Antisipasi Topan Goni, Pemerintah Filipina Evakuasi 1 Juta Warga
Pemerintah Filipina telah mengevakuasi sedikitnya 1 juta warga untuk melindungi mereka dari hantaman topan Goni yang diperkirakan akan melanda negara itu pada Minggu (1/11/2020) pagi.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
MANILA, SABTU — Pemerintah Filipina mengevakuasi hampir 1 juta penduduk di bagian selatan Pulau Luzon sejak hari Sabtu (31/10/2020). Langkah ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan korban jiwa ketika topan Goni menghantam pada Minggu (1/11/2020) pagi. Pihak berwenang memperkirakan badai kategori lima, badai terkuat tahun ini, akan menghantam Filipina.
Topan Goni diperkirakan menghantam Pulau Catanduanes, Minggu, dengan kecepatan 215-265 kilometer per jam dan memiliki daya merusak cukup besar. Menurut petugas cuaca dan kebencanaan Filipina, topan Goni akan membawa angin kencang dan hujan lebat. Ini merupakan salah satu topan terkuat yang melanda Filipina setelah topan Super Haiyan pada 2013 yang menewaskan 6.300 lebih warga Filipina.
Senator Christopher Go, ajudan utama Presiden Rodrigo Duterte, dalam konferensi pers daring, Sabtu, menyebut dua kesulitan dihadapi Pemerintah Filipina, yaitu bencana alam akibat topan ini dan Covid-19. ”Kami mengalami masa sulit dengan Covid-19 dan lalu datang bencana lain,” katanya.
Dalam upaya mitigasi bencana, pemerintah—khususnya di tingkat provinsi dan kota— harus memastikan bahwa virus tak menyebar di pusat-pusat evakuasi.
Direktur Eksekutif Badan Bencana Nasional Filipina Ricardo Jalad mengatakan, sejumlah pemerintah daerah telah memulai evakuasi sejak Sabtu pagi. Di Provinsi Albay, sebanyak 794.000 warga diungsikan ke barak-barak pengungsian yang aman.
Menurut Wali Kota Infanta di Provinsi Quezon, Filipina, Grace America, barang-barang kebutuhan bagi pengungsi, alat-alat berat, dan alat pelindung diri sudah ditempatkan di daerah-daerah utama yang diperkirakan mengalami kerusakan. Namun, ketersediaan barang itu terbatas.
”Karena pandemi Covid-19, dana kami untuk masalah bencana dan biaya tidak mencukupi,” kata America kepada radio DZBB.
Nelayan dilarang berlayar
Pemerintah setempat membatalkan kegiatan operasional pelabuhan dan melarang nelayan berlayar. Ada risiko karena gelombang setinggi 15 meter mungkin saja terjadi ketika topan melanda. Sejumlah maskapai juga membatalkan penerbangan.
Pekan lalu, sejumlah wilayah di Filipina dilanda topan Molave dan menewaskan 22 orang, sebagian besar akibat tenggelam.
Di Manila dan Provinsi Bulacan, menurut data Badan Bencana Nasional Filipina, pemerintah setempat menempatkan 1.000 pasien Covid-19 di tenda isolasi besar. Namun, menurut Jalad, sewaktu-waktu mereka bisa dipindahkan ke hotel ataupun rumah sakit bila lokasi tersebut akan difungsikan sebagai tempat pengungsian.
Filipina memiliki infeksi dan kematian Covid-19 tertinggi kedua di Asia Tenggara, setelah Indonesia, dengan 380.729 kasus dan 7.221 kasus kematian.
Pemerintah dan badan bencana nasional berencana menggunakan bangunan sekolah yang kosong sebagai lokasi pengungsian darurat. ”Mengevakuasi orang lebih sulit saat ini karena Covid-19,” kata Bicol Alexis Naz, juru bicara pertahanan sipil.
Mary Ann Echague (23) dan keluarganya telah meninggalkan rumah mereka di kota pesisir Legazpi, wilayah Bicol, dan mengungsi di sebuah bangunan sekolah. Di lokasi itu dia dan keluarganya berbagi ruangan dengan beberapa keluarga lain.
”Kami takut akan amukan topan. Setiap kali ada angin topan, rumah kami rusak,” kata Echague, yang mengungsi bersama kedua anaknya, orangtua, dan saudara kandungnya. Mereka membawa kompor portabel, daging kaleng, mi instan, kopi, roti, selimut, dan bantal.
Menurut badan cuaca Filipina, kekuatan Goni diperkirakan ”melemah secara signifikan” saat melintasi Luzon dan memasuki Laut China Selatan pada Senin (2/11/2020) pagi.
Filipina dilanda rata-rata 20 badai dan topan setiap tahun, yang biasanya memusnahkan panen, rumah dan infrastruktur, membuat jutaan orang terus-menerus miskin. (AFP/REUTERS)