Singapura Ingin Kembalikan Kepercayaan Pasar Komoditas
Singapura bermitra dengan industri mengembangkan kode tata perilaku dan praktik baru untuk pembiayaan komoditas.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
SINGAPURA, SENIN — Pemerintah Singapura ingin meningkatkan standar sistem sekaligus mengembalikan kepercayaan para pelaku bisnis dalam industri perdagangan komoditasnya. Tekad itu dibulatkan setelah sejumlah skandal keuangan di industri itu dirasa telah mengguncang kepercayaan perbankan dalam memberikan pinjaman ke sektor tersebut.
Beberapa skandal keuangan di industri perdagangan komoditas terjadi tahun ini di Singapura. Skandal itu, antara lain, berupa kasus penipuan keuangan dan kesepakatan palsu. Beberapa kasus muncul dan mencuat setelah anjloknya perdagangan tahun ini yang diperparah pandemi Covid-19.
Skandal-skandal itu melibatkan Singapura sebagai negara dengan pusat pengisian bahan bakar kapal terbesar di dunia dan pusat penyulingan
minyak bumi Asia Tenggara dalam urusan terkait itu.
Salah satunya terkait Hin Leong, perusahaan perdagangan komoditas. Setelah pernah menjadi salah satu pedagang bahan bakar terbesar di Asia, perusahaan itu kolaps dan bangkrut April lalu.
”Kami ingin meningkatkan standar industri perdagangan komoditas untuk meningkatkan kepercayaan perbankan terhadap industri tersebut,” kata Menteri Perdagangan Chan Chun Sing pada sebuah acara yang digelar Financial Times di Singapura, Senin (2/11/2020).
Tanpa menyebutkan nama perusahaan tertentu, Chan mengatakan telah terjadi ”kasus salah urus dan gagal bayar”. Kondisi itu mengurangi kesediaan bank memberikan layanan pembiayaan kepada perusahaan perdagangan komoditas.
Chan mengatakan, Singapura bermitra dengan industri mengembangkan kode tata perilaku dan praktik baru untuk pembiayaan komoditas. Kode tata perilaku itu ditargetkan selesai disusun pada triwulan IV-2020.
Pemerintah Singapura juga tengah mengerjakan sistem pendaftaran pembiayaan perdagangan secara digital. Perdagangan komoditas adalah komponen utama dari sektor perdagangan grosir Singapura.
Menurut Chan, sektor itu menyumbang sekitar 17 persen dari produk domestik bruto (PDB) negara kota itu pada 2019. Chan juga menyatakan, Singapura juga telah memulai studi untuk mengembangkan perdagangan karbon dan jasa karbon lainnya. Target studi itu akan selesai dilakukan pada tiga bulan pertama tahun depan.
Pusat logistik global
Dalam kesempatan terpisah sebelumnya, Chan juga menegaskan tekad Singapura memperkuat statusnya sebagai pusat logistik global di tengah pandemi Covid-19. Negeri jiran itu bakal memanfaatkan keunggulan kompetitifnya, seperti efisiensi, keandalan, dan ketahanan jaringannya.
Sebagaimana dikutip The Strait Times pekan lalu, Chan mengatakan bahwa Singapura semakin meningkatkan reputasinya sebagai pusat logistik internasional. Kondisi saat ini dinilai tidak menjadi penekan, tetapi dimanfaatkan sebagai momentum untuk memperkuat posisi itu. Syaratnya adalah Singapura menjaga keterbukaan perdagangannya, bahkan ketika rantai pasokan global terganggu.
”Kami membedakan diri dalam cara kami dengan condong ke depan untuk memastikan bahwa integritas rantai pasokan kami dipertahankan. Kami tidak memberlakukan tambahan pembatasan, tidak memberlakukan kontrol ekspor apa pun,” tambahnya.
Sebaliknya, lembaga pemerintah telah bekerja untuk memastikan bahwa gangguan apa pun di jaringan rantai pasokan Singapura dapat diatasi dengan cepat. Caranya, kata Chan, dengan memberikan opsi di bagian lain dari jaringan itu.
Disebutkan, Singapura telah bergerak menuju layanan logistik bernilai tambah lebih tinggi, seperti logistik kontrak yang menyediakan solusi khusus dan menyeluruh bagi perusahaan.
”Di Singapura, mengingat ukuran kami dan mengingat konektivitas, kami takkan bersaing di setiap dimensi (sektor) logistik. Apa yang kami kejar dan apa yang akan semakin banyak digunakan perusahaan bagi kami adalah produk tersebut bernilai tinggi, tepat waktu, dan membutuhkan jaminan (keandalan) rantai pasokan yang tinggi,” kata Chan.
Sektor logistik adalah pilar utama ekonomi Singapura dan menyumbang hingga 6,8 miliar dollar AS atau 1,4 persen dari PDB 2019. Sektor ini mempekerjakan lebih dari 86.000 pekerja di lebih dari 5.300 perusahaan.
Sektor itu terdiri dari tiga subsektor utama, yakni logistik kontrak, pengiriman barang, dan transportasi darat. Industri itu merupakan pendukung penting untuk segmen utama ekonomi negara, termasuk manufaktur dan perdagangan grosir, karena memfasilitasi aliran barang domestik dan internasional.
Perusahaan logistik internasional terkemuka, seperti DHL, UPS, dan DB Schenker, telah menjadikan Singapura sebagai kantor pusat regional mereka.
Adapun perusahaan multinasional seperti GlaxoSmithKline dan Unilever telah menempatkan tim manajemen rantai pasokan regional mereka juga di negara itu.
Chan mengungkapkan, sektor bernilai tinggi seperti biofarmasi dan teknologi info komunikasi tertarik masuk ke Singapura. Sektor-sektor itu dinilai dapat mendorong lebih banyak lapangan kerja di negara itu. (REUTERS)