuat kebijakan yang membawa ketidakstabilan di negara tersebut jelang peralihan kekuasaan.
Senator Mark Warner, senator senior Partai Demokrat di Komite Intelijen, menyatakan bahwa dirinya sangat terganggu dengan pemecatan Esper.
Warner mengatakan, Trump tidak boleh membuat keputusan ataupun kebijakan yang membuat kondisi dalam negeri tidak stabil, terutama mencopot pimpinan lembaga intelijen dan keamanan yang dipilih melalui pemberitahuan kepada Senat selama masa jabatannya.
Peringatan serupa datang dari mantan Komandan Tertinggi NATO, yang juga petinggi Angkatan Laut AS, Laksamana James Stavridis. ”Jika Trump bergerak untuk memecat pimpinan CIA dan FBI, baik profesional maupun patriot sejati, kita akan berada di wilayah yang belum dipetakan selama 90 hari ke depan,” cuit Stavridis di akun Twitter-nya.
Jembatan bagi Trump
Esper adalah menteri pertahanan keempat Trump dalam empat tahun terakhir. Dia juga merupakan teman sekelas Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo ketika berada di West Point, akademi militer AS. Sebelum bergabung di pemerintahan, Esper berkarier di industri pertahanan dan kemudian bergabung di Pentagon pada 2017 sebagai sekretaris militer. Pemecatannya diyakini menambah kekacauan hubungan Pentagon dan presiden.
Esper dilantik sebagai Menhan pada Juli 2019 dan pada awal kepemimpinannya dia mencoba melakukan reformasi mendasar pada birokrasi Pentagon. Dia juga berusaha membentuk kembali postur pertahanan global AS dengan fokus pada China.
Meski bertentangan dalam beberapa isu, Esper mengakomodasi beberapa keinginan Trump, meluncurkan Komando Luar Angkasa ketika Kongres tidak mau mendanainya. Dia juga memindahkan dana miliaran dollar AS untuk program persenjataan dan pemeliharaan pangkalan militer untuk membangun tembok di sepanjang perbatasan AS-Meksiko guna memblokade imigran ilegal.
Esper juga mengurangi secara drastis jumlah pasukan AS di Suriah untuk memenuhi janji kampanye Trump pada pemilu 2016.
Menurut beberapa sumber, hubungan Esper dan Trump memburuk ketika mantan pengusaha real estate itu memerintahkan penggunaan kekuatan militer aktif untuk memadamkan demonstrasi Black Lives Matter beberapa bulan lalu. Aksi itu sendiri dipicu tindakan brutal petugas kepolisian di Minneapolis, Minnesota, yang mengakibatkan kematian seorang warga kulit hitam George Floyd. Tindakan brutal polisi itu memicu kemarahan warga AS yang menghendaki dihentikannya tindakan represif dan brutal polisi terhadap warga kulit hitam.
Esper dan Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark Milley tidak sepakat dengan rencana Trump menurunkan militer reguler untuk memadamkan demonstrasi. Ketidaksepakatan itu membuat Trump mengambil kebijakan sendiri, tanpa pertimbangan Esper, ketika dia memutuskan mengurangi jumah pasukan AS di Jerman. Trump juga mendesak penarikan pasukan AS dari Afghanistan lebih cepat dari rencana semula.
Meski mulai melakukan penarikan mundur sejumlah anggotanya dari Afghanistan, Esper membuat kebijakan untuk tetap menempatkan sekitar 4.500 militer AS di negara itu sampai Taliban mengurangi kekerasan bersenjata di negara itu.
Dalam wawancara dengan Military Times pekan lalu, Esper mengatakan bahwa dia telah membela Pentagon sebagai sebuah institusi. Pada saat yang sama dia juga menjaga integritas pribadinya.
Trump menunjuk Christopher Miller, Kepala Pusat Penanggulangan Terorisme Nasional, sebagai penjabat sekretaris pertahanan.
Miller merupakan pensiunan tentara. Selama 31 aktif di militer, dia pernah ditempatkan di Afghanistan dan Irak dengan pasukan khusus. Dia juga merupakan penasihat Gedung Putih untuk kontraterorisme serta menjabat sebagai wakil asisten menteri pertahanan untuk operasi khusus dari Januari hingga Agustus 2020.
Terlepas dari resumenya yang kuat, Demokrat khawatir dia lebih merupakan sekutu politik Trump daripada seorang teknokrat. ”Miller harus ingat bahwa siapa pun yang melakukan perintah ilegal dari Donald Trump akan dimintai pertanggungjawaban penuh di bawah hukum,” kata Senator Ron Wayden. (AFP/Reuters)