AS Siap Jual 18 Unit Pesawat Nirawak Senilai Rp 41,2 Triliun kepada UEA
Normalisasi UEA dengan Israel membuka pintu bagi UEA untuk berbelanja senjata AS. UEA sudah lama ingin membeli jet-jet tempur AS. Negara Arab Teluk itu beralasan butuh memodernisasi 140 jet Mirage 2000 dan F-16.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
WASHINGTON, JUMAT — Departemen Luar Negeri Amerika Serikat telah menyampaikan rencana penjualan 18 pesawat tempur nirawak MQ-9B kepada Uni Emirat Arab. Rencana itu menyusul keinginan Washington menjual pesawat tempur F-35 kepada Abu Dhabi.
Washington akan mendapat 2,9 miliar dollar AS atau sekitar Rp 41,2 triliun dari penjualan belasan pesawat nirawak itu. Dalam laporan pada Jumat (6/11/2020), kantor berita Reuters menyebut Deplu AS menyampaikan rencana penjualan 15 pesawat nirawak itu dengan kemungkinan 3 unit sejenis.
Penyampaian kepada Kongres tentang rencana penjualan pesawat nirawak ke UEA masih dilakukan secara informal. Belum diketahui kapan pemberitahuan secara resmi akan disampaikan. Setelah mendapat informasi resmi, Kongres mempunyai waktu 30 hari untuk menolak atau menyetujui. Jika disetujui, Dubai akan menerima pesawat itu mulai tahun 2024. MQ-9B yang akan diterima UEA dilengkapi persenjataan dan radar maritim.
Sebelum menginformasikan penjualan MQ-9B, Deplu AS telah terlebih dulu menyampaikan rencana penjualan jet tempur F-35B kepada UEA. Washington akan mendapat sampai 10 miliar dollar AS untuk menjual jet-jet tempur itu kepada Dubai.
UAE sudah lama menunjukkan keinginan membeli jet-jet tempur itu. UEA beralasan butuh memodernisasi 140 jet Mirage 2000 dan F-16 yang selama ini dimilikinya. Jet-jet itu dinyatakan sudah tua. Negara Teluk Arab itu kini membutuhkan pengganti yang lebih layak.
Abu Dhabi pertama kali mengajukan penawaran untuk membeli F-35 pada 2011 dan ditolak Presiden AS Barack Obama. Pada 2017, selepas Trump dilantik, UAE kembali mengajukan penawaran, dan belum ada jawaban.
UEA semakin ingin membeli F-35 setelah negara itu jadi pangkalan pesawat tersebut selama perang melawan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). UEA menjadi pangkalan pasukan koalisi internasional melawan NIIS.
Selain ingin mendapatkan MQ-9B dan F-35, Abu Dhabi juga akan membeli EA-18G Growlers. Pesawat itu dikembangkan dari F/A-18. Growlers merupakan pesawat pengacak radar dan aneka perangkat pengacau sistem elektronika pada pertahanan lawan. Selama ini, hanya AS dan Australia yang mengoperasikan Growlers.
Keberatan
Belum diketahui sikap Kongres AS atas rencana penjualan pesawat-pesawat itu. Selama ini Kongres AS kerap keberatan dengan penjualan senjata kepada negara-negara Arab karena dua alasan.
Pertama, Kongres tidak ingin penjualan itu menyebabkan keunggulan persenjataan Israel terpangkas. Israel pun keberatan dengan rencana AS menjual F-35 ke UEA. Sejak Israel dan UEA menandatangani Perjanjian Ibrahim pada September 2020, penolakan itu mereda sehingga terbuka jalan bagi Dubai membeli F-35.
Israel disebut setuju UEA mendapat F-35 asal AS memberi Israel akses lebih besar terhadap produk pertahanan AS. Selama ini, Washington selalu membuat pertahanan Tel Aviv lebih modern dibandingkan dengan negara lain di kawasan.
Alasan kedua adalah Kongres tidak mau persenjataan itu dipakai dalam pertempuran yang dikhawatirkan mengabaikan hak asasi manusia. UEA disorot atas keterlibatannya di Perang Yaman.
Bersama Arab Saudi, UEA menjadi pemasok utama aneka persenjataan dan dana kepada sebagian pihak bertikai di Yaman. Persenjataan yang dipakai UEA dalam perang itu dibeli dari negara-negara Barat. Bolak-balik terbukti persenjataan itu menyasar warga dan fasilitas sipil. (AP/REUTERS)