Taipan Korsel yang Menyulap Samsung Jadi Raksasa Global Itu Tutup Usia
Lee Kun-hee dikenal pemimpin tegas serta fokus pada strategi visioner dan gambaran besar. Otoritasnya yang hampir mutlak memungkinkan perusahaan membuat keputusan berani dalam industri teknologi yang cepat berubah.
Oleh
Luki Aulia
·5 menit baca
Lee Kun-hee, pemilik perusahaan raksasa Korea Selatan, Samsung Electronic Co., meninggal pada usia 78 tahun, Minggu (25/10/2020). Samsung tidak menyebutkan penyebab kematian taipan yang berhasil menyulap perusahaan sederhana pembuat televisi menjadi produsen elektronik raksasa tingkat global itu. Pada saat-saat terakhirnya, ia didampingi seluruh anggota keluarganya, termasuk anak laki-laki satu-satunya yang kini menjadi Wakil Direktur Samsung Electronics Co Lee Jae-yong.
Lee menikahi Hong Ra-hee, putri mantan menteri kehakiman Korsel, dan dikarunia satu putra dan tiga putri. Lee Kun-hee sudah dirawat di rumah sakit sejak Mei 2014 setelah mengalami serangan jantung. Sejak itu tidak diketahui kondisi dan kabar Lee Kun-hee.
Pada tahun 2017 pernah ada rekaman video yang diambil diam-diam yang menunjukkan Lee Kun-hee sedang duduk di kursi roda. Namun, ada pula kabar lain yang menyebutkan bahwa ia dalam kondisi koma, tetapi tidak membutuhkan bantuan alat pernapasan. Sejak ia sakit, perusahaan Samsung dikendalikan Lee Jae-yong.
Lee Kun-hee lahir pada 9 Januari 1942 di kota Daegu semasa Korsel masih dijajah Jepang. Ia mewarisi perusahaan Samsung dari ayahnya, Lee Byung-chull, tahun 1987. Ayahnya mendirikan usaha ekspor ikan dan buah pada 1938 serta berhenti karena ada perang Korea 1950-1953.
Seusai perang, ayahnya kembali membangun usaha, tetapi berubah menjadi produsen elektronik dan peralatan rumah tangga. Ketika diwariskan ke Lee Kun-hee, usaha ayahnya sudah menjadi perusahaan terbesar di Korsel yang bergerak di industri elektronik sampai konstruksi.
Lee mengenyam bangku pendidikan di kampus prestisius di Jepang, Waseda University, lalu ke George Washington University di Amerika Serikat. Pada usia 36 tahun, ia menjadi wakil direktur perusahaan konstruksi dan perdagangan senjata, lalu sembilan tahun kemudian menjadi direktur Kelompok Samsung, tak berapa lama setelah ayahnya tiada.
Saat Lee Kun-hee pada awal-awal memimpin Samsung, perusahaan itu masih bergantung pada teknologi Jepang untuk membuat televisi dan sudah mulai mengekspor kulkas dan microwave. Perusahaan itu memperluas usahanya menjadi pabrik semikonduktor pada 1974 setelah mengakuisisi perusahaan yang hampir bangkrut.
Pemimpin bisnis visioner
Selama memegang Samsung selama 30 tahun, Lee Kun-hee berhasil membuat merek Samsung terkenal di dunia sebagai produsen elektronik, seperti televisi, telepon seluler, dan penyimpan data terbesar di dunia. Samsung menjual ponsel-ponsel Galaxy, layar, dan penyimpan data yang menjadi pesaing kuat I-Phone produksi Apple dan ponsel produksi Google Android.
Bisnis Samsung pun tak hanya itu, tetapi juga hingga pembuatan kapal, asuransi jiwa, konstruksi, hotel, pengelola taman hiburan, dan lain-lain. Samsung Elektronics Co menyumbang 20 persen dari modal pasar di bursa saham utama Korsel. Lee meninggalkan kekayaan yang sangat banyak. Majalah Forbes pernah memperkirakan kekayaannya mencapai 16 miliar dollar AS pada Januari 2017.
Momen yang menentukan datang pada 1993. Lee Kun-hee membuat perubahan besar-besaran pada Samsung sepulangnya dari perjalanan ke luar negeri selama dua bulan. Ia meyakini perusahaannya harus meningkatkan kualitas produksinya.
”Kita harus mengubah semuanya, kecuali istri dan anak-anak kita,” demikian kata Lee yang sering dia ucapkan saat ia berbicara pada jajaran eksekutif Samsung.
Kita harus mengubah semuanya, kecuali istri dan anak-anak kita.
Lee Kun-hee dikenal sebagai pemimpin tegas dan selalu fokus pada strategi visioner dan gambaran besar. Operasional dan manajemen harian ia pasrahkan pada jajaran eksekutif. Otoritasnya yang hampir mutlak memungkinkan perusahaan membuat keputusan berani dalam industri teknologi yang cepat berubah, seperti mengeluarkan miliaran dollar, untuk membangun jalur produksi baru berupa cip memori dan panel layar, bahkan saat krisis keuangan global 2008. Langkah-langkah berisiko seperti itulah yang memicu kebangkitan Samsung.
Namun, tak semua inovasi berhasil. Salah satu kegagalan terjadi ketika perusahaan memperluas usaha pada industri otomotif pada 1990-an. Lee Kun-hee berambisi membuat mobil mewah, tetapi Samsung Motor malah hampir bangkrut, lalu dijual ke Renault.
Samsung juga kerap dikecam karena tidak menghormati hak-hak pekerja. Kasus-kasus kanker yang dialami para pekerja pabrik semikonduktornya diabaikan selama bertahun-tahun.
Masa sulit
Kematian Lee terjadi pada saat Samsung sedang menghadapi masa-masa sulit. Selama ia dirawat di rumah sakit, bisnis selular Samsung yang dulu menguntungkan menghadapi ancaman dari produsen pemula di China dan pasar negara berkembang lainnya. Perusahaan menghadapi tekanan kuat untuk inovasi bisnis piranti keras tradisionalnya. Mereka juga menghadapi tekanan untuk mereformasi budaya hierarki yang kaku dan meningkatkan tata kelola perusahaan serta transparansi.
Seperti halnya perusahaan raksasa milik keluarga lain di Korsel, Samsung juga memiliki andil besar dalam membangkitkan perekonomian Korsel yang hancur akibat Perang Korea. Gara-gara struktur kepemilikan yang buram dan hubungan yang sering korup dengan birokrat dan pejabat pemerintah membuat Samsung dianggap sebagai sarang korupsi di Korsel.
Akibat kasus-kasus korupsi itu, Lee Kun-hee pernah didakwa bersalah pada tahun 2008 karena menghindari pajak, melakukan perdagangan saham ilegal, serta melakukan penyuapan demi mewariskan kekayaan dan kendali perusahaannya pada ketiga anaknya.
Pada 1996, ia juga pernah didakwa bersalah menyuap mantan Presiden Korsel Roh Tae-wo. Namun, pada kedua kasus itu ia lolos dari hukuman penjara setelah pengadilan menunda pidana terhadapnya. Hal ini biasa terjadi di Korsel yang kemudian membuat taipan kebal terhadap hukuman penjara meski telah terbukti korupsi.
Skandal Presiden Korsel
Samsung pada 2016-2017 juga diguncang skandal yang melibatkan Presiden Park Geun-hye hingga membuatnya terjungkal dan dipenjara. Akibat skandal ini, Lee Jae-yong, putra Lee Kun-hee yang juga Wakil Pemimpin Samsung, dihukum lima tahun penjara pada 2017. Lee Jae-yong terbukti menyuap Park sebesar 7 juta dollar AS. Ia menyuap demi mendapatkan dukungan dari pemerintah untuk mengendalikan Samsung. Lee Jae-yong kemudian dibebaskan pada 2018.
Sepeninggal Lee Kun-hee belum jelas pembagian kekayaan di antara ketiga anaknya. Guru Besar di Seoul National University, Park Sang-in, menduga persoalan ini mestinya sudah ada jalan keluar karena Lee Kun-hee sudah berada di rumah sakit selama enam tahun. Melihat tradisi yang turun-temurun, perusahaan Samsung mestinya diwariskan ke Lee Jae-yong. ”Samsung mungkin terpaksa menghadapi isu warisan yang pelik,” ujar Park Sang-in.
Namun, pada awal tahun ini, Lee Jae-yong pernah berjanji bahwa hak pengelolaan perusahaan tidak akan diberikan kepada anak-anaknya. Ia juga berjanji tidak akan lagi menekan upaya karyawan mengatur serikat pekerja. Namun, banyak yang tidak percaya dengan janjinya itu.
Siapa pun yang mewarisi kerajaan Samsung, diharapkan orang yang inovatif, cerdas, dan lihai berbisnis. Seperti yang pernah dikatakan Lee Kun-hee, ”Apa pun yang terjadi, tidak perlu ada yang ditakuti. Apalagi, kalau kita punya orang-orang dengan bakat terbaik. Di era kompetisi tanpa batas ini, menang atau kalah akan tergantung pada orang-orang jenius. Satu orang jenius bisa memberi makan 100.000 orang.” (REUTERS/AFP/AP)