Kemenangan Biden Beri Angin Segar bagi Para Pelaku Pasar Global
Sosok presiden terpilih AS Joe Biden yang bertolak belakang dengan Donald Trump diharapkan membawa angin segar bagi perjanjian dagang dan ekonomi global. Pebisnis berharap kondisi akan lebih stabil dan lebih terprediksi.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
LONDON, SELASA — Saham global menguat seiring dengan kenaikan minyak dan mata uang berimbal hasil tinggi, Senin (9/11/2020), setelah Joe Biden dinyatakan sebagai pemenang pada Pemilu 2020 AS, akhir pekan lalu. Sosok Biden, yang bertolak belakang dengan Presiden Donald Trump, diharapkan membawa angin segar bagi perjanjian dagang dan ekonomi global. Dinamika politik domestik AS berupa stimulus baru serta penanganan pandemi Covid-19 menjadi tantangan kebijakan-kebijakannya.
Indeks ekuitas dunia MSCI naik 0,5 persen ke rekor tertinggi pada jam-jam awal perdagangan saham Eropa. Indeks yang melacak pasar saham di 49 negara itu membukukan kenaikan mingguan terbesar dalam hampir tujuh bulan pada penutupan perdagangan, pekan lalu. Indeks MSCI dari pasar saham di Asia Pasifik di luar Jepang melonjak 1,3 persen setelah mencapai level tertinggi sejak Januari 2018.
Adapun Indeks STOXX 600 naik 1,5 persen ke level tertinggi satu bulan pada awal-awal perdagangan. Saat tulisan ini disusun, futures Indeks S&P500 melonjak lebih dari 1,4 persen. Futures Indeks NASDAQ melesat lebih dari 2 persen, menegaskan awal positif bursa saham Wall Street di AS.
”Mengapa ada hiruk-pikuk kegembiraan? Ada harapan akan berkurangnya tensi diplomatik dan perdagangan, posisi dollar AS yang lebih rendah membantu penyeimbangan kembali kondisi secara global,” kata Chris Bailey, ahli strategi Eropa di lembaga Raymond James yang berbasis di London dalam sebuah catatan. ”Banyak harapan, namun masih ada lebih dari dua bulan sampai hari pelantikan!”
Para pengamat mengatakan, fokus pemerintahan Biden seusai dilantik adalah pada pendekatan ekonomi dan kebijakan luar negeri AS. Optimisme meningkat pada kepemimpinan AS mendatang, negara yang sejauh ini masih menjadi kekuatan ekonomi terbesar di dunia, dibandingkan dengan masa kepemimpinan Donald Trump empat tahun terakhir yang penuh kejutan dan relatif susah diprediksi.
”Biden dianggap di Asia sebagai adanya kemungkinan untuk terlibat kembali dalam perdagangan internasional, sesuatu yang positif untuk Asia,” kata Jeffrey Halley dari lembaga OANDA. ”Mungkin juga ada beberapa pengurangan ketegangan geopolitik di kawasan itu, meskipun saya curiga kondisi seperti itu akan menjadi sebuah kenormalan baru dalam hubungan China dan AS.”
Tetap diingatkan juga tentang kondisi dan dinamika politik anggaran di AS. Investor memproyeksikan Partai Republik untuk tetap mempertahankan kendali atas Senat. Kondisi itu bakal mempersulit pemerintahan Biden mendorong perubahan kebijakan-kebijakan utama di negara itu, dari kenaikan pajak yang direncanakan hingga paket stimulus fiskal yang besar.
Kondisi tersebut dapat menjadi prospek pendapatan yang lebih baik bagi perusahaan-perusahaan di AS. Namun, hal itu juga berarti bank sentral AS, The Federal Reserve, mungkin harus turun tangan untuk lebih melonggarkan kondisi moneter dan mendukung ekonomi di negara yang tengah dilanda pandemi.
”Mungkin akan lebih banyak dukungan fiskal akan hadir,” kata ahli strategi Invesco, Brian Levitt. ”Meskipun ini mungkin bukan paket fiskal yang terlalu besar, seperti yang dibayangkan oleh Demokrat, hal itu kemungkinan akan cukup besar untuk memberikan dorongan tambahan untuk pemulihan ekonomi.”
Sejumlah analis menilai, data ketenagakerjaan AS yang lebih baik dari perkiraan pada pekan lalu dapat mempersulit langkah untuk mendorong stimulus yang lebih besar melalui Kongres. Partai Republik sudah memberi sinyal bahwa mereka lebih suka meloloskan paket-paket kebijakan yang lebih bertarget.
Jumlah lapangan kerja di AS bertambah 638.000 pada bulan lalu, lebih tinggi dari perkiraan para analis. Tingkat pengangguran di AS turun 1 persen.
Kenaikan di China
Di tengah dinamika perang dagang antara AS-China, terpilihnya Biden juga menimbulkan aneka pandangan hingga spekulasi. Indeks saham-saham unggulan China awal pekan ini ditutup naik ke level tertinggi dalam kurun waktu lebih dari lima tahun.
Hal itu dinilai sebagai cerminan bahwa kemenangan Biden dalam Pilpres AS meningkatkan harapan pencairan hubungan perdagangan China-AS yang membeku. Indeks CSI300 naik 2,0 persen menjadi 4.981,35. Hal itu merupakan level tertinggi sejak 17 Juni 2015, saat Indes Komposit Shanghai naik 1,9 persen ke level 3.373,73. Saham perusahaan rintisan ChiNext dan STAR50 masing-masing ditutup melesat 3 persen.
Kemenangan Biden baik untuk pasar saham di China karena menghapus ketidakpastian, kata Li Huiyong, Wakil Manajer Umum Hwabao WP Fund Management Co. Para pelaku industri teknologi China, salah satu target utama Trump dalam perselisihan Washington dengan Beijing, berharap Biden dapat menciptakan hubungan yang lebih konstruktif. Namun, diingatkan bahwa persaingan akan berkurang karenanya, dan hal itu dapat juga diartikan sebagai hal yang negatif.
Dalam jangka panjang, strategi AS untuk menyatukan negara-negara Barat lainnya untuk menahan ekspansi strategis global China tampaknya tidak akan banyak berubah. Hal itu dikatakan Niu Chunbao, pimpinan pada lembaga Wanji Asset, perusahaan sekuritas swasta yang berbasis di Shanghai.
Media Pemerintah China pada Senin memberikan nada optimistis tentang kemenangan Biden. Dikatakan bahwa hubungan kedua negara dapat dipulihkan ke keadaan yang lebih dapat diprediksi. Hal itu akan dimulai sekaligus diuji di bidang perdagangan. (AFP/REUTERS)