Pandemi Covid-19 ini hanya bisa dikalahkan apabila ada solidaritas global dalam memvaksin.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
BERLIN, MINGGU —Satu-satunya cara untuk memulihkan dunia dari pandemi Covid-19 adalah dengan bekerja sama dan memastikan negara-negara miskin mendapatkan akses yang adil terhadap vaksin Covid-19. Pandemi Covid-19 ini hanya bisa dikalahkan apabila ada solidaritas global dalam memvaksin. Nasionalisme vaksin tidak akan bisa menuntaskan tetapi malah memperpanjang pandemi Covid-19.
Hal ini dikemukakan Sekretaris Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghrbreyesus dalam video pembukaan Pertemuan Tingkat Tinggi WHO di Berlin, Jerman, Minggu (25/10/2020). ”Wajar saja jika negara mau mengutamakan perlindungan warganya sendiri. Namun, kalau nanti ada vaksin yang berhasil, penggunaannya harus efektif. Dan, cara terbaik untuk itu adalah memvaksin semua orang di seluruh dunia ini ketimbang semua orang di negara-negara tertentu saja,” ujarnya.
Ilmuwan di seluruh dunia saat ini masih berlomba-lomba mengembangkan vaksin untuk melawan Covid-19 yang sudah menyebabkan sekitar 1,1 juta orang tewas. Sampai sejauh ini sudah ada belasan kandidat vaksin yang sedang diuji coba secara klinis. Setidaknya ada 10 vaksin yang termasuk paling maju dan sudah masuk tahapan ”fase ketiga” dan diujicobakan pada puluhan ribu sekarelawan.
Pesanan vaksin
Sejumlah negara kaya atau menengah ke atas, seperti di Uni Eropa, Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan beberapa negara lain, sudah memesan vaksin dalam jumlah banyak ke perusahaan-perusahaan farmasi yang sedang mengembangkan vaksin paling menjanjikan. Sebaliknya, ada kekhawatiran negara-negara yang miskin tidak akan mampu membeli vaksin. Jika pun mampu membeli, bisa jadi mereka terpaksa mengantre panjang karena keterbatasan anggaran untuk membeli vaksin.
Terkait dengan isu itu, WHO telah meluncurkan skema internasional yang dikenal dengan Covax untuk membantu memastikan ada akses yang adil bagi negara-negara miskin itu. Namun, WHO kesulitan untuk mengumpulkan dana bantuan. Padahal, kasus Covid-19 baru terus meningkat. Data WHO menunjukkan terdapat 465.319 kasus yang muncul, Sabtu lalu, dan mayoritas berada di wilayah Eropa.
”Ini saat-saat yang sangat berbahaya bagi banyak negara-negara yang berada di belahan bumi sebelah utara karena kasusnya melonjak,” kata Tedros.
Meski demikian, sambil menunggu ketersediaan vaksin, masyarakat seluruh dunia harus tetap bisa melindungi diri dari virus. Caranya, tetap menjaga jarak fisik dengan orang lain, mencuci tangan, dan jika terpaksa bertemu dengan orang lain, usahakan bertemu di luar ruang ketimbang di dalam ruangan. ”Banyak bukti yang bisa kita lihat, kalau semua bisa menjaga kondisi seperti itu, kita akan bisa mengendalikan pandemi ini,” kata Tedros.
Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres, yang juga berbicara pada pertemuan yang digelar secara daring itu, menekankan bahwa pandemi Covid-19 ini merupakan ”krisis terparah sepanjang sejarah kita”. Seperti yang dikatakan Tedros, Guterres mengingatkan akan pentingnya solidaritas global. Ia meminta negara-negara maju dan kaya untuk ikut membantu negara-negara yang kurang mampu atau tidak memiliki uang untuk membeli vaksin.
”Vaksin seharusnya menjadi milik semua rakyat dunia. Vaksin, tes, dan terapi itu bisa menyelamatkan nyawa manusia. Mereka juga bisa menyelamatkan perekonomian kita dan masyarakat kita,” kata Guterres. (AFP)