Swiss Tangkap Dua Pemuda Terkait Serangan Teroris di Austria
Otoritas keamanan Swiss menangkap dua pemuda yang diduga mengenal pelaku penembakan di Vienna, Austria. Otoritas keamanan masih menyelidiki apakah pelaku bertindak sendiri atau terkait jaringan besar NIIS.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
ZURICH, RABU — Aparat keamanan Swiss, Selasa (3/11/2020), menangkap dua pemuda di dekat Zurich terkait serangan teror di Austria hari sebelumnya. Keduanya diduga mengenal pelaku penyerang, Kuztim Fejkulai (20), yang ditembak mati aparat Austria tidak lama setelah serangan teror terjadi.
Juru bicara Kementerian Kehakiman Swiss, Philippp Schwander, mengatakan, kedua anak muda yang ditahan itu mengenal satu sama lain. Sedang didalami bagaimana mereka mengenal pelaku dan berhubungan satu sama lain.
Schwander tidak mengonfirmasi pernyataan Menteri Kehakiman Karin Keller-Sutter di sebuah media lokal beberapa saat sebelumya yang menyebutkan bahwa ketiganya sempat melakukan pertemuan tatap muka atau fisik sebelum peristiwa itu terjadi.
Kepolisian Kota Zurich dalam pernyataannya menyebutkan, penangkapan dua pemuda itu dilakukan setelah mereka mendapatkan informasi dari otoritas keamanan Austria. Polisi Swiss masih menyelidiki dugaan keterlibatan dua pemuda itu, yang masing-masing berusia 18 dan 24 tahun, yang ditangkap di kota Winterthur, Swiss timur laut.
Masih dalam pernyataan yang sama, Kepolisian Kota Zurich menyebutkan, mereka telah membentuk tim khusus untuk menyelidiki hubungan antara pelaku penembakan di Austria dan beberapa wilayah di bagian utara Swiss.
Mereka akan bertukar informasi dengan otoritas keamanan negara, termasuk juga Austria. ”Klarifikasi lengkap tentang kemungkinan keterlibatan (para tersangka) adalah tujuan tertinggi dari layanan keamanan kedua negara,” katanya.
Swiss tidak pernah mengalami serangan berskala besar yang dikaitkan kelompok simpatisan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Namun, sejak serangan yang terjadi di Perancis pada 2015, tingkat ancaman terornya dinaikkan menjadi tinggi.
Presiden Swiss Simonetta Sommaruga menyatakan belasungkawa atas kejadian di Austria dan rasa solidaritasnya, termasuk juga kepada Perancis.
”Swiss dengan tegas mengecam terorisme dan semua tindakan kekerasan. Nilai-nilai demokrasi kita tentang kebebasan dan toleransi, berdasarkan supremasi hukum, harus menjadi pelindung terhadap tindakan barbarisme,” katanya melalui media sosial Twitter.
Pasukan keamanan Austria pada Selasa menyerbu dan menggeledah 18 alamat yang berbeda, termasuk rumah Fejzulai. Mereka juga melakukan 14 penangkapan untuk mencari kemungkinan adanya kaki tangan yang membantu pelaku melakukan penembakan atau dia bertindak sendirian.
Kementerian Dalam Negeri Macedonia Utara mengonfirmasi, tiga orang yang terlibat dalam serangan adalah warga mereka. Ketiganya memiliki kewarganegaraan ganda, yaitu Austria dan Macedonia, karena lahir di Austria.
Macedonia Utara, satu-satunya bekas Republik Yugoslavia yang memisahkan diri secara damai ketika federasi runtuh dengan kekerasan pada tahun 1990-an. Mayoritas penduduknya yang berjumlah 2 juta warga adalah pemeluk agama Kristen Ortodoks sebanyak 35 persen.
Pihak berwenang di bekas Republik Yugoslavia memperkirakan 150 warganya telah berperang bersama kelompok-kelompok Islam di Suriah dan Irak.
Dalam beberapa tahun terakhir, 13 orang dipenjara di negara itu karena berperang bersama NIIS di Suriah dan juga mencoba melakukan perekrutan.
Awal September lalu, otoritas keamanan negara itu juga menangkap tiga orang yang dicurigai akan melakukan serangan. Dari ketiganya, mereka menyita senjata api, amunisi, dan rompi yang disertai dengan bahan peledak dan bendera ISIS. (AFP/REUTERS)