Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara resmi mengumumkan bahwa Israel dan Sudan setuju menormalisasi hubungan diplomatik. Normalisasi dilakukan secara bertahap.
Oleh
Musthafa Abd Rahman, dari Kairo, Mesir
·3 menit baca
KAIRO, KOMPAS — Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara resmi, Jumat (23/10/2020), mengumumkan bahwa Israel dan Sudan setuju menormalisasi hubungan diplomatik. Namun, proses itu akan dilakukan secara bertahap, bukan sekaligus, seperti normalisasi hubungan Israel-Uni Emirat Arab dan Israel-Bahrain.
Menurut Trump, kesepakatan itu untuk menciptakan perdamaian dan normalisasi hubungan kedua negara. Langkah awal kesepakatan itu, antara lain, Israel dan Sudan sepakat memulai hubungan ekonomi dan perdagangan, dengan memberikan prioritas kerja sama di sektor pertanian.
Lebih lanjut, delegasi dari AS, Israel, dan Sudan akan bertemu dalam beberapa pekan mendatang membahas sektor pertanian, penerbangan, dan imigrasi. Pelaksanaan kesepakatan damai Israel-Sudan menunggu pengesahan parlemen transisi yang akan segera dibentuk.
Proses normalisasi hubungan Israel-Sudan dimulai dengan digelarnya konferensi pers via daring pekan ini antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump, PM Israel Benjamin Netanyahu, Ketua Dewan Transisi Sudan Mayjen Abdel Fattah al-Burhan, dan PM Sudan Abdalla Hamdok.
Dalam konferensi pers itu, Presiden Trump, PM Netanyahu, PM Hamdok, dan Ketua Dewan Transisi Sudan Abdel Fattah al-Burhan saling memberikan ucapan selamat atas proses pencabutan nama Sudan sebagai negara pendukung teroris yang dilakukan AS saat ini. Dalam kesempatan itu, Trump menyampaikan dimulainya proses normalisasi hubungan Israel-Sudan yang dilakukan secara bertahap.
Direktur Mossad Yossi Cohen dalam wawancara dengan stasiun televisi Israel saluran 13, Kamis, mengungkapkan, pengumuman normalisasi hubungan Israel-Sudan sudah sangat dekat sekali. Cohen bersama pejabat tinggi Israel lainnya hari Rabu (21/10) lalu melakukan kunjungan singkat beberapa jam ke Khartoum. Harian Israel, Hayom, yang dekat dengan pemerintahan PM Netanyahu mengungkapkan, delegasi Israel yang berkunjung ke Khartoum pada Rabu lalu telah mencapai kesepakatan secara prinsip dengan pejabat tinggi Sudan terkait dengan normalisasi hubungan Israel-Sudan.
Bertahap
Sebelumnya, delegasi Israel meminta Sudan segera mengikuti jejak UEA dan Bahrain. Namun, PM Hamdok menolak karena pemerintah transisi Sudan tidak memiliki wewenang mengambil keputusan terkait dengan kebijakan luar negeri strategis.
Hamdok menyampaikan, Sudan hanya bisa melakukan normalisasi hubungan dengan Israel secara bertahap yang sebenarnya sudah dimulai. Menurut Hamdok, normalisasi hubungan Israel-Sudan sudah terjadi, dimulai dari pertemuan PM Netanyahu dan Ketua Dewan Transisi Sudan Abdel Fattah al-Burhan di Uganda, Februari lalu, kemudian dibukanya teritorial udara Sudan untuk maskapai penerbangan Israel yang terbang dari Israel menuju Afrika dan Amerika Latin. Sudan juga sudah membuka diri bagi pejabat Israel mengunjungi Khartoum kapan saja, seperti kunjungan para pejabat tinggi Israel ke Khartoum pada Rabu lalu.
PM Hamdok meminta Israel menunggu persetujuan parlemen transisi Sudan yang akan dibentuk dalam waktu dekat untuk membuka hubungan diplomatik penuh Israel-Sudan. Ia mengatakan, Sudan siap membuka hubungan diplomatik penuh dengan Israel setelah mendapatkan persetujuan parlemen transisi yang masih belum dibentuk.
Proses dimulainya normalisasi hubungan Israel-Sudan disinyalir setelah Arab Saudi bersedia membayar 335 juta dollar AS kepada keluarga korban ledakan bom di Kedutaan Besar AS di Tanzania dan Kenya tahun 1998 yang menewaskan 200 orang serta ledakan kapal USS Cole di lepas pantai Aden tahun 2000. Kantor berita Palestina, SAFA, melansir, Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman (MBS) memberikan persetujuan kucuran dana itu untuk mempercepat normalisasi hubungan Israel-Sudan.
Pemerintah AS saat itu menuduh pemerintahan Presiden Omar Hassan al-Bashir di Khartoum terlibat dalam serangkaian ledakan bom tersebut. Pemerintah transisi Sudan menuntut AS mencabut nama Sudan sebagai negara pendukung teroris, dan memberikan bantuan ekonomi minimal 3,2 miliar dollar AS untuk pemulihan ekonomi Sudan yang terpuruk sebagai syarat normalisasi hubungan Israel-Sudan.