Bom Bunuh Diri di Lembaga Pendidikan Menewaskan Belasan Anak dan Remaja
Kekerasan bersenjata terjadi lagi di Afghanistan dan menyebabkan 18 orang tewas serta puluhan orang terluka. Sebagian besar korban adalah anak-anak dan remaja.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
KABUL, MINGGU — Sebuah serangan bom bunuh diri terjadi di depan gerbang masuk lembaga pendidikan luar sekolah di barat Kabul, ibu kota Afghanistan, Sabtu (24/10/2020). Belasan orang tewas dan puluhan orang lainnya terluka akibat bom.
Sebagian besar korban tewas adalah remaja yang tengah berkegiatan di lembaga pendidikan tersebut.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri, Tariq Arian, mengatakan, pelaku bom bunuh diri, seorang laki-laki, mencoba memasuki lembaga pendidikan tersebut ketika dia dihentikan oleh petugas penjaga keamanan. Saat itulah pelaku meledakkan bom jaket yang dikenakannya.
Arian mengatakan, jumlah korban kemungkinan akan terus bertambah. Keluarga korban masih terus mencari anggota keluarga mereka, terutama anak-anak dan remaja, yang dibawa ke sejumlah rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
Lembaga pendidikan Kawsar e Danish merupakan lembaga pendidikan luar sekolah yang terletak di lingkungan Syiah di wilayah barat Kabul, Dast e Barchi. Terletak di sebuah gang yang sempit, lokasi lembaga pendidikan ini dikelililingi oleh rumah-rumah warga.
Dikutip dari The New York Times, kawasan ini sering menjadi target serangan bersenjata, termasuk di dalamnya adalah serangan bom bunuh diri. Acara pernikahan, lembaga pendidikan, hingga rumah sakit di wilayah ini sering kali menjadi target serangan.
Pemimpin salah satu rumah sakit di kawasan ini, Abuzar Motaqi, mengatakan, mereka masih merawat para korban. Sebagian besar korban yang dirawat, menurut dia, masih berusia sangat muda.
Ketua Dewan Tinggi Rekonsiliasi Afghanistan Abdullah Abdullah mengecam keras kejadian tersebut. Dia menyebut tindakan itu sebagai tindakan tidak berperikemanusiaan dan hanya dilakukan oleh pengecut.
”Membuat anak-anak dan remaja yang tidak berdosa sebagai target dan meneror warga bukan jalan keluar dari berbagai masalah yang tengah dihadapi oleh negara ini,” kata Abdullah.
Serangan bom bunuh diri di pusat pendidikan, seperti Kawsar e Danish, pernah terjadi pada Agustus 2018. Pelaku yang terafiliasi dengan Kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) meledakkan diri dan mengakibatkan 34 anak dan remaja yang tengah belajar tewas.
Ratusan penganut Sikh dan Hindu di Afghanistan meninggalkan negara itu pada September setelah seorang pria bersenjata yang setia kepada kelompok militan membunuh 25 anggota komunitas yang menyusut dalam serangan di tempat ibadah mereka di Kabul.
Banyak pihak mengecam serangan ini, terutama karena bom bunuh diri tersebut menyasar anak-anak dan remaja yang tengah belajar di sebuah lembaga pendidikan.
Roland Kabia, Utusan Khusus Uni Eropa untuk Afghanistan, menyatakan, kekerasan bersenjata terbaru dan lainnya di Kabul merupakan ilusi tindakan pengurangan kekerasan bersenjata (reduction in violence).
”Cukup sudah. Harus ada kesatuan sikap dari masyarakat internasonal dan tekanan yang sangat kuat untuk segera melakukan gencatan senjata secepatnya oleh seluruh pihak di Afghanistan,” kata Kabia melalui akun medsosnya.
Perwakilan Sipil NATO untuk Afghanistan Stefano Pontecorvo juga mengecam kekerasan bersenjata yang terjadi Sabtu petang itu. Pontecorvo, dikutip dari akun media sosial NATO di Afghanistan, mengatakan, ”Menjadikan anak-anak dan remaja yang usianya masih sangat muda sebagai target tidak bisa dibenarkan.”
Selang beberapa jam setelah kejadian, NIIS mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Namun, dalam pernyataannya, NIIS mengatakan, pelaku bom bunuh diri berangkat menuju pertemuan di Kabul, di mana dia meledakkan jaket bahan peledaknya di antara kerumunan.
Sebelumnya, Sabtu, sebuah bom pinggir jalan menewaskan sembilan orang di Afghanistan timur setelah menghantam sebuah minivan yang penuh dengan warga sipil, kata seorang pejabat setempat.
Juru bicara polisi Provinsi Ghazni, Ahmad Khan Sirat, mengatakan, bom pinggir jalan kedua menewaskan dua polisi setelah menghantam kendaraan mereka yang menuju ke korban ledakan pertama.
Pimpinan Al Qaeda tewas
Di tempat terpisah, serangan pasukan khusus Direktorat Nasional Afghanistan (NDS) di Ghazni timur menewaskan salah satu tokoh penting Al Qaeda, Abu Muhsin al-Masri. Masri adalah komandan nomor dua Al Qaeda untuk sub-Benua India dan masuk dalam daftar teroris yang paling dicari oleh Departemen Kehakiman Amerika Serikat pada 2018.
Pemerintah AS mendakwa Masri telah memberikan dukungan material dan sumber daya kepada organisasi teroris asing dan konspirasi untuk membunuh warga negara AS. Masri yang sering menggunakan nama samaran Husam Abd-al-Ra\'uf, menurut FBI, adalah warga negara Mesir.
FBI sendiri menolak memberikan komentar tentang laporan kematin Al-Masri.
Bulan lalu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan, kurang dari 200 anggota Al Qaeda tetap berada di Afghanistan. (AP/AFP/REUTERS)