Vietnam Tidak Tergesa-gesa Memburu Vaksin Covid-19
Di tengah perlombaan mengamankan kebutuhan vaksin Covid-19 Vietnam justru tetap menjalankan strategi tes, pelacakan kasus, dan karantina yang ketat untuk mengendalikan pandemi Covid-19.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
HANOI, JUMAT — Vietnam tetap berpegang teguh pada strategi pengedalian Covid-19 dengan tes massal, pelacakan kasus, karantina, juga penutupan perbatasan sejak dini daripada buru-buru mengamankan kebutuhan calon vaksin Covid-19 yang bisa berisiko dari sisi keuangan.
Hal itu disampaikan Ketua Gugus Tugas Penanggulangan Pandemi Covid-19 sekaligus Wakil Perdana Menteri Vietnam Vu Duc Dam dalam rapat kabinet, Jumat (6/11/2020).
”Vaksin adalah cerita masa depan,” kata Vu Duc Dam. ”Permintaannya lebih tinggi dari persediaan dan kita harus membayar deposit yang besar untuk mengamankan kebutuhan kita, yang saya nilai sangat berisiko dan membuang-buang waktu dan uang.”
”Kita akan melanjutkan melawan Covid-19 dengan cara kita selama ini,” tegas Vu Duc Dam.
Selama berbulan-bulan menjalankan tes massal, karantina terpusat yang dikomandani militer, dan penutupan perbatasan sejak awal, Vietnam telah berhasil mengendalikan Covid-19 dengan hanya total 1.210 kasus dilaporkan. Sampai sekarang sudah lebih dari dua bulan negara Asia Tenggara ini tidak melaporkan adanya penularan lokal.
Jumlah kasus meninggal akibat Covid-19 pun sangat kecil dibandingkan dengan negara tetangganya di kawasan, yaitu 35 kasus. Respons cepat dan tegas Vietnam dalam mengendalikan pandemi ini mendapat apresiasi dunia.
Untuk mencegah terjadinya penyebaran Covid-19, otoritas Vietnam telah secara resmi membatalkan balapan Formula Satu (F1) yang sedianya digelar April 2021 di Hanoi sebagai balapan putaran ketiga musim ini. Semua tiket yang sudah terjual akan dikembalikan.
”Ini keputusan yang sangat sulit, tetapi perlu dilakukan di tengah ketidakpastian pandemi global,” kata Grand Prix Corp Vietnam dalam pernyataannya.
Agustus lalu, ketika Vietnam berjuang melawan lonjakan infeksi setelah lebih dari tiga bulan tidak ada kasus lokal baru, Hanoi mengatakan telah mengamankan 50-150 juta dosis calon vaksin Covid-19 dari Rusia. Vietnam juga membeli dari Inggris dan bekerja sama dengan University of Bristol dalam pengembangan vaksin Covid-19.
”Kita harus siap menghadapi kenyataan bahwa pandemi ini tidak akan berakhir sampai 2021,” kata Dam. ”Vaksin yang kita kembangkan akan baru diuji klinis bulan ini, tetapi belum akan tersedia sampai akhir 2021.”
Kejatuhan ekonomi akibat pandemi telah berdampak pada sekitar 31 juta pekerja di Vietnam yang 900.000 di antaranya kehilangan pekerjaan dan hampir 18 juta orang mengalami penurunan penghasilan.
Menurut Kantor Statistik Vietnam, apabila jalan keluar untuk menggerakkan kembali ekonomi tidak segera diambil, diperkirakan akan ada lima juta pekerja lagi yang menganggur pada akhir tahun 2020.
Sektor jasa menjadi sektor yang paling terdampak pandemi di Vietnam. Sebanyak 72 persen tenaga kerja di sektor ini telah terdampak. Setelah sektor jasa, tenaga kerja di sektor industri dan pertanian menjadi sektor yang paling terdampak pandemi.
”Pekerja mengalami PHK atau jam kerjanya dikurangi. Jumlah tenaga kerja yang terdampak akan terus meningkat pada kuarter berikutnya,” kata kantor statistik Vietnam.
Vietnam telah mengalokasikan hampir 18 triliun dong atau sekitar 776,7 juta dollar AS untuk mengendalikan pandemi dan dampaknya. Intervensi kesehatan masyarakat dan sosial dalam mengendalikan pandemi telah membuat perekonomian Vietnam pulih lebih cepat dari kebanyakan negara.
Pada September lalu pemerintah menargetkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tahun ini sebesar 2-2,5 persen dan 6,7 persen tahun 2021. (REUTERS)