Pasar Keuangan Antisipasi Perkembangan Pasca-Pilpres AS
Polemik gugatan hukum yang membayangi hasil Pemilihan Presiden AS menimbulkan ketidakpastian. Langkah kebijakan ekonomi dan penanggulangan Covid-19 juga diamati para pelaku pasar.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
BEIJING, JUMAT – Investor dan pelaku pasar keuangan global mengantisipasi perkembangan kondisi pasca-pemilihan umum di Amerika Serikat. Polemik gugatan hukum yang membayangi hasil pemilihan presiden dinilai dapat mengakibatkan kondisi ketidakpastian. Kebijakan-kebijakan internal AS yang terkait dengan rencana pemulihan ekonomi jangka pendek dan penanganan kondisi pandemi Covid-19 dinantikan.
Pasar saham Asia mayoritas ditutup naik pada Jumat (6/11/2020), diikuti dengan kenaikan pada awal perdagangan bursa-bursa saham Eropa. Penguatan itu seiring dengan bursa saham Wall Street yang ditutup menguat pada akhir perdagangan Kamis (5/11). Indeks Nikkei 225 di Tokyo naik 0,9 persen, Indeks Hang Seng di Hong Kong naik 0,1 persen, pada saat Indeks Shanghai Composite ditutup turun 0,2 persen.
Di Eropa Indeks FTSE 100 di London naik 0,4 persen di awal perdagangan, Indeks DAX di Frankfurt naik 0,2 persen dan Indeks CAC 40 Perancis menanjak 0,3 persen. Di Wall Street, indeks acuan S&P 500 ditutup 1,9 persen lebih tinggi, bergerak menuju kenaikan mingguan terbesar sejak April tahun ini. Adapun Indeks Dow Jones naik 1,9 persen dan Indeks NASDAQ melesat 2,6 persen. Indeks Future S&P 500 dan NASDAQ melemah pada Jumat WIB. Adapun nilai tukar dollar AS bertahan di dekat level terendah dua tahun.
Hingga warta ini ditulis, calon presiden AS dari Demokrat, Joe Biden, memimpin dalam penghitungan suara. Namun, Presiden Donald Trump dan para pendukungnya mempertanyakan keabsahan perolehan jumlah suara tersebut. Proses penghitungan suara masih berlanjut dan Trump dilaporkan menggugat hasil penghitungan di sejumlah negara bagian. ”Pasar masih bertaruh pada hasil pemilihan yang jelas,” demikian kutipan analisis tim ekonomi Mizuho Bank dalam sebuah laporan.
Para analis memperingatkan bahwa kemungkinan gugatan yang panjang sehingga belum ada pemenang definitif pada Pilpres AS dapat meningkatkan ketidakpastian. Ketidakpastian adalah hal yang umumnya tidak disukai pasar sehingga dapat menyeret turun harga-harga saham. Kebijakan ekonomi AS dan kelindannya dengan risiko akibat kondisi pandemi Covid-19 pun tak luput jadi perhatian para pelaku pasar.
Para analis memperingatkan bahwa kemungkinan gugatan yang panjang sehingga belum ada pemenang definitif pada Pilpres AS dapat meningkatkan ketidakpastian. Ketidakpastian adalah hal yang umumnya tidak disukai pasar sehingga dapat menyeret turun harga-harga saham.
Pada Kamis di Washington, bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) mengatakan suku bunga utamanya akan dibiarkan pada rekor terendah mendekati nol. Itu menegaskan kembali kesiapannya untuk berbuat lebih banyak guna mendukung ekonomi di bawah ancaman pandemi Covid-19 yang memburuk. Jumlah kasus Covid-19 di negara itu menembus rekor, yakni 100.000 kasus, secara harian pada tengah pekan ini.
Terkait kebijakan ekonomi, Trump telah berkomitmen menjaga pajak tetap rendah, sesuatu yang menyenangkan bagi kalangan bisnis. Dia senang melihat pasar saham naik dan ekonomi tumbuh. Jika menang, dia akan terus berusaha menghapus birokrasi dan suku bunga rendah. Selain menderegulasi sektor energi dan perawatan kesehatan, Trump telah memberlakukan perombakan pajak terbesar dalam 33 tahun.
Undang-Undang Pemotongan dan Pekerjaan Pajak (TCJA) 2017 menurunkan tarif pajak perusahaan dan mengurangi tarif pajak pribadi untuk sebagian besar kelompok pendapatan. Sejak RUU itu disahkan, pertumbuhan produk domestik bruto terus berlanjut pada tingkat yang sama dengan triwulan sebelumnya meskipun defisit fiskal telah melebar. Namun, gambaran itu menjadi suram setelah dunia terhantam pandemi Covid-19. Biden dengan jelas dalam kampanyenya ingin mencabut TCJA dan menaikkan pajak. Langkah kebijakannya terkait pandemi pun akan ditunggu.
Indeks MSCI untuk saham pasar berkembang telah naik 6 persen sepanjang pekan ini. Mata uang peso Meksiko telah naik 2 persen pada pekan ini. Peso Meksiko dinilai sensitif terhadap dorongan Trump untuk mempertahankan lapangan kerja di AS dan memberlakukan lebih banyak tarif pada perdagangan. Adapun nilai tukar yuan China telah melihat kinerja terbaiknya dalam sebulan dengan catatan penguatan lebih dari 1 persen.
”Lonjakan besar dalam ekuitas pekan ini menciptakan kesempatan bagi investor untuk menilai kembali dan menyeimbangkan kembali portofolio mereka dalam persiapan untuk Presiden Biden dan Kongres AS yang terbelah,” kata Mark Haefele, kepala investasi di UBS Global Wealth Management. Prospek Kongres yang terpecah juga telah memperkuat ekspektasi bahwa beban stimulus ekonomi selama beberapa bulan mendatang akan tetap ada. The Fed dan bank sentral lainnya diproyeksikan menyalurkan lebih banyak uang tunai ke dalam sistem keuangan. (AFP/REUTERS)