Empat Hari Jelang Pilpres, Kasus Baru Harian Covid-19 di AS Catat Rekor Global
Empat hari menjelang Pemilu AS, setelah kampanye demi kampanye berlangsung di negara itu, jumlah kasus baru harian Covid-19 menembus rekor global dengan mencatat penularan lebih dari 100.000 orang per hari.
Oleh
Luki Aulia
·5 menit baca
MILWAUKEE, SABTU — Empat hari menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2020, penularan Covid-19 di negara itu melonjak sampai total kumulatif mencapai lebih dari 9 juta kasus. Penambahan kasus baru harian di AS dalam periode 24 jam, Jumat (30/10/2020) waktu setempat, memecahkan rekor kasus baru harian di seluruh dunia—menurut hitungan kantor berita Reuters—dengan tambahan lebih dari 100.000 kasus.
Tak hanya memecahkan rekor kasus baru harian selama dua hari berturut-turut di negara itu, penambahan kasus baru harian sebesar 100.233 kasus tersebut juga menjadi rekor kasus baru harian secara global, melampaui catatan kasus baru harian di India pada September lalu sebesar 97.894 kasus. Kasus Covid-19 di AS yang melonjak sejak pertengahan Oktober lalu itu merajalela di wilayah bagian barat dan selatan.
Adapun perhitungan jumlah kasus baru oleh John Hopkins University, Jumat (30/10/2020) waktu setempat, memperlihatkan bahwa AS mencatat rekor baru kasus harian sampai 94.000 kasus hanya dalam waktu kurang dari 24 jam. Satu hari sebelumnya, rekornya mencapai 91.000 kasus.
”Kita tidak akan siap menghadapi gelombang kedua ini,” kata Ashish Jha, Dekan Sekolah Kesehatan Publik, Brown University, AS.
Dalam 10 hari terakhir, sebanyak lima kali AS membukukan kasus baru di atas rekor penambahan kasus harian sebesar 77.299 kasus pada Juli lalu. Dengan penambahan kasus baru harian dalam dua hari terakhir, ”Negeri Paman Sam” itu kini melaporkan lebih dari satu kasus baru dalam setiap detik.
Pandemi Covid-19 telah menewaskan hampir 230.000 warga AS. Dengan jumlah lebih dari 9 juta warganya tertular Covid-19, berarti hampir 3 persen dari total populasi negara itu menderita penyakit mematikan tersebut. Pada Jumat kemarin, 16 negara bagian di AS melaporkan penambahan kasus baru harian tertinggi, sementara 13 negara bagian mencatat rekor pasien Covid-19 yang harus dirawat di rumah sakit.
Rumah sakit-rumah sakit juga dilaporkan mulai kewalahan menangani pasien Covid-19. Otoritas di El Paso, Texas, memberlakukan kebijakan jam malam untuk melindungi para pekerja medis yang sudah kewalahan menangani pasien Covid-19. Otoritas di wilayah itu juga akan membangun sejumlah rumah sakit darurat.
Negara Bagian Wisconsin juga sudah membangun rumah sakit darurat selama beberapa pekan terakhir. Bahkan, rumah sakit di Negara Bagian Utah akan menggunakan sistem jatah layanan kesehatan mulai pekan depan saking banyaknya pasien.
Sejauh ini, pola pandemi ini menunjukkan bahwa orang yang sakit Covid-19 baru akan masuk rumah sakit beberapa pekan setelah tertular. Kemudian, beberapa pekan kemudian pasien itu tewas. Selama beberapa bulan terakhir, otoritas kesehatan masyarakat sudah memperingatkan kasus Covid-19 akan bisa melonjak saat memasuki musim dingin.
Peningkatan kasus mulai terlihat di New York dan kota-kota lain di wilayah timur. Padahal pada saat musim panas, penularan Covid-19 ini bisa dikendalikan. Para ahli epidemiologi meyakini, Covid-19 akan lebih mudah menyebar di udara yang dingin dan kering. Daerah-daerah pinggiran kota juga mengalami kondisi yang sama, seperti di North Dakota yang jumlah kasusnya naik terus.
Meremehkan
Meskipun kasusnya terbukti melonjak setiap hari, Presiden AS Donald Trump masih bersikap meremehkan. Trump masih saja berkampanye ke berbagai daerah tanpa mengajak para pendukungnya untuk menjaga jarak fisik dan mengenakan masker. Bahkan, Trump menuding para dokter mendapat keuntungan dari pasien-pasien Covid-19 yang tewas.
Dalam kampanyenya, Trump mengkritik para gubernur yang memberlakukan kebijakan pembatasan dan karantina untuk memperlambat penyebaran Covid-19. Ia juga menuding kandidat rivalnya dari Demokrat, Joe Biden, akan melarang seluruh rakyat AS untuk berkumpul pada saat liburan atau acara-acara khusus lainnya.
”Negara bagian kalian harus dibuka dan harus dilakukan segera!” kata Trump saat berkampanye di Green Bay, Wisconsin.
Trump menuduh tanpa berdasar fakta bahwa para dokter mendapatkan insentif untuk menaikkan jumlah kematian. ”Dokter-dokter kita mendapat uang kalau ada orang yang meninggal karena Covid-19,” kata Trump saat kampanye di kota Waterford, Michigan.
Biden menyambar komentar itu dengan menuding Trump sudah menyerah dan tidak mau lagi berjuang melawan Covid-19. Trump, kata Biden, tidak semestinya menyerang pekerja medis yang justru bekerja setengah mati merawat dan mengobati para pasien.
”Tidak seperti Donald Trump, kita tidak akan menyerah pada virus ini,” tegas Biden dalam kampanye di St Paul, Minnesota.
Para pendukung Biden yang datang ke lokasi kampanye drive in alias menonton dari dalam mobil saja itu menunjukkan persetujuan dengan beramai-ramai membunyikan klakson mobil.
Wilayah penentu
Dalam jajak pendapat nasional Reuters/IPSOS, Biden memimpin perolehan suara dengan 52 persen berbanding dengan Trump 42 persen. Hasil ini, antara lain, karena alasan ketidaksetujuan pada penanganan pandemi Covid-19.
Baik Trump maupun Biden fokus pada wilayah Midwest atas karena pentingnya wilayah itu dalam pilpres. Michigan dan Wisconsin merupakan dua dari tiga wilayah industri yang selama ini mendukung Demokrat. Begitu pula dengan Pennsylvania di mana Republik menang tipis pada Pilpres 2016.
Menurut jajak pendapat Reuters/IPSOS, Biden memimpin di Michigan dan Wisconsin dengan poin 9 persen dan di Pennsylvania 5 persen. Sejak 1972, Minnesota tidak pernah mendukung kandidat presiden dari Republik. Daerah ini merupakan salah satu negara bagian yang dikuasai Demokrat yang hendak direbut Trump.
Partisipasi warga meningkat
Meski ada pandemi Covid-19, tingkat partisipasi dan antusiasme pemilih AS justru naik. Lebih dari 86 juta pemilih sudah memberikan suara, baik secara langsung maupun melalui pos. Menurut Proyek Pemilu AS di University of Florida, jumlah ini mencapai 63 persen dari total jumlah suara pada Pemilu 2016.
Trump berulang kali menuding tanpa bukti bahwa surat suara yang masuk lebih awal itu tidak terlepas dari dugaan kecurangan. Ia juga baru-baru ini berpendapat bahwa surat suara yang seharusnya dihitung hanya yang tersedia pada malam pemilu.
Data pemungutan suara awal menunjukkan bahwa lebih banyak pendukung Demokrat yang sudah memberikan suara melalui surat. Sementara pendukung Republik diperkirakan akan lebih banyak hadir langsung, Selasa, 3 November.