Pelaku penembakan diduga adalah simpatisan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah. Aparat Austria juga menangkap sejumlah orang dan memburu beberapa lainnya yang diduga terlibat dalam teror di pusat kota Vienna itu.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
VIENNA, SELASA — Pemerintah Austria menggelar masa berkabung secara nasional selama tiga hari mulai Selasa (3/11/2020) sebagai ungkapan duka atas aksi teror penembakan di Vienna yang mengakibatkan empat warganya terbunuh. Pelaku penembakan yang diduga adalah simpatisan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah tewas ditembak. Aparat negara itu menangkap sejumlah orang dan memburu beberapa lainnya yang diduga terkait dengan aksi teror itu.
”Kita adalah korban dari serangan teror keji di ibu kota federal,” kata Kanselir Austria Sebastian Kurz. Sebagai tanda berkabung, ia memerintahkan bendera Austria dikibarkan setengah tiang di depan gedung-gedung umum di negara itu. Sebuah masa hening selama 1 menit juga digelar pada Selasa siang. Militer Austria menerjunkan sedikitnya 75 anggota pasukan khusus untuk menjaga situs-situs utama di Vienna setelah kejadian.
Suasana kota Vienna yang tenang dikejutkan dengan aksi teror penembakan pada Senin (2/11/2020) selepas pukul 20.00 waktu setempat. Warga umumnya sedang berada di luar rumah, makan malam dan berbelanja. Secara kebetulan, warga tengah bersiap-siap menghadapi masa penutupan atau penguncian wilayah sebagai bagian dari kebijakan pemerintah atas gelombang kedua pandemi Covid-19 yang dimulai Selasa selepas tengah malam. Masa penutupan wilayah dijadwalkan berlangsung selama sebulan.
Rekaman yang belum diverifikasi yang diunggah di media sosial menunjukkan seorang pria bersenjata berjalan di jalan, tampak menembaki orang secara acak sehingga melukai beberapa orang. Tidak jelas apakah orang yang terlihat merekam adalah individu yang sama di setiap video.
Rabbi Schlomo Hofmeister, salah seorang saksi, mengatakan, dirinya melihat setidaknya satu orang menembak orang-orang yang duduk di luar bar-bar di dekat sinagoga utama di Vienna. ”Mungkin 100 peluru dimuntahkan,” kata Hofmeister. ”Semua bar di tempat ini memiliki meja di luar. Malam ini adalah malam terakhir sebelum penguncian.”
Menteri Dalam Negeri Austria Karl Nehammer mengatakan, dua pria dan dua perempuan tewas akibat serangan itu. Kantor berita Austria, APA, melaporkan 17 orang termasuk seorang polisi dirawat di rumah sakit Vienna. Dari mereka yang dirawat itu, tujuh di antaranya termasuk dalam klasifikasi luka berat akibat luka tembak.
Tersangka penyerang ditembak mati oleh polisi. Ia adalah seorang warga negara dengan dwikewarganegaraan, Austria dan Macedonia Utara, berusia 20 tahun yang memiliki keyakinan teror sebelumnya.
Tersangka penyerang ditembak mati oleh polisi. Ia adalah seorang warga negara dengan dwikewarganegaraan, Austria dan Macedonia Utara, berusia 20 tahun yang memiliki keyakinan teror sebelumnya. Penyerang dikatakan pihak berwenang dilengkapi dengan rompi peledak palsu dan senapan otomatis, pistol, dan parang dalam aksi kejinya.
Nehammer mengatakan, penyelidikan awal menunjukkan tersangka bersimpati dengan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Ia juga pernah berurusan dengan hukum terkait keterlibatan dan simpatinya atas kelompok terlarang menurut hukum Austria. Ia mengungkapkan, sedikitnya 15 penggeledahan rumah telah dilakukan aparat dan beberapa orang ditangkap.
Pihak berwenang masih mencoba untuk menentukan apakah ada pelaku lain atau orang lain yang terlibat dalam aksi itu dan masih melarikan diri. Pemerintah memerintahkan warga untuk tidak keluar rumah, termasuk sekolah pun diliburkan. Pada Selasa pagi, sedikitnya 1.000 polisi diterjunkan di seluruh Vienna.
Pada 1981, dua orang tewas dan 18 orang terluka saat dua warga Palestina menyerang sinagoga di Vienna. Pada 1985, kelompok militan Palestina membunuh tiga warga sipil dalam serangan di bandara. Selama beberapa tahun terakhir, Austria terhindar dari serangan berskala besar seperti yang terjadi di Paris, Berlin, dan London. Pada Agustus lalu, otoritas menahan pengungsi Suriah berusia 31 tahun yang diduga berusaha menyerang pemimpin komunitas Yahudi di Graz, Austria.
Menuai kecaman
Serangan itu menuai kecaman cepat dan jaminan dukungan dari para pemimpin di seluruh Eropa. Kecaman dan dukungan termasuk disampaikan Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang negaranya telah mengalami tiga aksi teror dalam beberapa pekan terakhir. Pernyataan serupa juga disuarakan Kanselir Jerman Angela Merkel.
”Aksi teror adalah musuh bersama kita,” kata juru bicara Merkel, Steffen Seibert, melalui media sosial Twitter. Ia menegaskan, perang melawan para pembunuh dan penghasut seperti yang terjadi di Vienna menjadi ”pertarungan” bersama warga Eropa lainnya.
Presiden AS Donald Trump melalui Twitter juga menyampaikan pesannya pada Senin malam. ”Doa kami bersama warga Vienna setelah aksi terorisme keji lainnya di Eropa,” tulis Trump. ”Serangan jahat terhadap orang yang tidak bersalah ini harus dihentikan. AS mendukung Austria, Perancis, dan seluruh Eropa dalam perang melawan teroris.”
Al-Azhar Mesir, lembaga keagamaan terkemuka Muslim dunia, pun mengecam dan menyebut aksi di Vienna sebagai ”serangan teroris”. Lembaga-lembaga internasional didesak untuk bersatu melawan terorisme sekaligus menolak kekerasan dan kebencian. (AP/AFP/BEN)