Calon Vaksin dari Pfizer Menjanjikan, Tetapi Banyak Pertanyaan Perlu Dijawab
Hasil awal uji klinis fase III calon vaksin Covid-19, yang dikembangkan Pfizer/ BioNTech, sangat menjanjikan. Tetapi, masih ada banyak pertanyaan yang perlu dijawab melalui riset lebih lanjut.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
NEW YORK, SELASA – Calon vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Pfizer Inc menunjukkan efektivitas di atas 90 persen berdasarkan hasil uji klinis fase III. Hal ini menjadi terobosan menggembirakan bagi dunia yang masih dalam cengkeraman pandemi Covid-19.
Meski begitu, ada sejumlah pertanyaan yang masih harus dijawab, yaitu efektivitas vaksin ini terhadap populasi dari etnis yang berbeda, populasi berdasarkan kelompok umur yang berbeda, dan berapa lama antibodi yang terbentuk berada di dalam tubuh.
Jesse Goodman dari Georgetown University sekaligus mantan Kepala Divisi Vaksin pada Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS menyebut, hasil sementara ini “sangat menjanjikan”. Tetapi, banyak hal yang belum diketahui lebih jauh, salah satunya, berapa lama antibodi yang terbentuk bertahan dalam tubuh dan juga apakah vaksin ini memberikan perlindungan yang efektif pada lansia, seperti halnya pada orang yang lebih muda.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut hasil ini sangat positif. Namun, WHO juga memperingatkan bahwa masih ada ketimpangan pendanaan sebesar 4,5 miliar dollar AS yang bisa memperlambat pengembangan alat tes, obat, dan vaksin di negara dengan ekonomi menengah ke bawah.
Selain itu, ada tantangan lain yang bakal terasa oleh negara-negara berkembang, yaitu vaksin Pfizer harus didistribusikan dan disimpan pada suhu dingin yang ekstrem sehingga membutuhkan infrastruktur ketersediaan rantai dingin yang akan menjamin kualitas vaksin. Bahkan, banyak rumah sakit di AS sekalipun tidak memiliki fasilitas ini sehingga kapan dan ke mana vaksin ini akan didistribusikan di wilayah AS akan terpengaruh.
Hal tersebut menggariswahi masih adanya kebutuhan pengembangan vaksin yang lebih tradisional seperti yang dikembangkan oleh Johnson & Johnson saat ini.
Para ilmuwan, pejabat kesehatan, dan investor menyambut baik hasil sementara uji klinis fase III yang melibatkan puluhan ribu partisipan tersebut. Mereka berharap vaksin ini nantinya bisa dipakai secara luas untuk mengendalikan pandemi.
Pfizer bersama mitranya dari Jerman, BioNTech SE, menyatakan bahwa sejauh ini mereka tidak menemukan efek samping yang serius dari uji klinis yang dilakukan. Oleh karenanya, mereka berharap calon vaksin tersebut bisa segera digunakan melalui mekanisme penggunaan darurat sebelum kemudian izin edar diharapkan bisa keluar pada Desember 2020.
Izin edar
Apabila izin edar telah keluar, Pfizer/BioNTech memperkirakan bisa memproduksi hingga 50 juta dosis tahun ini yang akan cukup untuk melindungi 25 juta orang. Tahun 2021 mereka memprediksi akan mampu memproduksi hingga 1,3 miliar dosis.
Pfizer berencana mengajukan izin edar calon vaksin Covid-19 ini untuk digunakan pada penduduk kelompok umur 16-85 tahun. Sebagai salah satu syarat pengajuan izin edar, diperlukan data pemantauan keamanan calon vaksin selama dua bulan untuk memastikan tidak ada efek samping yang muncul. Akhir dari dua bulan masa pemantauan ini akan jatuh pada minggu ketiga November 2020.
Menteri Kesehatan dan Layanan Masyarakat AS Alex Azar menyebutkan, diperlukan waktu beberapa minggu bagi regulator untuk menerima dan memproses data lengkap hasil riset sebelum memberikan persetujuan.
"Hari ini adalah hari luar biasa bagi sains dan kemanusiaan," kata pemimpin eksekutif Pfizer, Albert Bourla. Data menggembirakan ini muncul di tengah "laju infeksi yang melonjak, kapasitas rumah sakit yang nyaris penuh, dan ekonomi berjuang untuk berputar kembali."
Para pakar menyebut hasil awal ini menggembirakan dan ingin melihat hasil utuh riset vaksin tersebut. "Berita ini membuat saya tersenyum lebar. Melegakan mengetahui hasil positif pengembangan vaksin seperti ini," kata Peter Horby, Profesor Penyakit Infeksi Baru dari University of Oxford.
"Yang jelas adalah, vaksin dengan efektivitas lebih dari 90 persen ini luar biasa. Tidak banyak orang yang memperkirakan hasilnya setinggi ini,” ujar pakar penyakit menular terkemuka AS, Anthony Fauci.
Pakar penyakit menular dari Vanderbilt University School of Medicine di Nashville, Tennessee, menyebut hasil riset Pfizer lebih baik dari yang diperkirakan sebelumnya. “Risetnya belum selesai, tetapi sejauh ini datanya solid.”
Profesor Onkologi Molekular di University of Warwick, Inggris, Lawrence Young, menyebut bahwa data riset mungkin memperlihatkan vaksin tersebut mencegah orang sakit, tetapi tidak mencegah orang terinfeksi.
Indeks saham naik
Kabar menggembirakan dari vaksin Pfizer ini mengembuskan optimisme pasar dan mengerek sejumlah indeks saham, seperti S&P 500 dan Dow Jones yang mencetak rekor. Saham Walt Disney naik 12 persen dan operator jaringan film AMC Entertainment Holdings juga naik 51 persen. Sementraa saham yang melonjak selama karantina wilayah seperti Netflix Inc dan Zoom Video tumbang.
Saham Pfizer sendiri naik lebih dari delapan persen dan menjadi kenaikan tertinggi sejak Juli tahun lalu. Saham BioNTech juga menembus rekor tertingginya.
Analis dari Mizuho Securities, Vamil Divan, memprediksi vaksin bisa mengerek penjualan sebesar 8,5 miliar dollar AS bagi Pfizer dalam periode 2020-2021.
Sementara saham raksasa farmasi lain yang juga mengembangkan calon vaksin Covid-19, seperti Johnson & Johnson, naik hampir empat persen, sedangkan Moderna Inc naik lebih dari delapan persen, tetapi AstraZeneca anjlok dua persen.
Moderna kini sedang menantikan hasil dari uji klinis tahap III-nya yang kemungkinan tersedia pada akhir bulan November 2020. “Sepertinya kita akan memiliki lebih dari satu vaksin yang efektif,” ujar Fauci. (REUTERS/AP)