Antre panjang pemilih di TPS dan perbedaan aturan soal keabsahan surat suara di berbagai negara bagian mewarnai pemilu AS 2020. Negara demokrasi dengan aneka peralatan canggih tetap dibingungkan oleh pemilu.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
Pemungutan suara pemilu Amerika Serikat 2020 mencapai puncak pada 2020. Kala tempat pemungutan suara pertama dibuka di Dixville Notch pada 3 November 2020, sudah 99,6 juta surat suara diterima panitia pemilu di berbagai penjuru AS.
Sejak 1960, Dixville Notch selalu menjadi lokasi pertama TPS yang dibuka pada hari puncak pemungutan suara. Sebelum TPS di desa yang terletak dekat perbatasan AS-Kanada itu dibuka, panitia pemilu di berbagai negara bagian sudah membuka TPS untuk pemungutan suara dini dan pemilu lewat pos.
Pemungutan suara dini sudah bertahun-tahun dilakukan di AS dan tahun ini memecahkan rekor dengan hampir 100 juta suara masuk. Beberapa negara, termasuk Indonesia, juga kenal pemungutan suara dini walau tidak semasif AS tahun ini.
Dari 99,6 juta surat suara yang masuk, 35,7 juta dicoblos di berbagai TPS. Sisanya dicoblos di luar TPS lalu dikirimkan pemilih kepada panitia pemungutan suara (PPS). Proses coblosan 35,7 juta surat suara itu membingungkan warga di luar dan di AS. Kebingungan terutama karena laporan pemilih harus antre sampai lebih dari 2 jam untuk memberi suara.
Sejumlah pihak menyebut ada tiga faktor penyebab situasi itu: lonjakan pemilih, penerapan protokol kesehatan, dan kebingungan penyelenggara. Lonjakan pemilih terutama ditunjukkan dengan fakta jumlah surat suara yang masuk sebelum hari puncak pemungutan suara.
Sementara protokol kesehatan diperlukan untuk mengendalikan laju penularan di negara dengan angka infeksi dan kematian akibat Covid-19 tertinggi di dunia itu. Adapun faktor terakhir, kebingungan penyelenggara terkait faktor kedua.
Pandemi membuat banyak relawan lama, yang mayoritas berusia di atas 60 tahun dan karenanya rentan terinfeksi, tidak lagi bekerja pada pemilu 2020. Mereka digantikan orang-orang baru yang lebih muda dan kebingungan dengan prosedur pemilu.
”Banyak penjelasan tentang proses pemungutan suara, hal yang boleh dan dilarang ditanyakan atau disampaikan kepada pemilih. Ada juga soal proses penghitungan. Saya sampai berpikir, apakah bisa mengingat semua penjelasan itu,” kata relawan di Minneapolis, Ella Mitchel, kepada majalah Time.
Penghitungan
Mitchel dan para relawan penyelenggara pemilu patut bingung antara lain karena sejumlah negara bagian menulis nama capres pilihannya di kertas suara. Pemilu 2020 memang tidak hanya diikuti Donald Trump dan Joe Biden. Ada 9 calon lain, seperti Jo Jogersen, Howie Hawkins, dan Kanye West. Hanya Biden, Jogersen, dan Trump yang tertulis namanya di seluruh 538 dewan elektoral untuk pilpres.
Sementara 8 calon lain hanya tertera dalam surat suara di sebagian dewan elektoral. Walakin, mereka tetap bisa dipilih warga di dewan elektoral yang surat suaranya tidak mencantumkan nama para calon tersebut. Jika mau memberi suara untuk salah satu dari 8 capres itu, pemilih bisa menulis nama yang dipilihnya. Tulisan setiap orang bisa berbeda dan penyelenggara harus memastikan bisa membaca perbedaan tulisan itu untuk proses penghitungan.
Bukan hanya cara penulisan, setiap negara bagian punya aturan berbeda soal penulisan nama calon yang tidak ada di surat suara. Aturan-aturan itu harus dipahami PPS sebelum memulai penghitungan suara.
Secara resmi, rangkaian penghitungan sudah dimulai sejak pekan terakhir Oktober untuk surat suara yang dicoblos lewat pemungutan suara dini melalui pos. PPS terutama memastikan surat suara memenuhi syarat untuk dihitung. Setiap negara bagian dan kota punya syarat berbeda dan, sekali lagi, harus dipahami PPS.
Ada negara bagian mengizinkan penghitungan terhadap surat suara yang dikirim lewat pos dan baru diterima PPS paling telat 6 November 2020. Trump bolak-balik memprotes itu, tetapi pengadilan sudah mengizinkan.
Ada pula negara bagian yang menetapkan seluruh surat suara harus sudah diterima PPS kala TPS ditutup pada 3 November 2020 pukul 19.00 waktu setempat. Di luar waktu itu, surat suara tidak bisa dihitung. Hal ini juga menjadi obyek sengketa di pengadilan dengan alasan kantor pos mungkin terlambat mengirimkan surat suara di tengah lonjakan pemungutan suara lewat pos.
Hal lain yang patut diingat, kompetisi seluruh pemilu AS berlangsung di tiap wilayah pemilihan dan capres harus memenangi sekurangnya 270 dewan elektoral untuk bisa terpilih. Pada pemilu 2020, berbagai jenis dewan elektoral untuk beragam pemilihan. Selain presiden, warga AS juga memberi suara untuk memilih seluruh 435 anggota DPR AS dan 35 dari 100 senator.
Selain itu, ada pula pemilihan 13 gubernur, pemilihan senator, dan anggota DPR di sejumlah negara bagian, hingga pemilihan negara. PPS harus paham surat suara dihitung untuk pemilu apa dan masuk dapil mana.
Dosen Ilmu Hukum di Southern California University, Franita Tolson, menyebut bahwa gugatan terkait surat suara yang tidak dihitung akan mewarnai hari-hari selepas 3 November 2020. Karena itu, meski hampir 100 juta surat suara diterima sebelum TPS pertama dibuka pada 3 November 2020 pagi, ia menganjurkan agar khalayak tidak tergesa menyimpulkan pemenang pemilu 2020.
Sampai hasil akhir berkekuatan hukum tetap, para penyelenggara pemilu AS akan tetap pusing. Sementara penyelenggara pemilu di berbagai negara lain, termasuk Indonesia, kebingungan sekaligus juga tertawa melihat kerumitan prosedur demokrasi di negara yang mengampanyekan demokrasi ke berbagai pihak itu. (AP/REUTERS)