Difasilitasi AS, Azerbaijan dan Armenia untuk Ketiga Kali Sepakati Gencatan Senjata
Untuk ketiga kalinya, para pihak bertikai di Nagorno-Karabakh menyepakati gencatan senjata. Konflik berpuluh tahun itu telah mengakibatkan krisis kemanusiaan, termasuk ribuan orang tewas, menurut Kremlin.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
YEREVAN, SENIN — Setelah dua kali gagal melaksanakan komitmen, termasuk jeda untuk kemanusiaan, Azerbaijan dan Armenia sepakat melakukan gencatan senjata. Difasilitasi Pemerintah Amerika Serikat, para pihak bertikai menegaskan kembali komitmen mereka untuk mencapai perdamaian atas konflik wilayah yang sudah berusia puluhan tahun.
Pernyataan bersama Pemerintah Azerbaijan, Armenia, dan Amerika Serikat, gencatan senjata akan berlaku mulai Senin (26/10) pukul 08.00 waktu setempat atau pukul 11.00 waktu Indonesia.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompoe, dalam cuitannya di Twitter, Minggu (25/10) malam, mengatakan, AS memfasilitasi negosiasi intensif Menlu Armenia Zohrab Mnatsakanyan dan Menlu Azerbaijan Jeyhun Bayramov selama beberapa hari terakhir dan keduanya telah berkomitmen mematuhi dan melaksanakan gencatan senjata yang akan dimulai Senin.
AS, menurut Pompeo, tidak sendirian. Bersama Rusia dan Perancis, tiga negara yang tergabung dalam Kelompok Minsk—Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa—memfasilitasi negosiasi tersebut.
Pompeo dan wakilnya, Stephen Biegun, telah bertemu Mnatsakanyan dan Bayramov secara terpisah, Jumat (23/10), dan mendesak mereka untuk mengakhiri kekerasan dan melindungi warga sipil.
Dalam pernyataan terpisah, Kelompok Minsk menyatakan, mereka akan bertemu dengan Mnatsakanyan dan Bayramov di Geneva, Swiss, Kamis (29/10), untuk memulai perundingan lanjutan tentang status daerah yang disengketakan. Pertemuan itu diharapkan bisa menyepakati dan memulai penerapan semua langkah yang diperlukan untuk penyelesaian damai konflik yang sudah berlangsung puluhan tahun.
Keterlibatan negara tetangga
Pertempuran terbaru yang meletus pada 27 September dan telah melibatkan artileri berat, roket, dan pesawat nirawak telah mengakibatkan ratusan orang meninggal, termasuk warga sipil, dari kedua belah pihak bertikai. Presiden Rusia Vladimir Putin, Kamis lalu, menyodorkan jumlah korban lebih banyak, mendekati 5.000 jiwa.
Sebelum gencatan senjata disepakati, Minggu pagi, kelompok bersenjata Nagorno-Karabakh mengatakan bahwa pertempuran terus berlanjut di tengah perundingan. Kementerian Pertahanan Azerbaijan pun mengeluarkan pernyataan yang menuding pasukan Armenia tengah menyiapkan serangan ke beberapa kota di Azerbaijan.
Sementara pejabat militer Armenia melaporkan ”pertempuran hebat” di zona konflik sepanjang hari dan ”pertempuran sengit” pada Minggu malam.
Pertempuran yang telah berlangsung selama hampir empat pekan itu telah memicu kekhawatiran meluasnya konflik ke kawasan, antara Turki yang mendukung Azerbaijan dan Rusia yang memiliki pakta keamanan dengan Armenia hingga Iran, negara yang berbatasan langsung dengan kedua negara bertikai. Pemerintah Iran sesekali mengeluh tentang adanya mortir dan roket dari medan pertempuran Armenia-Azerbaijan yang terbang dan menyasar ke wilayahnya, merusak bangunan di daerah perdesaan serta melukai warganya yang tinggal di dekat perbatasan.
Pengawal Revolusi Iran, melalui siaran radio pemerintah, Minggu (25/10), menyatakan, telah mengerahkan unit pasukan daratnya ke perbatasan Iran dengan Armenia-Azerbaijan. Jenderal Mohammad Pakpour, Komandan Pasukan Darat Garda Revolusi Iran, mengatakan, Iran tidak akan menerima tindakan apa pun yang ”melanggar” keamanan dan perdamaian rakyat Iran di wilayah tersebut. (AP/AFP)