AS Umumkan Penjualan Senjata Sistem Pertahanan Pantai kepada Taiwan
AS mengumumkan penjualan senjata sistem pertahanan pantai senilai 2,37 miliar dollar AS kepada Taiwan. Langkah itu dimaksudkan Washington agar Taiwan semakin mampu mempertahankan diri dari ancaman serangan luar.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
WASHINGTON, SELASA — Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyetujui rencana penjualan 100 Sistem Pertahanan Pantai Harpoon atau Harpoon Coastal Defense Systems (HCDS) buatan Boeing kepada Taiwan sesuai dengan kesepakatan yang memiliki potensi nilai sekitar 2,37 miliar dollar AS. Persetujuan itu diumumkan oleh Departemen Pertahanan AS, Senin (26/10/2020) waktu AS atau Selasa dini hari WIB.
Termasuk dalam HCDS itu adalah 400 rudal RGM-84L-4 Harpoon Block II yang mampu menjangkau jarak maksimal hingga 125 kilometer. Rudal jenis ini bisa dipasang di mana saja, termasuk di atas truk.
Beberapa hari sebelumnya, Deplu AS juga sudah menyetujui potensi penjualan tiga sistem persenjataan lain kepada Taiwan, termasuk sensor, rudal, dan artileri yang memiliki nilai hingga 1,8 miliar dollar AS.
”AS akan tetap mempertahankan kepentingan menjaga stabilitas dan perdamaian di Selat Taiwan demi keamanan dan stabilitas kawasan Indo-Pasifik,” sebut pernyataan tertulis Deplu AS.
Rudal Harpoon mampu menyerang kapal dan target yang ada di darat. Boeing menyebutkan, rudal itu menggunakan navigasi GPS dan mampu mengirimkan hulu ledak ke sistem pertahanan pantai, rudal darat-ke-udara, pesawat, kapal di pelabuhan, dan fasilitas lain di pelabuhan dan industri.
Sanksi China
Sebelumnya, Senin kemarin, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian di Beijing menegaskan bahwa China akan menjatuhkan sanksi terhadap Lockheed Martin, Boeing Defense, Raytheon, dan perusahaan AS lain yang terlibat dalam penjualan persenjataan AS ke Taiwan.
Juru Bicara Deplu AS Morgan Ortagus dalam pernyataan tertulisnya mengatakan, AS menyesalkan upaya China membalas perusahaan-perusahaan AS dan negara lain hanya karena menjual produk mereka untuk membantu Taiwan mempertahankan diri. ”Membela diri itu hak sah Taiwan,” tulisnya.
Pekan lalu, Deplu AS mengirimkan surat pemberitahuan ke kongres terkait dengan penjualan persenjataan, termasuk peluncur roket di atas truk buatan Lockheed, rudal Standoff Land Attack Missile Expanded Response (SLAM-ER), peralatan lain buatan Boeing Co, dan sensor eksternal untuk pesawat tempur F-16. Kongres memiliki waktu 30 hari untuk menolak penjualan apa pun.
Keputusan AS menjual persenjataan kepada Taiwan terjadi saat pemerintahan Presiden AS Donald Trump meningkatkan tekanan terhadap China menjelang pemilihan umum AS, pekan depan, 3 November. AS khawatir, China terus semakin menekan Taiwan karena China menganggap Taiwan masih bagian dari China.
Selama ini China bertekad akan menyatukan Taiwan kembali ke China daratan dengan cara apa pun, bahkan jika perlu dengan cara kekerasan pun akan dilakukan.
Membela diri
Taiwan sejak lama kesal merasa terganggu dengan tekanan-tekanan China. Meski AS tidak memiliki hubungan formal dengan Taiwan, Taiwan selama ini menjadi sekutu AS. Hukum di AS mewajibkan Pemerintah AS untuk memastikan Taiwan bisa membela diri. Untuk membantu Taiwan, penjualan persenjataan kepada Taiwan meningkat secara kuantitas dan kualitas.
China kerap menekan perusahaan-perusahaan AS, termasuk Boeing, untuk memengaruhi kebijakan AS. China yakin bisa memengaruhi Boeing mengingat China merupakan pasar terbesar Boeing untuk pesawat komersial. Jika diboikot, China meyakini Boeing bisa goyang.
Namun, dalam pernyataan pada Senin kemarin, Zhao hanya menyebut unit usaha persenjataan militer Boeing, Boeing Defense, dan bukan pesawat komersial untuk kepentingan sipil, dalam daftar perusahaan AS yang dijatuhi sanksi oleh China.
China semakin menekan Taiwan secara diplomatik dan militer sejak Presiden Taiwan Tsai Ing-wen terpilih pada 2016. Tsai menganggap Taiwan sebagai negara berdaulat dan bukan bagian dari China. Namun, pesawat-pesawat tempur dan pengebom China kerap memasuki zona pertahanan udara Taiwan selama beberapa bulan terakhir. (REUTERS/AFP)