Australia Siapkan Rp 5,1 Triliun untuk Vaksin Covid-19 di Pasifik dan Asia Tenggara
Australia menjanjikan komitmen penyediaan vaksin di kawasan Pasifik dan Asia Tenggara untuk mengimbangi langkah agresif China dalam diplomasi vaksinnya.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
CANBERRA, SABTU — Pemerintah Australia akan mengalokasikan anggaran 351 juta dollar AS atau sekitar Rp 5,1 triliun untuk menyediakan vaksin Covid-19 bagi kawasan Pasifik dan Asia Tenggara selama tiga tahun ke depan. Ini merupakan bagian dari upaya bersama-sama memulihkan kawasan dari pandemi Covid-19.
Australia akan menggunakan berbagai perjanjian pembelian di muka dengan produsen vaksin melalui skema global COVAX Facility. Skema ini menjamin vaksin dibagikan ke semua negara.
”Siapa pun yang berhasil menemukan vaksinnya, harus mau berbagi. Ini tanggung jawab moral kepada dunia,” kata Perdana Menteri Australia Scott Morrison saat berpidato dalam Sidang Umum PBB secara virtual, Jumat (30/10/2020).
Harian The Sydney Morning Herald, Sabtu, menyebutkan bahwa pemerintahan Morrison sangat khawatir dengan potensi dampak pandemi pada negara-negara kecil di Kepulauan Pasifik meski kawasan itu masih relatif bebas dari Covid-19. Akibat pandemi, perekonomian di Pasifik goyang, terutama daerah-daerah wisata, seperti Vanuatu dan Fiji.
Kedua daerah itu menutup perbatasannya sejak April lalu karena khawatir pandemi tersebut akan menghancurkan sistem kesehatan mereka yang tidak memadai.
Payne menjelaskan, akses vaksin regional dan inisiatif jaminan kesehatan itu termasuk penyediaan dosis vaksin yang aman dan berfungsi baik serta pengiriman dukungan teknis untuk memastikan program imunisasi bisa menjangkau daerah-daerah terpencil. Australia menjanjikan komitmen vaksin itu untuk mengimbangi langkah agresif China dalam diplomasi vaksinnya.
China berusaha mendapatkan pengaruh di kawasan tersebut dengan berkomitmen memberikan akses prioritas kepada lima negara di Asia Tenggara pada vaksin buatan negara itu.
Australia sudah menjadi donatur yang dominan di Pasifik selama bertahun-tahun. Namun, belakangan China juga semakin gencar menawarkan bantuan, terutama pinjaman lunak dari perusahaan milik negara yang harus dilunasi dengan bunga.
”Distribusi vaksin yang cepat dan aman di Pasifik dan Asia Tenggara juga akan mempercepat pulihnya pariwisata, perjalanan, serta perdagangan dengan rekan-rekan kami di kawasan itu,” kata Payne.
Australia sudah memiliki kesepakatan dengan AstraZeneca-Oxford dan CSL-University of Queensland untuk mendapatkan 84 juta dosis vaksin potensial sejak Agustus lalu dan berjanji akan memberikannya kepada rekan-rekan satu kawasan. Namun, dengan catatan, vaksin itu harus sudah terbukti aman dan berfungsi dengan baik. Selain itu, jumlah stok vaksin yang dimiliki negara itu dipastikan tersedia melebihi kebutuhan domestik.
Australia juga berkontribusi 80 juta dollar AS untuk aliansi vaksin internasional Gavi untuk populasi berisiko tinggi di negara-negara berkembang, termasuk Papua Niugini, Kepulauan Solomon, Vanuatu, Fiji, Samoa, Tonga, Tuvalu dan Kiribati di Pasifik, serta Indonesia, Timor Leste, Kamboja, Laos, Myanmar, Filipina, dan Vietnam di Asia Tenggara.
Vaksin massal di Rusia
Untuk menekan laju penularan Covid-19 yang jumlahnya kini 18.000 kasus, Pemerintah Rusia akan melakukan vaksin massal di Moskwa. Warga Moskwa yang mau divaksin bisa mulai melakukannya pada awal bulan depan. Namun, Wakil Wali Kota Moskwa Anastasia Rakova mengatakan bahwa vaksinasi massal hanya akan dilakukan jika jumlah vaksin yang tersedia mencukupi kebutuhan seluruh warga.
Untuk menyiapkan vaksin massal itu, Moskwa sudah menyiapkan kamar-kamar khusus untuk vaksin yang bisa menampung 2.500 orang berisiko tinggi, utamanya para dokter dan guru. Sedikitnya 9.000 warga Moskwa sudah mendapatkan suntikan vaksin Sputnik V sebagai bagian dari uji coba skala besar. Vaksin diberikan dalam dua dosis dengan jarak 21 hari.
Rakova menegaskan, vaksinasi massal belum bisa dilakukan sekarang karena jumlah vaksin yang belum cukup. Rusia kesulitan menggenjot produksi vaksin karena, menurut Presiden Rusia Vladimir Putin, ada kendala ketersediaan peralatan dan tenaga medis yang dibutuhkan. ”Jumlah dokter dan tenaga medis lain kurang di mana-mana,” kata juru bicara Pemerintah Rusia, Dmitry Peskov.
Jumlah kasus Covid-19 baru di Rusia naik selama beberapa pekan terakhir. Sedikitnya ada tambahan 18.283 kasus yang baru dan 355 orang di antaranya tewas, Jumat lalu. Total jumlah orang yang tewas karena Covid-19 di Rusia mencapai 27.656 orang dari jumlah total 1.599.976 kasus. Rusia merupakan negara keempat di dunia dengan kasus terbanyak Covid-19 setelah Amerika Serikat, India, dan Brasil. (REUTERS/AP)